48 turun sesuai dengan rata-rata pasar dan akan memiliki risiko yang
sama dengan rata-rata pasar. b.
Beta = 0,5 mengindikasikan bahwa perubahan saham akan naik dan turun hanya separuh dari perubahan pasar saham itu hanya
separuhnya, dan portofolio saham seperti ini akan memiliki setengah risiko portofolio = 1,0.
c. Beta = 2,0 mengindikasikan bahwa perubahan saham akan dua kali
lipat dari perubahan rata-rata pasar. Nilai portofolio seperti ini dapat menjadi dua kali lipat dalam jangka pendek dan jika memegang
portofolio seperti ini, maka seseorang yang sebelumnya jutawan dapat menjadi bangkrut dengan cepat Moeljadi, 2006.
Beta mengambarkan perubahan return pasar sebesar X, yang akan berpengaruh terhadap return
sekuritas sebesar X. Jika β 1 berarti saham cenderung naik dan turun lebih tinggi dibandingkan perubahan
pasar. Jika β 1 berarti saham cenderung turun atau naik lebih rendah dibandingkan perubahan pasar. Beta banyak digunakan sebagai ukuran
risiko karena dalam berbagai penelitian empiris, Beta relatif cukup stabil sehingga memungkinkan penggunaan data historis sebagai prediktor Beta
di masa akan datang.
8. Earning
Earning dapat diukur dengan menggunakan laba per lembar saham earning per share Solechan, 2009. Earning dalam penelitian ini diukur
49 dengan menggunakan laba per lembar saham earning per share yaitu
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap lembar saham biasa. Pada umumnya para pemegang saham
atau calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan earning per share. Semakin baik kualitas laba earning perusahaan maka akan
semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham return saham perusahaan.
Menurut Abdullah 2001 earning per share adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap
lembar saham biasa. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar. Sehingga
penggunaan rasio EPS sangat membantu peneliti mengukur keuangan perusahaan apakah memiliki usaha bisnis positif atau negatif yang dapat
mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.
B. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian tentang, Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta, Earning serta Financial Distress dan Subsequent Return Saham sudah
sebelumnya pernah dilakukan oleh berbagai penelitian. Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan variabel di atas, antara lain:
50
Tabel 2.2 Hasil penelitian terdahulu
No Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Terdahulu Persamaan
Perbedaan 1
Margaretha dan
Damayanti 2008
Pengaruh Price Earning Ratio, Dividend Yield
dan Market to Book Ratio
terhadap Stock
Return di Bursa Efek Indonesia.
Variabel : Stock Return Rti
Variabel :
Price Earning
Ratio PER,
Dividend Yield DY dan Market to Book Rate MtB
Metode analisis
Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Bahwa Price Earning Ratio PER, Dividend Yield dan
Market to
Book Ratio
berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Stock
Return.
2
Steven et.al, 2011
Effects of
Financial Distress Condition on the
Company Performance: A Malaysian Perspective
Variabel : Distress
Variabel : company
performance ROE,
EBITTA, EPS,
Successful Reorganization ROE, EBIT,
Management Change dan Stock Price
Metode analisis
Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Performance
EPS, EBITTA dan ROE
, Management Change, dan Distres berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Stock Price
Bersambung ke halaman selanjutnya
51
Tabel 2.2 Lanjutan No Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Perbedaan 3
Nathaniel 2008
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Return Saham
Variabel : Earning per Share
EPR, Return SahamRti
Variabel : Debt to Equity Ratio DER,
Net Profit Margin NPM, Price to Book Value PBV
Metode analisis Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return
saham, EPS berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
return saham, NPM berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap return saham, PBV berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
return saham.
4
Herman dan Suk 2007
Pengaruh beta, size dan book to market equity
ratio terhadap return di BEJ tahun 2003-2005
Variabel : Firm Size MC, book
to market equity ratio BEME, beta
β stock return Ra
Metode analisis Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek Beta, Firm size, book to market
equity ratio berpengaruh negatif terhadap stock return
Bersambung ke halaman selanjutnya
52
Tabel 2.2 Lanjutan No Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Perbedaan 5
Brad dan
John 1997 Firm
Size, Book
to Market
and security
return :
A holdout
sample of financial firm
Variabel :
Firm Size MV, Book to Market Bm
security return Rti
Metode analisis Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek Firm Size dan Book to Market
berpengaruh signifikan terhadap security return,
6
Fama dan
French 1995
Size and Book to market
factors in
earnings and returns
Variabel : Size MV, Book to
market BeMe,
earnings Rm dan returns Ra
Metode analisis Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek Firm Size dan Book to Market
berpengaruh signifikan terhadap earnings dan return,
7 Rida
dan Adam
2011 The
Financial Performance
Analysis Using Altman Z-Score
And Its Effect To Stock Price Banking Sector In
Indonesian
Stock Exchange
Variabel : Financial
Performance Z-Score dan
Stock Price Rti Metode analisis
Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Dapat disimpulkan dalam tahun penelitian perbankan mengalami
kesulitan keuangan namun tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap harga sahamnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya
53
Tabel 2.2 Lanjutan No Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Perbedaan 8
Bali, Engle, dan Tang
2013 Dynamic
Conditional Beta is Alive and Well in
the Cross-Section
of Daily Stock Returns
Variabel : Financial
Performance Z-
Score, beta dan Stock Price Rti
Metode analisis Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Dengan menggunakan
analisis bivariate dengan model CAPM
menggunakan proxy beta maka terdapat hubungan positif yang
signifikan dengan return saham perusahaan yang terdiri dari sampel
saham yang berbeda. Jadi semakin tinggi risiko saham tersebut maka
semakin
tinggi kemungkinan
pengembalian saham return saham.
9
Utama dan Lumondang
2009 Pengaruh
Bankruptcy Risk, Size dan Book
–to market
Perusahaan Terhadap Imbal Hasil
Variabel : Size dan book to
market btm, financial distress
zscore, Imbal Hasil
Metode analisis
Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Periode penelitian
Zscore akan dipengaruhi secara positif oleh size dan negative oleh btm
dimana semakin
besar ukuran
perusahaan maka
semakin kecil
perusahaan akan
megalami kebangkrutan, dan semakin besar btm
maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan.
Imbal hasil saham tidak dipengaruhi oleh bankruptcy risk, size dan btm
Bersambung ke halaman selanjutnya
54
Tabel 2.2 Lanjutan No Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Perbedaan 10
Achmad Solechan
2009 Pengaruh Manajemen
Laba dan Earning Terhadap Return Saham
Variabel :
Size, Beta, EPS danReturn Saham
Variabel :
IOS, Rasio Hutang, Persistensi Laba dan Kelompok Industri
Metode analisis Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek
Berpengaruh positif terhadap return saham pada model pertama yaitu
EPS dan persistensi laba dan variabel lainnya IOS, Rasio Hutang, Size,
Beta, dan Kelompok Industri tidak berpengaruh terhadap return saham.
Sedangkan pada pengujian EPS yang diinteraksikan dengan variabel
kontrol menunjukkan hasil tidak adanya satupun yang berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
11
Endra Nurhayati
2001 Analisis Pengaruh Risiko
Sistematis Saham
Terhadap Kebangkrutan Perusahaan Perbankan
Variabel:
Risiko sistematik saham biasa beta, ,
asset size, dan kebangkrutan
Variabel:
financial leverage, likuidit, dan assets grow
Metode analisis Alat uji hipotesis
Populasi atau Objek Hipotesis I
1 tahun sebelum bangkrut :
Beta signifikan positif Leverage
tidak signifikan
negatif Likuidity tidak signifikan negatif
asset size tidak signifikan nol assets grow signifikan negatif
Bersambung ke halaman selanjutnya
55
Tabel 2.2 Lanjutan No Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Perbedaan Hipotesis II
2 tahun sebelum bangkrut :
Beta signifikan negatif Leverage signifikan negative
Likuidity tidak signifikan positif asset size tidak signifikan nol
assets growt tidak signifikan
positif
Hipotesis III perbedaan risiko sistamatik
beta saham
pada perusaaan bangkrut dan tidak:
1 tahun sebelum bangkrut siginifikan ada perbedaan
2 tahun sebelum bangkrut tidak signifikan tidak ada perbedaan
Sumber : data diolah
56
C. Dasar Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel
dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Pengaruh Ukuran Perusahaan firm size dengan Financial Distress
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak
manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan Solechan, 2007. Dalam penelitian ini
menggunakan total aset sebagai indikator ukuran perusahaan kemudian untuk mengecilkan nilai agar menjadi mudah makan di ln logaritma
natural, hal ini disebabkan ukuran perusahaan dapat menggambarkan seberapa besar jumlah asset yang dimiliki perusahaan, karena semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin besar jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Semakin besar suatu perusahaan maka kecendrungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena
perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan
eksternal, sehingga kekuatan keuangan perusahaan jika terjadi krisis dapat menghadapi. Menurut penelitian Utama dan Lumondang 2009 dengan
melihat suatu keadaan financial distresss dengan menggunakan proksi zscore memberikan hasil positif yang menerangkan semakin besar
57 perusahaan maka semakin besar nilai zscore dan semakin kecil perusahaan
tersebut mengalami financial distress. Dengan demikian, hipotesis kesatu dalam penelitian ini adalah :
H
1
: Ukuran perusahaan
firm size berpengaruh signifikan positif terhadap
Z-Score 2.
Hubungan book to market dengan Financial Distress
Nilai book-to-market yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prospek kinerja perusahaan dimasa mendatang buruk Drobetz, 2004
dalam Utama dan Lumondang, 2009. Oleh karena itu, perusahaan dengan book-to-market yang tinggi tersebut cenderung memiliki bankruptcy risk
yang tinggi. Dengan kata lain, book-to-market berpengaruh positif terhadap bankruptcy risk sehingga dapat dibaca berpengaruh negatif
terhadap zscore. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara book-to market dengan bankruptcy risk adalah sebagai berikut:
H
2
: Book-to-market berpengaruh signifikan negatif terhadap
Z -score.
3. Hubungan Beta dengan Financial Distress