5.2 Analisis Evaluasi DampakPelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKM Dan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat
2 Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam
Berdasarkan analisis evaluasi kebijakan Peraturan Pemerintah Nomo 46 Tahun 2013 melalui indikator-indikator evaluasi kebijakan seperti yang telah
dikemukakan diatas, ada dua indikator yang terlaksana dengan baik, yaitu efektivitas dan kecukupan. Indikator yang tidak terlaksana dengan baik ada empat
yaitu efesiensi,pemerataan,responsivitas dan ketepatan. Sebuah kebijakan dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif dan
kalau diamati dampak tersebut ada yang direncanakan maupun dampak yang tidak direncanakan. Kebijakan-kebijakan, baik yang memiliki dampak positif maupun
dampak negatif merupakan kesempatan belajar untuk optimalisasi pendekatan dan implementasi kedepan. Upaya evaluasi kebijakan ialah untuk menentukan dampak
dari kebijakan pada kondisi kehidupan nyata. Dampak dapat dilihat pada perubahan kondisi baik secara fisik maupun soisal yang merupakan akibat dari
hasil kebijakan. Hasil penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang
mencakup seluruh wajib pajak pengusaha yang dikategorikan sebagai UMKM diwilayah Kabupaten Deli Serdang , yang merupakan kelompok sasaran dari PP
46 Tahun 2013. Selain menerima manfaat dari aturan baru ini, wajib pajak juga menerima dampak kebijakan dari PP 46 ini baik itu dampak yang bersifat negatif
maupun positif. Begitu juga dari pihak Direktorat Jenderal Pajak Sendiri yang
memproduksi kebijakan tersebut, selain menerima manfaat juga merasakan dampak positif ataupun negatif.
Dampak dari PP 46 Tahun 2013 bagi wajib pajak pengusaha yang berada di Wilayah Kabupaten Deli serdang adalah kemudahan dalam menjalankan
kewajiban perpajakan ,sedikit terhindarnya wajib pajak dari sanksi-sanksi perpajakan yang memberatkan, terciptanya konsep ketidakadialan dalam
pemajakan, dan mundurnya dari Self assessment. Kemudian dampak bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah bertambahnya penerimaan pajak
dari sektor PPh Pasal 4 Ayat 2, meningkatnya jumlah wajib pajak, timbulnya ketidakjujuran wajib pajak dalam membuat peredaran brutonya dan adanya
Peraturan Perpajakan dari sektor Pajak Pertambahan Nilai yang ikut berubah. a.
Dampak Bagi Wajib Pajak : 1
Kemudahan Dan Penyederhanaan Aturan Perpajakan Kesulitan dalam menjalankan kewajiban perpajakan yang selama ini
dirasakan wajib pajak membuat wajib pajak merasa malas untuk menjalankan kewajibannya dengan tertib. Kebijakan pemerintah dibidang fiskal dengan
menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 adalah untuk memecahkan masalah tersebut. Sistem administrasi perpajakan di Indonesia
yang menganut Self Asssessment System dimana wajib pajak sendiri yang melaksanakan kewajiban perajakan sendiri mulai
menghitung,menyetor,memperhitungkan hingga melaporkan. Oleh karena itu wajib pajak harus mampu dan mengetahui prosedur bagaimana meaksanakan
kewajiban perpajakannya.
Diterapkannya Self Asssesment System karena dianggap wajib pajak sendirilah yang tahu seberapa besar penghasilannya. Tetapi masalah yang timbul
adalah perhitungan pajak yang sulit dianggap wajib pajak, administrasi yang ribet membuat wajib pajak semakin malas untuk berkontribusi dalam
pembayaran pajak. Sesungguhnya tidak ada satupun manusia yang ikhlas untuk membayar pajak ditambah lagi setelah banyaknya kasus-kasus pegawai pajak
yang muncul diberbagai media, sehingga makin berkurangnya kepercayaan masyarakat.
Setelah diberlakukannya PP 46 ini wajib pajak lebih merasakan kemudahan dalam menjalankan kewajiban perpajaknnya. Menghitung pajaknya
cukup 1 dari omset setiap bulan, kemudian setor ke Bank Persepsi yang ditunjukan oleh pemerintah, dan selanjutnya melapor SPT Masa PPh Pasal 4
ayat 2 setiap bulannya. Dengan adanya PP 46 ini para wajib pajak pengusaha yang omsetnya masih dibawah 4,8 M per tahun tidak perlu melaksanakan
pembukuan ataupun pencatatan seperti aturan sebelumnya yang tertera pada Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2 Sedikit Terhindarnya Wajib Pajak Dari Sanksi-Sanksi Perpajakan
Sesuai dengan Ketentuan Umum Perpajakan wajib pajak wajib melaksanakan kewajiban perpajakannya. Mulai dari menghitung pajaknya
dengan benar menyetor pajak dan melapor SPT sesuai dengan batasan waktu yang telah ditetapkan. Semua kewajiban tersebut wajib dilaksanakan agar
tehindar dari sanksi administrasi maupun sanksi denda yang dapat menambah beban wajib pajak. Dengan kemudahan PP 46 ini wajib pajak semakin rajin
dalam menjalankan kewajiban perpajakannya dengan tertib sehingga dapat terhindar dari sanksi-sanksi tersebut.
