2.4 Informan
Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian Bungin,2007:108. Ia
bependapat bahwa terdapat dua cara memperoleh informan penelitian yaitu snowball sampling dan Key person.
1. Informan kunci Key Information merupakan mereka yang mengetahui dan memiiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Adapun
yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalahKepala Seksi Pengawasan Dan Konsultasi WASKON III Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam. 2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang teliti.Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah duaAccount Representative AR Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam.
2.5 Teknik Pegumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peniliti dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Data Primer, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian yang diperoleh melalui :
1. Wawancara Mendalam Depth-Interview, yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau
pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.
2. KuesionerAngket, adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan dilapangan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer. Hal ini dilakukan melalui :
1. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku- buku ilmiah, jurnal dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian.
2. Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dalam lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah
penelitian.
2.6 Teknik Analisis Data
Analisis-analisis kualitatif cenderung menggunakan pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di
lapangan dan bermuara pada kesimpulan umu Bungin, 2007:143. Melalui metode analisis data, peneliti menguji kemampuan bernalar dan mengelaborasi
fakta, data dan informasi yang diperoleh. Selanjutnya, peneliti menganalisisnya sehingga dapat menghasilkan informasi dan kebenaran dari setiap permasalahan
yang ada dalam penelitian ini. Dalam melakukan analisis data, menurut Miles dan Hubermann
Sugiyono, 2009:246 ada langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu: 1. Reduksi Data
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami. 3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada sesuai dengan pemahaman dan intrepretasi
peneliti.
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam 3.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Pada tahun 1987 kantor pelayanan pajak masih disebut kantor inspeksi pajak. Pada saat itu ada 2 dua kantor inspeksi pajak yaitu kantor inspeksi
pajak medan selatan dan kantor inspeksi pajak kisaran. Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat didalam pelayanan pembayaran pajak, maka
berdasarkan keputusan menteri keuangan republik indonesia nomor 267KMK.011989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada direktorat
jendral pajak yang mencakup reorganisasi kantor inspeksi pajak yang diganti nama menjadi kantor pelayanan pajak sekaligus dibentuk kantor pelayanan
pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan pada keputusan menteri keuangan republik indonesia No.785KMK.011993 tertanggal 3 agustus 1993, kantor
pelayanan pajak berubah menjadi 4 empat wilayah kerja yaitu; 1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern
yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi direktorat jendral pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai
pembuat kebijakan maupun level kantor operasional sebagai pelaksana
implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak, ketiga jenis kantor pajak yang ada yaitu, Kantor Pelayanan Pajak KPP,
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan KPPBB, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Karipka dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama KPP Pratama. Adapun kantor wilayah direktorat jendral pajak sumatera utarat I Kanwil Sumut I akan mengoperasikan delapan unit kantor
pelayanan modern yang dijuluki kantor pelayanan pajak pratama. Ke delapan KPP Pratama dimaksud yakni enam unit KPP konvensional yang ada saat ini
dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru. Keenam KPP konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni:
1. KPP Pratama Medan Belawan 2. KPP Pratama Medan Barat
3. KPP Pratama Medan Polonia 4. KPP Pratama Medan Kota
5. KPP Pratama Medan Timur 6. KPP Pratama Binjai
Dua KPP baru yang dibentuk adalah: 1. KPP Pratama Medan Petisah
2. KPP Pratama Lubuk Pakam KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah kantor pelayanan pajak
bumi dan bangunan lubuk pakam yang berada dibawah organisasi kanwil sumut II. Sejak dileburnya ketiga jenis kantor pelayanan pajak menjadi satu,
maka kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan lubuk pakam berubah
menjadi kantor pelayanan pajak pratama lubuk pakam dan berada dibawah organisasi KanwilSumut I.
Sesuai dengan keputusan DJP Nomor KEP-95PJ2008 tentang saat mulai operasi SMO kantor pelayanan pajak pratama di lingkungan kantor
wilayah direktorat jendral pajak sumatera utara I, maka kantor pelayanan pajak pratama lubuk pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 mei 2008.
Visi dari KPP pratama lubuk pakam sama dengan visi direktorat jenderalpajak tahun 2015 yaitu menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak
negarayang terbaik di wilayah asia tenggara. Frase lugas yang pada hakikatnya merupakan sebuah visi sekaligus tantangan tersebut telah final dirumuskan.
Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga transformasi visi ini
akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal Pajak
mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Misi dari KPP Pratama Lubuk Pakam adalah menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan undang-undang perpajakan secara
adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat.
3.1.2 Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Penentuan lokasi kantor pelayanan pajak pratama KPP Pratama merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemudahan
pelayanan kepada wajib pajak. Kantor pelayananan pajak pratama lubuk pakam
terletak di jalan diponegoro nomor 17 A Medan. Kantor pemerintah ini disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah, kedekatan dengan kantor
pemerintah lainnya, sepertikantor polisi deli serdang dan kantor bank, ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap wajib pajak
dalam membayar pajak. Kantor pelayanan pajak pratama lubuk pakam dipimpin oleh seorang
kepala kantor yang terdiri atas sub bagian umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi. Agar dapat lebih jelas dan
trasparan tentang keadaan dari kantor pelayanan pajak pratama lubuk pakam, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugas, fungsi dan struktur
organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam.
3.1.3 Wilayah-Wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam
Wilayah kerja kantor pelayanan pajak pratama lubuk pakam adalah wilayah kabupaten deli serdang yang memiliki kecamatan sebagai berikut,
kecamatan: Sunggal
Kutalimbaru Labuhan
Deli Namorambe Pancur
Batu Batangkuis Deli tua
Tanjung Morawa Beringin
Pagar Merbau Lubuk Pakam
Hamparan Perak Gunung Meriah
Patumbak Percut Sei Tuan
Sibolangit
STM Hulu Sibiru-biru
Galang Pantai Labu
Bangun Purba STM Hilir
3.1.4 Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam
Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas,fungsi dan wewenang serta
tanggungjawabmasing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat
pilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal.
KPP pratama lubuk pakam adalah instansi vertikal direktorat jenderal pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala kantor
wilayah yang dipimpin oleh seorang kepala kantor. KPP pratama lubuk pakam terdiri dengan sebelas seksi. Masing-masing seksi dipimpin oleh kepala seksi.
Struktur organisasi yang ada di KPP pratama lubuk pakam dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan
3. Seksi Pelayanan 4. Seksi Pemeriksaan Dan Kepatuhan Internal
5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4
11. Kelompok Jabatan Fungsional Berikut gambar struktur organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam
Gambar 3.1 struktur organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2014 3.1.5 Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Lubuk Pakam
Uraian dan fungsi KPP pratama diatur didalam peraturan menteri keuangan republik indonesia nomor 62PMK.012009 tentang organisasi dan
tata kerja instansi vertikal direktorat jenderal pajak pada paragraf 2 dua pasal 58 sampai dengan 61. Dalam melaksanakan tugasnya kantor pelayanan pajak
pratama lubuk pakam menyelenggarakan fungsi : 1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian pajak bumi dan bangunan sektor pertanian, perkebunan dan perhutanan
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan 3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
danpengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya 4. Penyuluhan perpajakan
5. Pelaksanaan registrasi wajib pajak 6. Pelaksanaan ekstensifikasi
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan
11. Pelaksanaan intensifikasi 12. Pembetulan ketetapan pajak
13. Pelaksanaan administrasi kantor Dalam melaksanakan fungsinya kantor pelayanan pajak pratama lubuk
pakam menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :
1. Kepala KPP Kepala Kantor
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan
penyusunan rencana strategi kantor wilayah. b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak,perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.
c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman MOU sesuai arahan kepala kantor wilayah.
d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasiekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasi pelaksanaan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasiekstensifikasi perpajakan.
f. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan
potensial dalam rangka intensifikasiekstensifikasi perpajakan. g. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan
pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.
h. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan. i.
Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan. j.
Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPNPPnBM untuk mengetahui
tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu
menangani Tata Usaha dan Kepegawaian b. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan keuangan
c. Pelaksanaan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan perlengkapan Rumah Tangga
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengoolahan data, penyajian
informasi perpajakan b. Perekaman dokumen perpajakan
c. Merekam SSP lembar 3 d. Merekam SPT Masa PPN 1107,1107A dan 1107B
e. Merekam PPh Pasal 21 f.
Merekam PPh Pasal 2326 g. Merekam PPh Final Pasal 4 Ayat 2
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan i.
Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer j.
Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling k. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG
l. Penyiapan laporan kinerja
4. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan c. Melakukan penyluhan perpajakan
d. Menerima,meneliti,dan merekam surat permohonan diri Wajib Pajak dan surat-surat lainnya.
e. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya.
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak. g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak
h. Melakukan Kerjasama Perpajakan
5. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi
penagihan. b. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat
tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.
c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.
d. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan Keberatan Putusan Banding Pengurangan atau Pembatalan ketetapan Pajak dan
surat keputusan pengurangan atau penghapusan Sanksi Administrasi pada seksi penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Seksi Ekstensifikasi
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi
Ekstensifiikasi Perpajakan b. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
c. Pendataan objek dan subjek pajak d. pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
b. Pembimbinganpenghimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan.
c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak d. Menganalisis kinerja wajib pajak
e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
f. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan.
g. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP
h. Melakukan evaluasi hasil banding i.
Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intesifikasi. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
j. Penyuluhan perpajakan.
9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
bidang keahliannya. a. Pejabat fungsional pemeriksa koordinasi dengan seksi pemeriksaan
sedangkan pejabat fugsional penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.
b. Setiap kelompok tersebut dikorrdinasikan oleh pejabat fugsional senior yang tunjuk oleh kepala kantor wilayah sebagai supervisor, atau kepala
KPP yang bersangkutan. c. Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
3.1.6 Gambaran Wajib Pajak Dan Kepegawaian Di Kantor Pelayanan PajakPratama Lubuk Pakam
Adapun jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Lubuk Pakam periode Desember 2014 berjumlah sebanyak 180.124. Wajib Pajak, yang
terdiri dari:
Tabel 3.5 Wajib Pajak Terdaftar Di KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014 Per Jenis Wajib Pajak
No Jenis Wajib Pajak
2011 2012
2013 2014
1 Orang Pribadi
126.200 141.030
153.900 168.815
2 Badan
6.808 7.760
8.562 9.514
3 Pemungut
1.636 1.676
1.728 1.795
Jumlah 134.644
150.466 164.190
180.124
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Lubuk Pakam berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk
dengan kepala kantor dan pegawai honorer petugas security yang dibiayai dana DIPA sebanyak4 orang. Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan
pegawai perseksibagiankelompok adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6 Jumlah Pegawai Berdasarkan SeksiBagian Di KPP Lubuk Pakam Tahun 2014
No SeksiBagian
Jumlah Pegawai
1 Sub Bagian Umum
8 2
Pengolahan Data dan Informasi 9
3 Pelayanan
11 4 Penagihan
3 5
Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
6 Ekstensifikasi Perpajakan
4 7
Pengawasan dan Konsultasi I 6
8 Pengawasan dan Konsultasi II
6 9
Pengawasan dan Konsultasi III 6
10 Pengawasan dan Konsultasi IV
6 11
Fungsional 10
Jumlah 73
Sumber : Sub Bagian Umum KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2014 Tabel 3.7 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Jenis Pendidikan
Jumlah Pegawai 1
Master S2 15
2 Sarjana S1
30 3
Diploma IV 8
4 Diploma III
15 5
Diploma I 3
6 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA
2 7
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP
JUMLAH 73
Sumber : Sub Bagian Umum KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2014
Tabel 3.8 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan No
GolonganPangkat Jumlah Pegawai
1 Golongan IV
15 2
Golongan III 38
3 Golongan II
20
JUMLAH
73
Sumber : Sub Bagian Umum KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2014 Tabel 3.9 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan
No Jabatan
Jumlah Pegawai
1 Eselon III
1 2
Eselon IV 11
3 Fungsional
10 4
Account Representative AR 30
5 Pelaksana
12
JUMLAH
73
Sumber : Sub Bagian Umum KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2014
3.2 Gambaran Umum Dinas Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah
Kabupaten Deli Serdang 3.2.1
Sejarah Ringkas Dinas Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Deli Serdang
Pada awalnya Kantor Departemen Koperasi sejak tahun 60-an sampai dengan 1974 desebut Kantor Departemen Transmigrasi Koperasi, tahun 1974
sampai dengan tahun 1980 dengan nama Kantor Departemen Perdagangan Dan Koperasi. Kurun Waktu tahun 60-an sampai dengan tahun 1984 pembinaan
koperasi masih dibawahi oleh suatu Direktorat. Mulai tahun 1984, Pembinaan Koperasi ditangani oleh Menteri tersendiri
dengan nama Departemen Koperasi. Pada tahun 1992 sampai dengan 1997 Departemen Koperasi berubah lagi menjadi Kantor Departemen Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil. Tahun 1997 sampai dengan 1998 sampai dengan 2000 menjadi kantor Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah.
Sejalan dengan Otonomi Daerah pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan Koperasi dan PKM Kabupaten Deli
Serdang, dan tahun 2008 sampai dengan sekarang berubah menjadi Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah Kabupaten Deli Serdang.
Dalam rangka penerapan Otonomi Daerah, maka Kantor Departemen Koperasi dan PKM Kabupaten Deli Serdang dialihkan diintegrasikan kepada
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Perda No. 46 Tahun 2000 dengan Nama Dinas Penanaman Modal dan Koperasi dan Pengusaha
KecilMenengah. Dan berdasarkan Perad No. 5 tahun 2007 tantang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli
Serdang menjadi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang.
Kantor Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang beralamat di jalan Karya Utama No. 4 Komplek Perkantoran Pemkab
Deli Serdang – Lubuk Pakam. Dalam Kepemimpinan Pejabat Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang sebagaimana
diuraikan diatas adalah sebagai berikut : a. Periode 1975 sd 1980 sebagai pejabat Kepala Kantor Departemen
Transmigrasi dan Koperasi adalah Bapak F. Purba b. Periode 1980 sd 1984 sebagai Pejabat Kepala Kantor Departemen
Perdagangan dan Koperasi adalah Bapak G. N Kaban, B.Sc
c. Periode 1984 sd 1987 sebagai Pejabat Kepala Kantor Departemen Koperasi adalah Bapak Tian Sinaga
d. Periode 1987 sd 1992 sebagai Pejabat Kepala Kantor Departemen Koperasi adalah Bapak H. S Marpaung, B.Sc
e. Periode 1992 sd Oktober 1996sebagai Pejabat Kepala Kantor Departemen Koperasi dan pembinaan Pengusaha Kecil adalah Bapak Dj. Purba, SH
f. Periode Oktober 1996 sd januari 2001 sebagai Pejabat Kepala Kantor Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah adalah Bapak Ir.
Tupang Sianturi
.
g. Periode 31 Januari 2001 sd Desember 2004 sebagai pejabat Kepala Dinas Penanaman Modal, Koperasi dan pengusaha Kecil dan Menengah adalah
Bapak Drs. A. R Pane h. Periode 09 Desember 2004 sd April 2010 sebagai Pejabat Kepala Dinas
Koperasi, Usaha Kecil dan menengah adalah Bapak H. Kali Paruhum, SE. i. Terhitung mulai tanggal 15 April 2010 sebagai pejabat Kepala Dinas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang adalah Ir. Syarifah Alwiah, M.MA.
3.2.2
Kantor Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang
1.
Pembentukan dan Kedudukan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007 tentang pembentukan organisasi dan
Tata Kerja perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang. Dinas Kopersi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu Pelaksana
Mandat bidang Koperasi, Usaha kecil dan Menengah guna terselenggaranya Good Gevernance.
Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
.
2. Tugas dan Fungsi
Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten di
bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Kopersai, Usaha Kecil dan
Menengah Kabupaten Deli Serdang mempunyai fungsi : 1. Perumusan Kebijaksanaan teknis di bidang Koperasi, Usaha kecil dan
Menengah. 2. Penyelenggaraan urusan Pemerintah dan Pelayanan Umum di bidang
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. 3. Pelaksanaan Tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsi di bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. 4. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Koperasi, Usaha Kecil dan
Menengah.
3. Visi dan Misi
Visi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang adalah terciptanya koperasi dan Usaha Mikro, Kecil and Menengah
yang tangguh dan mandiri, serta iklim yang kondusif dan berwawasan lingkungan bagi Kopersai usaha Kecil dan Menengah.
Misi Dinas Koperasi, Usaha kecil dan menengah Kabupatan Deli
Serdang adalah:
1. Memberdayakan kelembagaan dan usaha Koperasi dengan bertumpu kepada kepentingan ekonomi anggota dan masyarakat.
2. Memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah sebagai pelaku dalam system ekonomi produktif.
3. Memberikan pelayanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, transparan, dan akuntabel.
3.2.3 Struktur Organisasi dan Kepegawaian
Susunan organisasi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang terdiri atas :
1. Kepala Dinas 2. Sekretaris
a Sub Bagian Umum
b Sub Bagian program
c Sub Bagian Keuangan
3. Kabid Usaha Mikro Kecil dan Menengah
a Kasi Aneka Usaha dan Perizinan
b Kasi Kemitraan UMKM
c Kasi permoadalan
4. Kabid Koperasi dan Kelembagaan
a Kasi Usaha Koperasi
b Kasi Kelembagaan dan Kemitraan Koperasi
c Kasi Penyuluhan
5. Kabid Pembinaan dan Pengembangan
a Kabid Pembinaan
b Kabid Pengembangan
c Pabid pendataan
6. Kabid pengawasan dan pengendalian
a Kasi pengawasan
b Kasi pengendalian
c Kasi Penelitian dan Pengkajian
d Unit Pelaksana Teknis Dinas
Jumlah seluruh pegawai Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang adalah 47 orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.10 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin Jumlah Pegawai
1 Laki-Laki
31 2
Perempuan 16
Jawaban 47
Sumber : Sub Bagian Umum Dinas Koperasi Dan UKM Tahun 2014 Tabel 3.11 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Pegawai
1 Master S2
1 2
Sarjana S1 20
3 Sarjana Muda D3
5 4
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA 19
5 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP
6 Sekolah Dasar SD
2
Jawaban 47
Sumber : Sub Bagian Umum Dinas Koperasi Dan UKM Tahun 2014 Tabel 3.12 Jumlah Pegawai Berdasarkan GolonganPangkat
No GolonganPangkat
Jumlah Pegawai
1 IV B
1 2
IV A 15
3 III C
4 4
III B 19
5 III A
1 6
II D 1
7 II C
2 8
II B -
9 II A
- 10 I D
-
Jawaban 47
Sumber : Sub Bagian Umum Dinas Koperasi Dan UKM Tahun 2014
Gambar 3.2Struktur Organisasi Dinas Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Sumber : www.deliserdangkab.go.id, diakses 04 April 2015, Pukul 14.30 WIB
3.2.4 Gambaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKMDi
Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang sebagai daerah yang berbatasan dengan KotaMedan mempunyai banyak keuntungan dalam hal pemasaran yang juga
ditandaidengan banyaknya pelaku UMKM di daerah ini. Perkembangan UMKM diKabupaten Deli Serdang relatif meningkat setiap tahunnya, hal ini
dapat dilihat selama periode 2011-2012 pra CAFTA yang mengalami peningkatan dari2.703.797 pada tahun 2011 menjadi 2.916.499 pada tahun
2012 atau terjadipeningkatan sejumlah 212.702 atau rata-rata sebesar 7,8 per tahun. Sedangkanselama periode 2013-2014 pasca CAFTA mengalami
peningkatan dari 4.359.486 pada tahun 2013 menjadi 4.968.824 pada tahun 2014 atau terjadi peningkatansejumlah 609.338 atau rata-rata sebesar 13,97
per tahun. Hal ini terjadi disebabkan potensi alam Kabupaten Deli Serdang
yangsangat mendukung seperti pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dankehutanan. Potensi alam tersebut digunakan sebagai bahan baku industri
rumahtangga yang dihasilkan oleh UMKM di daerah ini. Pemerintahan Kabupaten DeliSerdang selama ini secara aktif berpartisipasi dalam acara
promosi atau pameranproduk UMKM seperti Pekan Raya Sumatera Utara PRSU dan Smesco diJakarta, dengan harapan produk-produk yang menjadi
ciri khas KabupatenDeliSerdang dapat dikenal dan diminati publik.Berikut data jumlah pengusaha dari sektor UKM di seluruh daerah yang ada di Provinsi
Sumatera Utara
Tabel 3.13 Jumlah Usaha Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Deli Serdang
KabupatenKota 2011
2012 2013
2014
Kota Rantau Prapat 284.763
Rp 16.748
Rp Kota Padangsidempuan
698.662 Rp
852.151 Rp
634.415 Rp
456.186 Rp
Kota Kisaran 266.307
Rp 1.332
Rp -
Rp -
Rp Kota Tebing Tinggi
804.887 Rp
11.012.639 Rp
492.188 Rp
537.649 Rp
Kota Tanjung Balai 494.567
Rp 507.997
Rp 416.925
Rp 415.351
Rp Kota Sibolga
439.615 Rp
419.244 Rp
250.442 Rp
276.589 Rp
Kota Pemantangsiantar 1.184.162
Rp 1.605.570
Rp 782.065
Rp 783.895
Rp Kota Medan
18.410.759 Rp
20.856.455 Rp
12.462.605 Rp
14.172.521 Rp
Kota Binjai 1.026.735
Rp 1.097.692
Rp 422.531
Rp 532.302
Rp Kab. Toba Samosir
473.157 Rp
468.586 Rp
296.432 Rp
322.717 Rp
Kab.Tapanuli Utara 632.400
Rp 641.049
Rp 294.988
Rp 403.623
Rp Kab.Tapanuli Selatan
829.723 Rp
1.009.309 Rp
357.014 Rp
459.541 Rp
Kab.Simalungun 1.345.518
Rp 1.232.003
Rp 763.131
Rp 1.110.996
Rp Kab.Nias
584.744 Rp
657.996 Rp
272.502 Rp
329.197 Rp
Kab.Mandailing Natal 579.316
Rp 773.811
Rp Kab.Langkat
1.375.973 Rp
1.406.011 Rp
820.085 Rp
977.796 Rp
Kab.LabuhanBatu 1.907.329
Rp 2.486.087
Rp 1.749.248
Rp 2.278.403
Rp Kab.Karo
889.350 Rp
893.788 Rp
686.256 Rp
805.892 Rp
Kab.Deli Serdang 2.703.797
Rp 2.916.499
Rp 4.359.486
Rp 4.968.824
Rp Kab.Dairi
492.109 Rp
545.463 Rp
419.205 Rp
531.630 Rp
Kab.Asahan 1.485.164
Rp 1.739.045
Rp 1.763.145
Rp 2.170.788
Rp Kab.Lainnya
553.726 Rp
705.812 Rp
1.043.311 Rp
1.395.190 Rp
Jumlah 36.883.447
Rp 51.071.476
Rp 28.865.290
Rp 33.702.901
Rp
Sumber: www. Sumut.bps.go.id diakses 04 april 2015 pukul 15.30 WIB
3.3 Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang
3.3.1 Geografis
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten Kota di Sumatera Utara terletak pada 20 57” Lintang Utara , 30 16” Lintang Selatan dan 98033” –
99027” Bujur Timur dengan luas wilayah 2.497,72 km
2
atau 3,48 dari luas
wilayah Provinsi Sumatera Utara.
5. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka
6. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
7. Sebelah Selatan berbatasan dengaan Kabupaten karo dan Kabupaten
Simalungun 8.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat
3.3.2 Topografis Dan Iklim
Wilayah Kabupaten Deli Serdang terdiri dari daerah pantai, daratan rendah dan daratan tinggi pegunungan dengan luas ± 2.497,72 km
2
249.772 Ha terdiri dari 22 kecamatan, 380 desa dan 14 kelurahan.Wilayah Kabupaten
Deli Serdang tergolong ke daerah beriklim tropis. Suhu udara rata-rata pada minimum 23,800C sampai 32,100 C. Curah hujan rata-rata 228 mm, hari hujan
rata-rata 16 hari kecepatan udaraangin berkisar 1,4 mdt dengan tingkat penguapan sekitar 3,8 mmhari dan penyinaran matahari rata-rata 48.
3.3.3 Demografis
Penduduk Kabupaten Deli Serdang terdiri dari berbagai suku, yaitu Melayu,Jawa,
TapanuliToba,Karo, Simalungun, Mandailing,
Minang,Simalungun, Aceh, Nias, Pakpak dan lain-lain. Walaupun berbeda agama dan adat istiadat, kehidupan bersama sebagai pedoman hidup. Dengan
jumlah penduduk 1.807.173 jiwa dan kepadatan 724 jiwakm
2
.
3.3.4 Kepegawaian
Tabel 3.14 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan
Tahun 2013 Tahun 2014
1 SD
135 158
2 SLTP
325 212
3 SLTASMUSMK
2.856 5.474
4 DI
478 560
5 D II
2.167 1.059
6 D III
1.385 1.175
7 S 1
9.346 7.741
8 S 2
370 153
9 S 3
- -
JUMLAH 17.062
16.532
Sumber : www.Deliserdangkab.go.id 06 April 2015, 10.00 wib
Tabel 3.15 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Golongan
No Golongan
Tahun 2013 Tahun 2014
1 I
283 128
2 II
2.837 2.457
3 III
7.887 7.073
4 IV
6.055 6.874
JUMLAH 17.062
16.532
Sumber : www.Deliserdangkab.go.id 06 April 2015, 10.00 wib
Tabel 3.16 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Jenis Kelamin
No Je nis Kelamin
Tahun 2013 Tahun 2014
1 Pria
6.111 5.690
2 Wanita
10.951 10.842
JUMLAH
Sumber : www.Deliserdangkab.go.id 06 April 2015, 10.00 wib
3.3.5 Bidang Pemerintahan Desa
Berikut nama dan ibu kota, luas wilayah dan jumlah desakeluarahan di kabupaten Deli Serdang sampai tahun 2014.
Tabel 3.17 Tabel Wilayah Kabupaten Deli Serdang
Ibu Kota Luas
Jumlah Desa Kecamatan
Wilayah Km2 Kelurahan
1 Gunung Meriah
Gunung Meriah 76,65
12 Desa 2
STM Hulu Tiga Juhar
223,8 20 Desa
3 Sibolangit
Sibolangit 179,96
30 Desa 4
Kutalimbaru Kutalimbaru
174,92 14 Desa
5 Pancur Batu
Pancur Batu 122,53
25 Desa 6
Namorambe Namorambe
62,3 36 Desa
7 Biru-Biru
Biru-Biru 89,69
17 Desa 8
STM Hilir Talun Kunas
190,5 15 Desa
9 Bangun Purba
Bangun Purba 129,5
24 Desa 10
Galang Galang
150,29 28 Desa 1 kel
11 Tanjung Morawa
Tanjung Morawa 131,75
25 Desa 1 kel 12
Patumbak Patumbak
46,79 8 Desa
13 Delitua
Delitua 9,36
3 Desa 3 kel 14
Sunggal Sunggal
92,52 17 Desa
15 Hamparan Perak
Hamparan Perak 230,15
20 Desa 16
Labuhan Deli Helvetia
127,23 5 Desa
17 Percut Sei Tuan
Tembung 190,73
18 Desa 2 kel 18
Batang Kuis Batang Kuis
40,34 11 Desa
19 Pantai Labu
Pantai Labu 81,85
19 Desa 20
Beringin Beringin
52,69 11 Desa
21 Lubuk Pakam
Lubuk Pakam 31,19
6 Desa 7 kel 22
Pagar Merbau Pagar Merbau
62,89 16 Desa
2.479,72 389 Des14 Kel
Kecamatan No
JUMLAH
Sumber : www.Deliserdangkab.go.id 06 April 2015, 10.00 wib
3.3.6 Indsutri Dan Perdagangan
Tabel 3.18 Jumlah Unit Usaha Industri Formal Dan Non Formal 2014
Unit Tenaga
Investasi Nilai
Usaha Kerja
Rp.000 Produksi
Orang Rp.000
1 Industri Besar
253 100.263
638.776.100 468.982.976
2 Industri Menengah
765 100.404
622.253.600 602.165.919
3 Industri Kecil Formal
2.482 33.294
110.120.650 561.489.750
4 Industri Kecil Non Forma
4.597 11.492
2.753.200 137.910.000
Jumlah 8.097
245.453 1.373.908.550
1.770.548.645
No
Uraian
Sumber : www.Deliserdangkab.go.id 06 April 2015, 10.00 wib Tabel 3.19 Jumlah Unit Usaha Industri Komoditi Andalan Kab.Deli
Serdang
No Uraian
Tahun 2013 Tahun 2014
1 Aneka pangan berbasis ubi kayu
47 47
2 Sapu Ijuk
73 73
3 Mebel Kayu
16 16
4 Emping Melinjo
204 204
5 Keramik gerabah
12 12
6 Sabut Kelapa
3 3
7 Pandai besi
19 19
8 Sulaman Boordir
53 53
9 Gula Aren
154 154
10 Tenun Tradisional
27 27
Sumber : www.Deliserdangkab.go.id 06 April 2015, 10.00 wib Tabel 3.20 Jumlah Perusahaan Perdagangan Kab.Deli Serdang Tahun
2014
No Jenis Perusahaan
Jumlah Satuan
1 PT Perseroan terbatas
112 Perusahaan
2 PT. Swasta Asing PMA
7 Perusahaan
3 Koperasi
13 Perusahaan
4 CV Persekutuan Komanditer
114 Perusahaan
5 FA Firma
1 Perusahaan
6 Perusahaan Perseorangan
a. Kecil 233
Perusahaan b. Menengah
4 Perusahaan
c. Besar Perusahaan
7 Badan Usaha Lain BUL
Perusahaan
Sumber : www.Deliserdangkab.go.id 06 April 2015, 10.00 wib
BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini penulis menyajikan data-data yang diperoleh selama penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Penyajian data
meliputi hasil wawancara secara mendalam kepada petugas pajak dan jawaban wajib pajak dari setiap pertanyaan atas penyebaran kuisioner yang akan diuraikan
dalam bentuk tabel frekuensi.
