65 saham  menunjukkan  aktiva  bersih  net  asset  yang  dimiliki  oleh
pemegang saham dengan memilih satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah  sama  dengan  total  ekuitas  pemegang  saham,  maka  nilai  buku
perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan  yang  berjalan  dengan  baik,  umumnya  memiliki  rasio  book  to
market  di  bawah  satu,  yang  menunjukkan  bahwa  nilai  pasar  saham  lebih besar dari nilai bukunya.
Secara  teoritis  rasio  book  to  market  memiliki  pengaruh  negatif terhadap  return  saham  dengan  kata  lain  semakin  tinggi  rasio  book  to
market  suatu  perusahaan  maka  semakin  rendah  return  saham  yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to
market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi. Itu terbukti  oleh  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Utama  dan  Lumondang
2009,  memberikan  hasil  yang  sama  bahwa  book  to  market  memliki hubungan  negatif  terhadap  return  saham.  Oleh  karena  itu,  hipotesis
hubungan  antara  book  to  market  dengan  return  saham  adalah  sebagai berikut:
H
8
: Book to Market berpengaruh signifikan negatif terhadap
return
saham .
9. Hubungan Beta dengan Return saham.
Beta  pasar  saham  tersebut  dinilai  berdasarkan  volatilitas  saham tersebut  terhadap  IHSG.  Berdasarkan  konsep  yang  di  kemukakan
Jogiyanto  1998  dalam  Erman  2012  bahwa  beta  saham  berpengaruh
66 positif  terhadap  return  saham  namun  dalam  penelitian  Herman  dan  Suk
2007 menjelaskan bahwa beta berpengaruh negatif dengan return saham. Risiko yang tinggi akibat dari fluktuasi keuntungan yang besar  dan positif
terhadap  return  pasar  ini  bukanlah  tanpa  alasan.  Dengan  tingkat keuntungan  fluktuatif  yang  positif  terhadap  return  pasar,  berarti
menunjukkan  adanya  pengaruh  yang  positif  signifikan  beta  saham terhadap return saham.
H
9
: Terdapat hubungan signifikan positif antara
beta dengan return saham
10. Hubungan Earning dengan Return Saham
Earning  dapat  diukur  dengan  menggunakan  laba  per  lembar  saham earning  per  share.  Menurut  Abdullah  2001  earning  per  share  adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap  lembar  saham  biasa.  Pada  umumnya  para  pemegang  saham  atau
calon  pemegang  saham  sangat  berkepentingan  dengan  earning  per  share. Guna  menghitung  EPS  perlu  menghitung  berapa  besar  laba  bersih  untuk
pemegang saham biasa common stock. Untuk itulah laba bersih sesudah pajak harus dikurangi dengan deviden preferen stock.
Dasar  akrual  dalam  laporan  keuangan  memberikan  kesempatan kepada  manajer  memodifikasi  laporan  keuangan  untuk  menghasilkan
jumlah  laba  earning  yang  diinginkan.  Rendahnya  kualitas  laba  akan dapat  membuat  kesalahan  pembuatan  keputusan  para  pemakainya  seperti
investor dan kreditor, sehingga kualitas laba akan berkurang Siallagan dan
67 Machfoedz, 2006. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak
menyajikan  fakta  yang  sebenarnya  tentang  kondisi  ekonomis  perusahaan dapat  diragukan  kualitasnya.  Laba  yang  tidak  menunjukkan  informasi
yang  sebenarnya  tentang  kinerja  manajemen  dapat  menyesatkan  pihak pengguna laporan. Dalam penetian Nathaniel 2008 bahwa earning dapam
proxy  earnig  per  share  berpengaruh  positif  dan  tidak  signifikan  terhadap return  saham.  Jika  laba  seperti  ini  digunakan  oleh  investor  untuk
membentuk  nilai  pasar  perusahaan,  maka  laba  tidak  dapat  menjelaskan nilai  pasar  perusahaan  yang  sebenarnya.  Oleh  karena  itu,  hipotesis
hubungan antara Earning dengan return saham adalah sebagai berikut:
H
10
: Earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
11. Hubungan  Ukuran  Perusahaan  ,  Book  to  Market,  Beta,  Earning  dan