Kemudian didalam aturan PP 46 ini setiap wajib pajak tidak perlu melakukan pembukuan ataupun pencatatan, maka dari itu wajib pajak akan
sedikit terhindar dari pemeriksaan pajak, yang urusannya dipersulit dan harus mencicil denda dan kekurangan jika terbukti bersalah dalam melaksanakan
kewajibannya seperti melakukan pencatatan ataupun pembukuan.
3 Terciptanya Konsep Ketidakadilan Dalam Pemajakan
Ditinjau dari konsep keadilan dalam pemajakan, pengenaan PPh tidak sesuai dengan keadilan karena tidak mencerminkan kemampuan membayar.
Pemajakan yang adil adalah bahwa semakin besar penghasilan maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar. Penghasilan yang dimaksud disini adalah
penghasilan neto, yaitu setelah dikurangi dengan biaya-biaya pengurang penghasilan bruto yang diperkenankan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Berhubung PPh final dihitung langsung dari peredaran bruto maka
pemajakan tersebut tidak sesuai denga konsep keadilan dalam pemajakan. Betapa tidak, besar kecilnya penghasilan neto seseorang atau badan usaha tidak
akan mempengaruhi besarnya pajak yang akan dibayar karena pajak dihitung dengan mengalikan tarif langsung terhadap peredaran bruto. Bahkan dalam
keadaan rugipun, dengan pengenaan PPh final seseorang atau badan usaha harus membayar pajak. Secara tidak langsung dengan berlakunya kebijakan PP 46 ini
akan mematikan para UMKM.
4 Mundurnya Dari Self Assessment System
Penerapan PPh Final 1 terhadap UMKM yang mempunyai peredaran bruto tidak lebih dari 4,8 M setahun adalah tepat jika hanya dilihat dari sisi
kemudahan dalam perhitungan pajak bagi kelompok perorangan dan badan usaha yang selama ini telah menyelenggarakan pembukuan. Namun bagi
UMKM yang selama ini telah menyelenggarakan pembukuan dengan tertib dan menghitung PPh dari penghasilan yang senyatanya dari hasil pembukuan setelah
dilakukan koreksi fiskal, ketentuan ini menjadi suatu kemunduran bagi mereka. Betapa tidak untuk kelompok ini, konsep Self Assesssment System yang
memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya menjadi tidak bermakna.
Kebijakan pengenaan PPh Final terhadap UMKM mundur dan tidak selaras dengan tujuan utama dari sistem Self Assessment yaitu kepatuhan membayar
pajak secara sukarela.
b. Dampak Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
a. Bertambahnya Penerimaan Pajak Dari Sektor Pajak Penghasilan Pasal 4
Ayat 2 Kemudian bagaimana peran PP 46 Tahun 2013 ini terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2. Dengan bertambahnya wajib pajak maka akan bertambahnya peneriamaan pajak. Seperti tidak tercapainya target
penerimaan pajak yang selama ini dialami Direktorat Jenderal Pajak membuat
pemerintah menggalih pajak dari sektor lain. Pemerintah mulai melihat sektor pengusaha yang tergolonh UMKM. Semangat pemerintah dalam mengejar target
penerimaan negara lebih dominan terlihat dalam PP 46 Tahun 2013 ini. Belum ada dua tahun PP 46 ini diberlakukan sudah kelihatan ada sumbangsihnya dalam
penerimaan pajak. Dengan pajak terhutang 1 dari omset sudah jelas pajak harus dibayar semakin banyak dan secara otomatis penerimaan pajak akan
semakin meningkat. Di KPP Pratama Lubuk Pakam sendiri penerimaan pajak dari sektor PP 46 telah mempunyai peran dalam meningkatkan Pajak
Penghasilan Pasal 4 Ayat 2. Di kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang wilayah kerjanya
adalah Kabupaten Deliserdang pada tahun 2013 dengan total penerimaan pajak Rp 166.633.160.723 adalah sebasar 1,25 atau sebesar Rp 2.090.364.324.Pada
tahun 2013 masih sedikit peran PP 46 ini terhadap penerimaan pajak yang berasal dari sektor pajak penghasilan final. Hal ini terjadi dikarenakan pada
tahun 2013 PP 46 mulai diberlakukan pada 1 Juli tahun 2013, jadi belum genap satu tahun masih sekitar enam bulan. Kemudian pada tahun 2014 peran PP 46
semakin meningkat yaitu meningkat menjadi 5,23 atau sekitar Rp 10.111.922.931 dari total penerimaan pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 sebesar
Rp 193.392.917. Peningkatan yang terjadi dari penerimaan tahun 2013 sampai tahun 2014
adalah sebesar 3,97. Jika dilihat dari sisi penerimaan pajak penghasilan final memang belum terlalu signifikan perubahannya karena PP 46 ini belum genap
dua tahun berjalan dan harapan dari kebijakan ini adalah penerimaan secara makro bukan mikro. Bukan dilihat dari sisi besar atau tidaknya pajak terhutang
yang ditanggung wajib pajak tetapi dilihat dari sisi jumlah wajib pajak, semakin banyak wajib pajak makan semakin banyak juga penerimaan pajak.
