34 kedua berupa nilai pasar yang ditunjukan entitas, dimana nilai aset entitas
lebih rendah daripada hutang yang dimiliki sehingga berada pada posisi nilai kekayaan negatif, secara teknis entitas berada pada kondisi bangkrut
sehingga bisa dikatakan entitas mengalami kegagalan bisnis business failure.
Sehingga dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa perusahaan yang mengalami keadaan financial distress memiliki penyebab yang
berbeda dari satu situasi ke situasi yang lain, penyebab suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan disebabkan melalui faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal meliputi kondisi keuangan maupun non keuangan. Faktor keuangan misalnya adalah jumlah hutang yang terlalu
besar, kebijakan dividen, dan sebagainya. Faktor non keuangan misalnya kesalahan dalam pemilihan lokasi dan pasar, dan sebagainya. Faktor
eksternal misalnya adalah bencana alam, persaingan yang hebat, berkurangnya permintaan, perubahan minat pasar, perubahan budaya, dan
sebagainya.
4. Z-Score
Z-score adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan
yang umum dan pemberian bobot yang berbeda dengan lainnya Rudianto, 2013. Itu berarti dengan menggunakan metode z-score dapat
diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan.
35 Altman 1968 adalah orang yang pertama yang menerapkan
Multiple Discriminant Analysis. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5 tahun sebelum kebangkrutan, Altman
menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori: likuiditas, profitabilitas, leverage,
solvabilitas dan kinerja. Setelah melakukan penelitian, Altman menghasilkan beberapa model. Karena itu, Altman menghasilkan
beberapa rumus yang dapat digunakan dengan kondisi yang berbeda. Model ini menekankan pada rasio keuangan sebagai komponen yang
paling berpengaruh terhadap kebangkrutan Rudianto, 2013. Persamaan kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan
publik manufaktur. Persamaan dari model Altman ada 3 diantaranya dapat diringkas di bawah ini.
Tabel 2.1 Interpretasi
Z-Score Tahun
Rumus Untuk
perusahaan Zona
1968 Z=1,2X
1
+1,4X
2
+3,3X
3
+0,6X
4
+0,999X
5
go-public Z2,99
1,81Z 2,99
Z1,81
1984 Z=0,717X
1
+0,847 X
2
+3,107X
3
+0,42 0X
4
+0,998X
5
non go-
public Z2,90
1,23Z 2,90
Z1,23
1997 Z=6,56X
1
+3,26X
2
+6,72X
3
+1,05X
4
Berbagai jenis
perusahaan Z2,60
1,1Z2 ,60
Z1,1 Interpretasi
Zona Aman
Zona Abu-abu
Zona Bahaya
Sumber : Rudianto, Erlangga, 2013
36 Dari ketiga konsep Z-Score yang paling cocok dalam penelitian ini yaitu
yang pertama tahun 1968 digunakan karena sesuai untuk perusahaan yang go-public.
Z=1,2WCTA+1,4RETA+3,3EBITTA+0,6MVEBV L+0,999STA
Keterangan: Z
= bankrupcy index WCTA
= working capital total asset RETA
= retained earnings total asset EBITTA
= earning before interest and taxestotal asset MVEBVL
= market value of equity book value of total debt
STA =
sales total asset Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant
analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak
pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu: a.
Jika nilai Z 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b.
Jika nilai 1,8 Z 2,99 maka termasuk grey area tidak dapat ditentukan
apakah perusahaan
sehat ataupun
mengalami kebangkrutan.
c. Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
37 Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original 1968
adalah sebagai berikut 1
Net Working Capital to Total Assets WCTA Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya.
Assets Total
Capital Working
Net WCTA
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja netto, dimana modal kerja diperoleh dari selisih
antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan, maka indikator yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan
adalah indikator-indikator
internal seperti:
ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal harta kekayaan menurun, penambahan hutang yang tak terkendali,
dan beberapa indikator lainnya. Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya
modal kerjanya akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun Sawir, 2005. Selisih bersih antara
sumber dana dan penggunaan dana akan menunjukkan modal kerja perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika terjadi sumber dana
lebih besar daripada penggunaan dana, maka terjadi surplus yang
38 berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan
terjadi defisit modal kerja berkurang apabila sumber dana lebih kecil daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena
penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Modal kerja berkurang karena pembelian aktiva
tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. 2
Retained Earnings to Total Assets RETA Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para
pemegang saham.
Assets Total
Earning tained
RETA Re
Merupakan rasio-rasio
profitabilitas yang
mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio
Laba DitahanTotal Aktiva akan mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari
kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai
ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaan, nilai
dari rasio Laba DitahanTotal Aktiva akan menjadi negatif Sawir, 2005.
39 3
Earning Before Interest and Tax to Total Asset EBITTA Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.
Assets Total
EBIT EBITTA
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam
mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah: piutang dagang meningkat, rugi
terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan
berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.
Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih
besar daripada rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga
pinjaman Sawir, 2005. 4
Market Value of Equity to Book Value of Debt MVEBVL Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban dari nilai pasar modal sendiri saham biasa.
40 Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah
lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa.
Debt of
Value Book
Equity of
Value Market
MVEBVL
Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini sering juga digunakan dalam bentuk persamaan Net WorthTotal
Debt. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya
sendiri. Umumnya
perusahaan-perusahaan yang
gagal adalah
perusahaan yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan
semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi . Rasio ini kebalikan dari Debt Equity Ratio yang dikenal di dalam
rasio keuangan Sawir, 2005. 5
Sales to Total Assets STA Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan
volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam
menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.
Assets Total
Sales STA
41 Rasio PenjualanTotal Aktiva merupakan rasio yang mendeteksi
kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula
dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
revenue. Semakin besar perputaran total aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan
berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing,
modal kerja menurun, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman Z-Score tidak hanya terfokus pada
bagian-bagian keuangan perusahaan saja tetapi juga dapat dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat
mempengaruhi rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa implementasi metode Altman Z-Score pada sebuah perusahaan di
samping akan mendeteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan mengarahkan perusahaan yang sedang mengalami masalah
42 dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan
likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan. Metode Altman Z-Score pertama kali dikembangkan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah
keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih
rendah daripada yang dikehendaki manajemen, maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu.
Hal yang menarik mengenai Altman Z-Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana
ukuran perusahaan. Meskipun perusahaan sangat makmur, tapi bila nilai Z mulai turun dengan tajam, perusahaan harus segera waspada
dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar
menurun dan berpindahnya penguasaan pangsa pasar. Pengguna
laporan keuangan dapat menggunakan Z-score untuk berbagai aplikasi yang berkaitan dengan performance keuangan perusahaan
Auchterlonie, 1997 dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010 antara lain:
43 a.
Credit evaluation – untuk loan officers dan manajer kredit dalam menerima atau menolak aplikasi pinjaman.
b. Private investment analysis – untuk stock brokers dan investor-
investor individu dalam mengevaluasi tingkat keamanan investasi yang lakakukan.
c. M A analysis – untuk mempertimbangkan kelayakan entitas
sebelum dan sesudah reorganisasi perusahaan. d.
Turn around management – untuk mengembangkan rencana darurat dan strategi perubahan haluan untuk segera memperbaiki
situasi yang memburuk. e.
Insurance under writing – untuk menilai potensi risiko kredit, mengusulkan untuk diasuransikan termasuk pembagian risiko
dan self-insured retentions. f.
Corporate governance – analisis direksi dan komite audit untuk kemampuan kelangsungan perusahaan, pertimbangan risiko
perusahaan, dan analisis skenario merger dan akuisisi
5. Firm Size Ukuran Perusahaan