4.1 Hasil Wawancara
4.1.1 Karakteristik Informan
Yang menjadi informandalam penelitian ini adalah : Nama
: Rudi Hartono Tarigan, SE, MM Umur
: 41 Tahun Jenis Kelamin
: Pria Tingkat Pendidikan : S2
JabatanTugas : Kepala Seksi Waskon III
Masa Kerja : 19 Tahun
Nama : Dedi Rusli, SE.,Ak,M.Si
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Tingkat Pendidikan : S2 JabatanTugas
: Account Representative AR Masa Kerja
: 16 Tahun di DJP, 1 Tahun di KPP Pakam
Nama : Reginaldi, SE, M.Si,Ak,CA
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Tingkat Pendidikan : S2 Jabatan
: Account Representative AR Masa Kerja
: 6 Tahun di DJP, 3 ½ Tahun di KPP Lubuk Pakam
4.1.2 Abstraksi Hasil Wawancara Tentang Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib
Pajak Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKM Dan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2
Pada penelitian ini, peneliti membuat pedoman wawancara. Di dalam penelitian ini peneliti mewawancarai beberapa informan yang dianggap
mengetahui pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2013, yaitu dua orang petugas pajak yang menjabat sebagai Account RepresentativeAR.
Hasil wawancara tentang Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah
UMKM dan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Pasal 4 Ayat 2 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dapat dilihat berdasarkan
indikator evaluasi sebagai berikut :
4.1.2.1 Indikator Efektifitas
Sebagai suatu proses, sebuah kebijakan menunjuk pada cara dimanamelalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang
diharapkan darinya.Demikian Graycar menyebutkan konsep kebijakan
dipandang dari perspektif prosesnya. Pengambil kebijakan menetapkan kebijakan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Cara
yang ditetapkan dan disahkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki diantaranya dengan adanya program. Efektivitas selalu terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013,merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur
mengenai PajakPenghasilan atas Penghasilan dari Usaha yangDiterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Suatu aturan baru diberlakukan terutama dibidiang kebijakan fiskal pasti ada yang mendasari mengapa munculnya kebijakan baru termasuk
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dedi sebagai petugas pajak yang mendasari diterbitkannya
aturan baru tersebut karena selama ini banyak wajib pajak khususnya wajib pajak pengusaha merasa kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Mulai dari perhitungan sampai dengan pelaporan pajaknya. Karena sistem perpajakan yang diberlakukaan saat ini adalah Self Assessment Systemdimana
wajib pajak sendirilah yang menghitung pajaknya karena wajib pajak yang dianggap tahu mengenai harta kekayaan atau pengahasilan yang diperolehnya.
Dengan sistem yang diberlakukan tersebut dan dengan kesulitan dari segi perhitungan banyak wajib pajak yang mengeluh sudah membayar pajak dan
sulit pula perhitungannya sehingga banyak masyarakat malas untuk ikut
berpartisipasi dalam hal pembayaran pajak sehingga penerimaan pajak beberapa tahun belakangan ini tidak mencapai target.
Kemudian peneliti juga menanyakan kepada Bapak reginaldi tentang apa yang mendasari diberlakukannya kebijakan ini atas keterangan yang
diberikan bahwa aturan ini diberlakukan selain hanya asas kemudahan juga didasari atas asas keadilan karena dianggap tidak adil seorang buruh dengan
gaji dalam satu tahun minimal Rp 24.300.000 wajib bayar pajak sedangkan seorang pengusaha yang memproleh penghasilan lebih dari seorang buruh tidak
bayar pajak. Menurut Kepala Seksi yaitu Bapak Rudi Hartono yang mendasari
diterbitkannya PP 46 ini adalah untuk memudahkan wajib pajak pengusaha yang berdagang maupun jasa yang omsetnya setahun tidak lebih dari 4,8 M
sehingga wajib pajak yang tergolong kecil dan menengah atau UKM tidak repot untuk melakukan pembukuan ataupun pencatatan.
Gambar 4.1 dan 4.2 Pusat Perbelanjaan Kota Lubuk Pakam Pusat UMKM
Sumber: Observasi 01 Maret 2015, Pukul 13.00 Dokumentasi Fitri
Sebuah kebijakan diberlakukan pasti memiliki tujuan begitu juga Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.Menurut informan yaitu Bapak
Dedi sebagai Account Representativeperaturan baru ini diberlakukan bertujuan untuk menyederhanakan administrasi perpajakan sehingga masyarakat lebih
mudah dalam menjalankan kewajiban perpajakannya karena selama ini banyak masyarakat khususnya wajib pajak merasa kesulitan dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Kemudian peneliti menanyakan kepada petugas lainnya yaitu Bapak
Reginaldi sebagai Account RepresentativeARMenurut beliau bahwa PP 46 ini diberlakukan hanya untuk memudahkan wajib pajak pengusaha yang
berdagang maupun jasa yang omsetnya dalam setahun tidak lebih dari 4,8 M atau lebih dikenal UMKM, sehingga wajib pajak yang tergolong kecil dan
menengah tidak repot untuk melakukan pembukuan ataupun pencatatan. Kalau dulu harus menyelenggarakan pembukuan,pencatatan, ada pengurangan biaya-
biaya dan biaya tersebut wajib di rekonsiliasi fiskal lagi. Dengan adanya penyederhanaan administrasi tersebut diharapkan semakin banyak masyarakat
yang mau berkontribusi dalam penyelenggaraan perpajakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengawasan Dan
Konsultasi WASKON III tujuan diberlakukannya PP 46 ini adalah Tujuan Pertama adalah memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan
perpajakan khususnya bagi pengusaha kecil yang lebih dikenal dengan istilah UKM, selama ini banyak wajib pajak menganggap sulit berurusan dengan
perpajakan, sehingga membuat mereka malaz untuk berurusan dengan pajak. Kalau dulu mekanisme perhitungan pajak terhutang bagi wajib pajak yang
omsetnya di bawah 4,8 M lebih sulit, ada yang menggunakan pembukuan ataupun pencatatan, tetapi dengan adanya PP 46 Tahun 2013 ini wajib pajak
yang omsetnya di bawah 4,8 M dalam satu tahun tidak perlu melakukan pembukuan ataupun pencatatan.
Tujuan kedua adalah mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi. Selama ini tingkat kepatuhan dalam hal tertib administrasi sangat kurang
karena kesulitan itu tadi. Diharapkan dengan adanya kemudahan masyarakat semakin tertib dalam menjalankan administrasi perpajakan.
Tujuan Ketiga adalah mengedukasi masyarakat untuk transparansi. Artinya banyak pengusaha ini tidak mengerti pembukuan tertutama wajib pajak
pengusaha kecil yang digolongkan sebagai UKM. Dengan ketidakpahaman para pengusaha masalah pembukuan sehingga tidak terciptanya transparansi.
Dengan adanya aturan ini maka para pengusaha tidak perlu melakukan
pembukuan dan pencatatan. Cukup bayar pajak dengan 1 dikaliakan dengan omset tiap bulannya.
Tujuan Keempat adalah memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara. dengan adanya kemudahan,
penyederhanaan. Di harapkan masyarakat mau ikut berkontribusi dalam membayar pajak sehiingga penerimaan pajak dapat meningkat untuk
kedepannya. Suatu kebijakan akan berjalan jika yang menjadi sasaran kebijakan ikut
berpatisipasi untuk menjalankannya, misalnya kebijakan fiskal yang melibatkan wajib pajak ataupun masyarakat. Merekalah yang menjadi subjek
pajak dalam penyelenggaraan perpajakan. Dalam menjalankan sebuah kebijakan dibidang perpajakan maka harus didasari pengetahuan masyarakat
khususnya wajib pajak tentang kebijakan tersebut. Misalnya kebijakan tentang Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Pengetahuan masyarakat sangat
mempengaruhi berjalan atau tidaknya kebijakan tersebut.Agar masyarakat tahu maka perlu adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pembuat kebijakan.
Pada wawancara dengan Bapak Reginaldi sebagai petugas pajak dari KPP bahwa sosialisasi tentang peraturan baru ini sudah dilakukan oleh pihak KPP
Pratama Lubuk Pakam yaitu sekitar Bulan Juni Tahun 2013 sebulan sebelum PP 46 ini diberlakukan. Sosialisasi tersebut dilaksanakan di KPP Pratama
Lubuk Pakam dengan melibatkan para wajib pajak pengusaha baik orang pribadi maupun badan yang berada di wilayah kerja KPP Pratama Lubuk
Pakam. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Kepala Seksi Waskon III ”Sosialisasi yang kami lakukan di Kantor sendiri dengan
mengundang para wajib pajak pengusaha yang berada di wilayah kerja KPP Pakam. Sebelumnya sosialisasi PP 46 ini juga sudah dilakukan oleh Pihak
DJP Kanwil Sumut 1, tetapi supaya lebih tepat sasaran maka setiap KPP wajib mengadakan sosialisasi dengan tujuan mengedukasi wajib pajak di wilayah
masing-masing agar aturan PP 46 ini dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Sosialisasi yang dilakukan hanya satu hari sebenarnya tidak
cukup membuat wajib pajak paham, jadi bagi wajib yang belum paham masih bisa datang untuk berkonsultasi kepada petugas pajak kami atau Account
Representative dari setiap wajib pajak ”. Kemudian peneliti menanyakan mengenai kualitas dari kebijakan ini
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 kepada informan.Jika bicara kualitas maka dilihat dari hasil yang dapat dicapai seberapa jauh perubahan
yang dialami. Begitu juga kualitasdari Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 seberapa jauh terjadinya perubahan contohnya adalah apakah kemudahan
yang menjadi prioritas diberlakukannya aturan ini sudah dapat dirasakan oleh wajib pajak, semakin banyak yang mau bayar pajak atau tidak. Menurut
informan sebagai petugas pajak yaitu Bapak Dedi bahwa kualitas dari aturan ini sudah cukup baikkarena menurut mereka salah satu alasan masyarakat
khususnya pengusaha kecil malas untuk berkontribusi dalam pembayaran pajak adalah administrasi yang ribet,perhitungan pajaknya membingungkan. Dengan
adanya aturan baru ini yang memudahkan wajib pajak diharapkan semakin banyak masyarakat yang mau berkontribusi dalam pembayaran pajak sehingga
penerimaan pajak dari pajak penghasilan semakin meningkat.
Menurut Bapak Reginaldi mengenai kulitas dari PP 46 ini jika dilihat dari sisi kemudahan memang mudah dalam menajalankan administrasi
perpajakannya tetapi dari sisi keadilan bagi yang menjadi subjek sasaran aturan ini adalah tidak adil karena sesuai dengan ketentuan yang menjadi dasar
pengenaan pajak adalah omset artinya dimana ada omset pasti ada pajak tidak memperhitungkan rugi atau untung yang dialami wajib pajak. Kemudian
perubahan yang terjadi belum terlalu terlihat secara signifikan baik dari sisi penerimaan pajak dari pajak penghasilan ataupun pertumbuhan wajib pajak
sendiri. Tetapi jika dilihat dari sisi kemudahan memang benar mudah yang dirasakan wajib pajak.
Kemudian peneliti juga menanyakan mengenai motivasi masyarakat khususnya wajib pajak dalam melaksanakan aturan baru ini. Pertanyaan ini
sekaligus menggalih apakah dari pantauan petugas pajak wajib pajak sudah mulai paham dalam melaksanakan kewajiban perpajakan mereka sehingga
adanya antusiasme masyarakat yang lebih baik dibidang perpajakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dedi sebagai AR dari KPP
Pratama Lubuk Pakam dimana tempat peneliti melakukan penelitian bahwa adanya antusiasme yang baik karena adanya kemudahan tersebut. Tanggapan
yang mereka berikan rata-rata baik karena wajib pajak tidak perlu melakukan pencatatan dan pembukuan. Kemudian menurut Bapak Dedi tingkat kepatuhan
wajib pajak pengusaha sudah mulai membaik. Agar dapat diketahui apakah kebijakan dibidang perpajakan yang baru
diberlakukan ini telah terlaksana secara efektif atau tidak, maka perlu dilihat dari pencapaian tujuannya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak
Dedi mengenai masalah efektif atau tidak. Menurut Bapak Regi bahwa PP 46 ini jika dilihat dari segi PPh sudah efektif karena adanya kemudahan dari sisi
perhitungan pajak walaupun perubahan belum terlalu terlihat secara signifikan baik dari segi penerimaan pajak maupun pertumbuhan wajib pajak pengusaha.
Begitu juga dari sisi kepatuhan dalam melaporkan SPT belum kelihatan membaik.
4.1.2.2 Indikator Efesiensi
Efektivitas dan efisiensi sangatlah berhubungan. Apabila kita berbicaratentang efisiensi bilamana kita membayangkan hal penggunaan
sumber daya resources kita secara optimum untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Efisiensi akan terjadi jika penggunaan sumber daya diberdayakan
secara optimum sehingga suatu tujuan akan tercapai. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang mengatur tentang
Pajak Penghasilan bagi pengusaha yang memperoleh omset tidak lebih 4,8 M per tahun atau lebih dikenal pajak bagi para UKM akan berjalan secara efesien
dan mencapai tujuan sesuai dengan harapan maka sangat diperlukan penggunaan sumberdaya yang maksimal. Sumber daya yang dimaksud disini
adalah sumber daya manusia yaitu para petugas pajak dan wajib pajak. Jika bekerja secara maksimal hanya petugas pajak sedangkan wajib pajak tetap saja
tidak mau ikut berkontribusi dalam penyelenggaraan negara dibidang perpajakan sama saja tidak akan ada hasil yang maksimal. Jadi dalam hal
penyelenggaran negara dibidang perpajakan perlu adanya kerjasama antara petugas pajak dan masyarakat, dan jangan sampai pengenaan pajak
memberatkan perekonomian masyarakat harus mempertimbangkan daya pikulmasyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini yang telah diberlakukan mulai tanggal 1 Juli Tahun 2013 yang masih terlaksana secara
berkelanjutan sampai saat ini. Tujuan PP 46 Tahun 2013 adalah memudahkan administrasi perpajakan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat
khususnya bagi pengusaha yang omsetnya dibawah 4,8 M per tahun atau yang dikategorikan sebagai UKM untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan
negara artinya dengan adanya kemudahan maka diharapkan semakin banyak masyarakat yang mau mendaftarkan diri sebagai wajib pajak khususnya sektor
UKM. Dengan bertambahnya wajib pajak kemungkinan besar akan bertambah pula penerimaan pajak untuk jangka panjangnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pajak yaitu Bapak Reginaldi kemudahan aturan perpajakn dari PP 46 ini sudah mulai dapat
dirasakan. Dapat dilihat dari sisi penerimaan pajak, pertumbuhan wajib pajak dan dari sisi kepatuhan dalam melaporkan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan
unan. Namun belum dapat dilihat secara signifkan perubahannya.
Tabel 4.21 Realisasi penerimaan PPh Final Pasal 4 Ayat 2
Obje k PPh Pa s a l 4 Aya t 2 2011
2012
2013
2014 401. Di s kontoBunga Obl i ga s i
16.020.700 1.810.909
2.969.899 15.195.945
402. Pe nga l i ha n Ha k Ta na hBa nguna n 44.383.202.050
49.823.925.657 101.579.071.983 97.059.346.341
403. Pe rs e wa a n Ta na h da n Ba nguna n 7.761.335.798
11.077.848.522 12.520.092.752
14.857.624.186 404. Bunga De pos i to Ta bunga n
11.472.495.637 14.388.802.488
11.523.856.934 17.214.211.887
405. Ha di a h Undi a n 196.974.250
409.833.260 661.650.573
18.920.576 407. Pe njua l a n Sa ha m pe ndi ri
11.011.740 408. Pe njua l a n s a ha m pe mi l i k PMW
30.444.444 51.500.000
316.691.915 6.381.818
409 Ja s a Kontruks i 8.859.421.282
17.898.112.418 32.332.661.649
35.010.800.689 419. Pe ngha s i l a n be rupa de vi de n
3.835.708.205 642.507.799
1.624.042.783 4.127.524.479
418. Pe ngha s i l a n de ri va ti f 37.500
420. WP me mi l i ki pe ngha s i l a n bruto te rte ntu 2.090.364.324
10.111.922.931 TOTAL
78.552.147.818 94.294.341.053 166.633.160.723 193.394.917.426
Sumber : Seksi Pusat Data dan Informasi KPP Pratama Lubuk Pakam
Tabel 4.22 Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam
Je ni s Pa ja k 2011
2012 2013
2014 A. PPh Non Mi ga s
320.150.010.895 382.698.376.388
473.460.029.056 569.442.054.044
411121. PPh Pa s a l 21 119.791.216.247
146.084.024.692 164.470.768.397
215.747.892.422 411122. PPh Pa s a l 22
9.019.161.137 9.990.182.617
9.855.792.968 12.285.148.693
411123. PPh Pa s a l 22 i mpor 48.065.596.039
58.054.801.958 51.283.267.585
48.432.760.915 411124. PPh Pa s a l 23
18.309.283.681 17.319.812.934
26.331.863.371 28.659.523.348
411125. PPh Pa s a l 2529 OP 3.756.534.998
4.301.084.096 8.360.681.709
6.052.646.420 411126. PPh Pa s a l 2529 Ba da n
36.672.273.519 29.425.298.496
39.325.567.968 54.715.492.906
411127. PPh Pa s a l 26 5.974.580.221
11.742.925.046 7.197.244.153
10.135.557.817 411128. PPh Fi na l
78.552.147.818 105.766.266.775
166.633.160.723 193.394.917.426
411129. PPh Non Mi ga s l a i nnya 400.600
2.270.000 210.000
44.050 411131. Fi s ka l Lua r ne ge ri
8.816.635 11.709.774
1.472.182 18.070.047
B. PPN da n PPnBM 355.673.623.275
458.649.838.817 580.846.848.364
657.011.630.161 411211. PPN Da l a m Ne ge ri
219.439.535.531 269.237.386.860
381.653.347.954 380.797.272.832
411212. PPN I mpor 136.070.636.091
189.316.077.707 198.339.943.603
275.549.120.969 411219. PPN l a i nnya
3.405.357 3.544.318
138.316.995 41.673.909
411221.PPnBM Da l a m Ne ge ri 19.722.449
12.439.432 609.934.004
391.665.208 411222. PPnBM I mpor
140.323.847 80.390.500
72.093.423 117.126.197
411229. PPnBM La i nnya 33.212.385
114.771.046 C. PBB
72.304.878.811 24.654.517.909
15.234.993.066 24.167.927.673
411311.PBB Pe de s a a n 2.713.070.371
411312. PBB Pe rkota a n 56.585.202.659
46.349.493 411313. PBB Pe rke buna n
13.006.605.781 24.489.248.679
14.804.642.928 22.954.917.762
411316. PBB Pe rta mba nga n 118.919.737
430.350.138 1.213.009.911
D. Pa ja k La i nnya 929.531.459
1.145.535.713 1.665.481.016
2.132.693.331 411611. Be a Ma te ra i
850.000.000 977.057.000
1.147.395.800 1.535.979.648
411612.Pe njua l a n be nda Ma te ra i 411619.PTLL
30.359.102 500.035.040
411621.Bunga Pe na gi ha n PPh 14.307.285
5.505.760 28.142.198
18.586.126 411622. Bunga Pe na gi ha n PPN
65.224.174
162.972.953 459.583.916
78.092.517
E. PPh Mi ga s 124.111.008
52.497.351 63.216.132
29.970.735 411111. PPh Mi nya k Bumi
1.332.500 411112. PPh Ga s Al a m
119.445.562 49.867.343
62.295.682 28.026.235
411119. PPh Mi ga s La i nnya 4.665.446
2.630.008 920.450
612.000 TOTAL
749.182.155.448 867.203.962.799
1.069.326.195.074 1.251.156.917.183
Sumber :Seksi Pusat Data dan Informasi KPP Pratama Lubuk Pakam
Kedua Data tersebut adalah data penerimaan PPh final pasal 4 ayat 2 yang salah satu jenis pajaknya adalah PP 46 Tahun 2013 yaitu wajib pajak
pengusaha yang memiliki peredaran bruto tertentu dan data keseluruhan penerimaan pajak pada KPP Pratama Lubuk Pakam selama periode 2011
sampai 2014. Penerimaan pajak yang meningkat tidak lepas dari campur tangan masyarakat yang ikut serta dalam membayar pajak dan jumlah
masyarakat yang terdaftar sebagai wajib pajak. Penerimaan pajak dari tahun 2013-2014 untuk penerimaan pajak yang dikategorikan sebagai PP 46 atau
wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu belum terlalu terlihat secara signifikan perubahannya walau sudah ada sedikit perubahaannya. Hal tersebut
terjadi karena belum ada dua tahun kebijakan baru tersebut berjalan. Data
sekunder yang diperoleh penulis dengan hasil wawancara mengenai penerimaan pajak sejalan.
