59
4. Hubungan Earning dengan Financial Distress
Perusahaan didirikan dengan tujuan memperoleh laba, yang nantinya digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya
Wahyuningsih dan Suryanawa, 2012. Sebuah perusahaan tentu akan menghindari kondisi-kondisi yang dapat mengakibatkan kebangkrutan.
Kebangkrutan merupakan kondisi financial distress yang terburuk. Financial distress sendiri merupakan penurunan kondisi keuangan
perusahaan sebelum mencapai kebangkrutan Platt dan Platt, 2002. Menurut Elloumi dan Gueyie 2001 dalam Saleh dan Sudiyatmo
2013 perusahaan menuju kebangkrutan didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki laba per lembar saham Earning Per Share negatif. EPS
merupakan rasio yang paling banyak digunakan oleh pemegang saham dalam menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena
itu, hipotesis hubungan antara earning dengan bankruptcy risk adalah sebagai berikut:
H
4
: Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score.
5. Hubungan Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta dan Earning
dengan ZScore
Kebangkrutan merupakan kondisi financial distress yang terburuk. Financial distress sendiri merupakan penurunan kondisi keuangan
perusahaan sebelum mencapai kebangkrutan Platt dan Platt, 2002. Financial distress diukur dengan menggunakan Earning Per Share EPS,
60 karena EPS dapat menggambarkan seberapa besar perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan per lembar saham yang akan dibagikan kepada pemilik saham
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak
manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan Solechan, 2007. Nilai book-to-market
yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prospek kinerja perusahaan di masa mendatang buruk Drobetz, 2004 dalam Utama dan Lumondang,
2009. Oleh karena itu, perusahaan dengan book-to-market yang tinggi tersebut cenderung memiliki bankruptcy risk yang tinggi
Menururt Endra 2001 dalam penelitiannya menjelaskan, semakin besar beta, maka semakin besar pula risiko suatu saham reksa dana
semakin besar risiko maka akan semakin besar pula perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Platt dan Platt 2002 Solechan 2007, Utama dan Lumondang 2009
,
Endra 2001 maka hipotesis yang diajukan adalah:
H
5
: Ukuran Perusahaan
, Book to Market, Beta dan Earning berpengaruh signifikan dan secara simultan terhadap
Z-score. 6.
Hubungan Financial Distress dengan Return Saham
Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi atau usahanya Altman,1968. Dalam dunia bisnis,
kegagalan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan
61 faktor financial. Dalam hal ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri
serta lokasi dan lingkungan yang tidak mendukung. Kegagalan ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan pendapatan sehingga tidak dapat
menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti tingkat laba perusahaan lebih kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan
lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor financial dapat berupa utang yang terlalu banyak serta penggunaan modal yang tidak efisien. Kegagalan
keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas dibedakan
menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat
dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Faktor financial inilah yang kemudian dapat menimbulkan
risiko financial distress pada perusahaan. Berdasarkan asumsi bahwa pembayaran dividen yang naik terjadi
ketika perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang baik, serta kecenderungan dari harga saham yang mengikuti naik turunnya nilai
dividen, maka dapat dikatakan keuntungan perusahaan mempengaruhi besarnya total return yang diterima investor dalam investasi saham.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang 2009 bahwa kondisi financial distress memberikan imbal hasil yang
rendah dan bahwa semakin besar risiko kepailitan maka menghasilkan
62 imbal hasil yang tinggi pula. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara
financial distress dengan return saham adalah sebagai berikut:
H
6
: Zscore berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.
7. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Return Saham