b. Pertumbuhan Wajib Pajak Yang Belum Terjadi Secara Signifikan
Kebijakan yang hanya mementingkan kemudahan saja hanya akan sedikit mengalami perubahan. Misalnya masalah pertumbuhan wajib pajak. Meski tidak
secara eksplisit dinyatakan dalam PP 46 Tahun 2013, sulit dipungkiri bahwa yang menjadi target pemajakan dalam ketentuan perpajakan baru ini adalah
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKM. Hal ini terlihat dari batasan peredaran usaha Omset 4,8 M dalam PP tersebut yang masih dalam lingkup
pengertian UMKM menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yakni usaha yang dilakukan orang
perorangan atau badan usaha dengan peredaran maksimum 50 M dalam setahun. Di Kabupaten Deli Serdang cukup banyak jumlah UMKM yang ada dan
semakin bertambah dari tahun ke tahun.Berdasarkan data yang diperoleh bahwa jumlah pengusaha UMKM di wilayah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013
sebanyak 4.359.486 pengusaha dan pada tahun 2014 sebanyak 4.968.824 pengusaha. Jumlah UMKM tersebutlah menjadi target sebagai wajib pajak pada
tahun 2013 jumlah wajib pajak berkisar 47.824 wajib pajak dan pada tahun 2014 sebesar 48.991 wajib pajak. Dari sini sudah kelihatan adanya peningkatan
jumlah wajib pajak dari sektor UMKM sejak diterbitkannya PP 46 Tahun 2013 walau perubahannya belum terlalu drastis karena baru 2 tahun.
c. Tidak Tercapainya Transparansi
Ketidakadilan pada PP 46 tahun 2013 dalam memajaki wajib pajak, sedikit demi sedikit akan ada timbulnya kecurangan dari wajib pajak dalam
menentukan omsetnya. Mengapa demikian karena PP 46 ini tidak memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan pengusaha dalam
memperoduksi barang yang dihasilkannya. Jika perhitungan pajaknya dari omset maka pajaknya akan menjadi lebih tinggi.
Dengan alasan tersebut bisa membuat wajib pajak untuk tidak jujur, tidak transparan dalam melaporkan penghasilannya.Hal ini sudah penetili temukan
dilapangan mengenai ketidakjujuran wajib pajak dalam menentukan omsetnya yang akan dilaporkan ke Kantor Pajak. Dengan mekanisme perhitungan pajak
yang dahulu dengan menggunakan Pasa 31 E Undang- Undang Pajak Penghasilan masih ada yang terbukti melakukan kecurangan dalam laporan
keuangannya padahal telah menggunakan konsep keadilan. Gimana lagi dengan menggunakan PP 46 ini, bisa saja kecurangan dalam menentukan omset akan
terjadi lebih banyak.
d. Adanya Aturan Perpajakan Dari Sektor Pajak Pertambahan Nilai Yang Ikut
berubah Tetapi adanya Peraturan Perpajakan dari sektor Pajak Pertambahan Nilai
yang ikut berubah. Adanya aturan baru yang berubah dengan diberlakukannya PP 46 ini yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197PMK.032013
perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68PMK.032010 tentang batasan pengusaha kecil Pajak Pertambahan Nilai PPN. Prubahahan tersebut
terkait batasan omset yang wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
perubahana batasan omset tersebut dari Rp 600.000.000 per tahun menjadi Rp 4.800.000.000 per tahun. Terdapat dua pilihan yang dapat dpilih wajib pajak
mengenai pengukuhan pengusaha kena pajak : a
Pengusaha yang wajib dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak jika omset yang doperoleh dalam satu tahun Rp 4.800.000.000
b Pengusaha yang omsetnya dibawah Rp 4.800.000.000 dalam satu tahun
tetapi lebih memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Hal ini akan menyebabkan penerimaan pajak dari sektor Pajak
Pertambahan Nilai akan menurun untuk kedepannya. Karena persyaratan untuk memungut PPN adalah wajib pajak yang statusnya sudah sebagai Pengusaha
Kena Pajak PKP. Jika Pengusaha kena Pajak yang wajib memungut PPN sedikit maka penerimaan PPN akan menurun untuk dimasa yang akan datang.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan petugas pajak KPP Pratama Lubuk Pakam yaitu Bapak Reginaldi.
Akhirnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 di Kabupaten Deli Serdang sudah terlaksana
sesuai dengan tujuan yang diharapkan yang terdapat pada SE-42PJ2013 tetapi tidak semua wajib pajak merasa adanya keadilan dengan berlakunya PP 46 ini.
Suatu kebijakan dapat dikatakan berhasil apabila yang semua yang menerima kebijakan merasakan keseluruhan manfaat dan tidak dirugikan dari kebijakan
tersebut begitu juga bagi sipembuat kebijakan.
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan