Z-Score Pengaruh ukuran perusahaan, book to market, beta, earning dan financial distress terhadap subsequent return saham : pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode tahun 2009 – 2013

34 kedua berupa nilai pasar yang ditunjukan entitas, dimana nilai aset entitas lebih rendah daripada hutang yang dimiliki sehingga berada pada posisi nilai kekayaan negatif, secara teknis entitas berada pada kondisi bangkrut sehingga bisa dikatakan entitas mengalami kegagalan bisnis business failure. Sehingga dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa perusahaan yang mengalami keadaan financial distress memiliki penyebab yang berbeda dari satu situasi ke situasi yang lain, penyebab suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan disebabkan melalui faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kondisi keuangan maupun non keuangan. Faktor keuangan misalnya adalah jumlah hutang yang terlalu besar, kebijakan dividen, dan sebagainya. Faktor non keuangan misalnya kesalahan dalam pemilihan lokasi dan pasar, dan sebagainya. Faktor eksternal misalnya adalah bencana alam, persaingan yang hebat, berkurangnya permintaan, perubahan minat pasar, perubahan budaya, dan sebagainya.

4. Z-Score

Z-score adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda dengan lainnya Rudianto, 2013. Itu berarti dengan menggunakan metode z-score dapat diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan. 35 Altman 1968 adalah orang yang pertama yang menerapkan Multiple Discriminant Analysis. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5 tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori: likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas dan kinerja. Setelah melakukan penelitian, Altman menghasilkan beberapa model. Karena itu, Altman menghasilkan beberapa rumus yang dapat digunakan dengan kondisi yang berbeda. Model ini menekankan pada rasio keuangan sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan Rudianto, 2013. Persamaan kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik manufaktur. Persamaan dari model Altman ada 3 diantaranya dapat diringkas di bawah ini. Tabel 2.1 Interpretasi Z-Score Tahun Rumus Untuk perusahaan Zona 1968 Z=1,2X 1 +1,4X 2 +3,3X 3 +0,6X 4 +0,999X 5 go-public Z2,99 1,81Z 2,99 Z1,81 1984 Z=0,717X 1 +0,847 X 2 +3,107X 3 +0,42 0X 4 +0,998X 5 non go- public Z2,90 1,23Z 2,90 Z1,23 1997 Z=6,56X 1 +3,26X 2 +6,72X 3 +1,05X 4 Berbagai jenis perusahaan Z2,60 1,1Z2 ,60 Z1,1 Interpretasi Zona Aman Zona Abu-abu Zona Bahaya Sumber : Rudianto, Erlangga, 2013 36 Dari ketiga konsep Z-Score yang paling cocok dalam penelitian ini yaitu yang pertama tahun 1968 digunakan karena sesuai untuk perusahaan yang go-public. Z=1,2WCTA+1,4RETA+3,3EBITTA+0,6MVEBV L+0,999STA Keterangan: Z = bankrupcy index WCTA = working capital total asset RETA = retained earnings total asset EBITTA = earning before interest and taxestotal asset MVEBVL = market value of equity book value of total debt STA = sales total asset Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Jika nilai Z 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai 1,8 Z 2,99 maka termasuk grey area tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan. c. Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. 37 Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original 1968 adalah sebagai berikut 1 Net Working Capital to Total Assets WCTA Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Assets Total Capital Working Net WCTA Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja netto, dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan, maka indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti: ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal harta kekayaan menurun, penambahan hutang yang tak terkendali, dan beberapa indikator lainnya. Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya modal kerjanya akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun Sawir, 2005. Selisih bersih antara sumber dana dan penggunaan dana akan menunjukkan modal kerja perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika terjadi sumber dana lebih besar daripada penggunaan dana, maka terjadi surplus yang 38 berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan terjadi defisit modal kerja berkurang apabila sumber dana lebih kecil daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Modal kerja berkurang karena pembelian aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. 2 Retained Earnings to Total Assets RETA Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Assets Total Earning tained RETA Re Merupakan rasio-rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio Laba DitahanTotal Aktiva akan mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaan, nilai dari rasio Laba DitahanTotal Aktiva akan menjadi negatif Sawir, 2005. 39 3 Earning Before Interest and Tax to Total Asset EBITTA Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Assets Total EBIT EBITTA Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah: piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan. Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar daripada rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman Sawir, 2005. 4 Market Value of Equity to Book Value of Debt MVEBVL Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dari nilai pasar modal sendiri saham biasa. 40 Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Debt of Value Book Equity of Value Market MVEBVL Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini sering juga digunakan dalam bentuk persamaan Net WorthTotal Debt. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal adalah perusahaan yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi . Rasio ini kebalikan dari Debt Equity Ratio yang dikenal di dalam rasio keuangan Sawir, 2005. 5 Sales to Total Assets STA Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Assets Total Sales STA 41 Rasio PenjualanTotal Aktiva merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan revenue. Semakin besar perputaran total aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja menurun, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman Z-Score tidak hanya terfokus pada bagian-bagian keuangan perusahaan saja tetapi juga dapat dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat mempengaruhi rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa implementasi metode Altman Z-Score pada sebuah perusahaan di samping akan mendeteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan mengarahkan perusahaan yang sedang mengalami masalah 42 dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan. Metode Altman Z-Score pertama kali dikembangkan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih rendah daripada yang dikehendaki manajemen, maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu. Hal yang menarik mengenai Altman Z-Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun perusahaan sangat makmur, tapi bila nilai Z mulai turun dengan tajam, perusahaan harus segera waspada dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar menurun dan berpindahnya penguasaan pangsa pasar. Pengguna laporan keuangan dapat menggunakan Z-score untuk berbagai aplikasi yang berkaitan dengan performance keuangan perusahaan Auchterlonie, 1997 dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010 antara lain: 43 a. Credit evaluation – untuk loan officers dan manajer kredit dalam menerima atau menolak aplikasi pinjaman. b. Private investment analysis – untuk stock brokers dan investor- investor individu dalam mengevaluasi tingkat keamanan investasi yang lakakukan. c. M A analysis – untuk mempertimbangkan kelayakan entitas sebelum dan sesudah reorganisasi perusahaan. d. Turn around management – untuk mengembangkan rencana darurat dan strategi perubahan haluan untuk segera memperbaiki situasi yang memburuk. e. Insurance under writing – untuk menilai potensi risiko kredit, mengusulkan untuk diasuransikan termasuk pembagian risiko dan self-insured retentions. f. Corporate governance – analisis direksi dan komite audit untuk kemampuan kelangsungan perusahaan, pertimbangan risiko perusahaan, dan analisis skenario merger dan akuisisi

5. Firm Size Ukuran Perusahaan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio Terhadap Stock Return Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 56 82

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Distress Risk,Firm Size, Dan Book To Market Ratio Terhadapreturn Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010 – 2014

1 29 90

Determinan Merger Dan Akuisisi : studi di perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2013

0 27 0

ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah periode 2010 – 2014)

0 24 250

PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 2 13

PENDAHULUAN PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 2 9

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 5 20

PENUTUP PENGARUH EARNING YIELD, DIVIDEND YIELD DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP EARNING YIELD TAHUN BERIKUTNYA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2009.

0 3 5

Pengaruh Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013.

0 0 22