Menurut Bapak Reginaldi sebagai petugas pajak Jika dilihat dari sisi kepatuhan sudah mulai membaik, dari yang tidak tahu mengenai kewajiban
perpajakannya menjadi tahu bahkan beberapa masyarakat mulai mau untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak karena adanya kemudahan administrasi
tersebut. Dari sisi penerimaan belum mencapai apa yang diharapkan karena dari segi PP 46 harapannya hanya secara makro memang tarif turun tetapi jika
banyak yang setor dan lapor perlahan-lahan penerimaan pajak akan semakin tinggi.
Pendapat Bapak Regi sejalan dengan pendapat yang dikemukan petugas pajak lainnya yaitu Bapak dedi. Menurut Bapak Dedi dengan adanya PP 46 ini
wajib pajak sudah mulai sedikit patuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Kemudian menurut Bapak Regi pada saat penulis melakukan wawancara bahwa PP 46 ini tarifnya sangat kecil yaitu hanya 1 . Kalau dulu
tarif paling rendah itu 5 untuk wajib pajak orang pribadi, tetapi dari segi perhitungan lebih mudah menggunakan PP 46. Harapan dari PP 46 ini adalah
secara makro bukan secara mikro. Biar tarif turun tetapi diharapakan jumlah wajib pajak semakin bertambah dan banyak yang mau bayar pajak.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Seksi Waskon III mengenai tindakan apa yang dilakukan oleh pihak KPP untuk mengatasi wajib
pajak yang tidak mau menjalankan kewajiban perpajakannya. Berikut menurut penuturan beliau “Memberikan pengertian secara perlahan-lahan, jika mereka
tidak mau mendengarnya juga ada langkah selanjutnya yang akan dilakukan pihak KPP, seperti mengirimkan surat himbauan untuk mealksanakan
kewajiban perpajakannya, misalnya kekurangan pembayaran pajak, wajib pajak yang belum menyampaikan SPT baik SPT masa maupun SPT Tahunan.
Jika surat himbauan tidak di respon juga oleh wajib pajak maka langkah selanjutnya mengirimkan surat tagihan pajak STP, STP tersebut wajib
dilunasi paling lambat 1 bulan sejak tanggal diterbitkan. Jika STP tersebut tidak ditanggapi juga barulah pihak Kantor Pajak melaksanakan tahapan
tindakan penagihan pajak”.
Sebagai subjek sasaran dari PP 46 Tahun 2013 ini, sektor UKM ini mempunyai peran yang cukup baik dalam pelaksanaan aturan baru ini. Dengan adanya
tertib administrasi, dengan adanya kemudahan diharapkan penerimaan pajak akan membaik khususnya diwilayah Kabupaten Deli Serdang. Penerimaan tersebut akan
membaik bukan hanya dikarenakan tertib administrasi tetapi adanya peran jumlah wajib pajak. Dengan adanya PP 46 ini diharapkan wajib pajak dari sektor UKM akan
meningkat.
Berikut data hasil penelitian mengenai jumlah wajib pajak KPP Pratama Lubuk Pakam
Tabel 4.23 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam berdasarkan wilayah kerja per kecamatan.
2011 2012
2013 2014
Ba da n 68
71 76
99 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
68 71
76 99
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun OP
542 587
588 601
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 542
587 588
601 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 209
254 248
299 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
209 254
248 299
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun OP
1.051 1.077
1.471 1.501
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 1.051
1.077 1.471
1.501 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 148
148 168
173 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
147 147
167 171
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 1
1 1
2 OP
947 957
984 968
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 947
957 984
968 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 51
53 54
58 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
51 53
54 58
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun OP
499 501
524 517
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 499
501 524
517 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 179
176 173
188 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
174 171
168 181
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 5
5 5
7 OP
1.158 1.201
1.194 1.211
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 1.158
1.201 1.194
1.211 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 223
218 218
224 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
223 218
217 224
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 1
OP 1.868
1.868 1.868
1.868 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
1.868 1.867
1.867 1.867
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 1
1 1
Ba da n 6
5 7
9 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
6 5
7 9
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun OP
41 41
50 39
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 41
41 50
39 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 302
295 303
321 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
299 293
301 314
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 3
2 2
7 OP
1.816 1.824
1.835 1.871
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 1.816
1.824 1.835
1.871 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 79
81 88
84 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
79 81
88 84
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun OP
431 418
444 437
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 431
418 444
437 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 148
138 150
162 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
148 138
149 158
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 1
4 OP
1.267 1.288
1.266 1.333
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 1.267
1.288 1.266
1.333 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 688
689 699
707 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
688 689
699 704
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 3
OP 3.555
3.576 3.546
3.688 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
3.555 3.576
3.545 3.687
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 1
1 La buha n De l i
Lubuk Pa ka m Bi ru-Bi ru
De l i Tua
Ga l a ng
Gunung Me ri a h
Ha mpa ra n Pe ra k
Kota l i mba ru Be ri ngi n
WilayahKecamatan Jenis WP
Tahun
Ba ngun Purba
Ba ta ng Kui s
Sumber : Pusat Data Dan Informasi KPP Pratama Lubuk Pakam
2011 2012
2013 2014
Ba da n 130
140 144
143 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
128 138
142 141
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 2
2 2
2 OP
665 672
642 667
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 665
671 641
667 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 75
77 71
69 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
75 77
71 69
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun OP
512 543
512 518
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 512
543 512
518 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 199
190 176
196 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
147 189
175 193
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 1
1 1
3 OP
2.086 2.067
2.099 2.104
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 2.086
2.067 2.099
2.104 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 70
72 70
69 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
69 71
69 65
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 1
1 1
4 OP
600 623
598 601
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 600
623 598
601 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 1.996
1.981 1.983
2.047 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
1.963 1.946
1.931 1.933
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 33
35 52
114 OP
8.093 8.100
9.106 9.156
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 8.093
8.099 9.106
9.155 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
1 1
Ba da n 279
293 296
283 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
275 288
291 279
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 4
5 5
4 OP
1.496 1.501
1.488 1.490
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 1.496
1.867 1.867
1.867 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
1 1
1 Ba da n
51 58
62 50
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 50
58 61
49 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
1 1
1 OP
485 492
496 499
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 485
492 496
499 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
Ba da n 397
396 415
422 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
381 385
399 400
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 16
11 16
22 OP
888 875
899 903
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 888
874 896
901 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
1 3
2 Ba da n
38 41
39 49
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 38
41 39
49 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
OP 158
158 152
154 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
158 158
152 154
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun Ba da n
1.112 1.103
1.108 1.110
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 1.084
1.081 1.071
1.064 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun
28 22
37 4
OP 6.501
6.855 6.841
5.933 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
6.501 6.854
6.840 5.932
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 1
1 1
Ba da n 792
809 928
871 WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun
778 798
904 841
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 14
11 24
30 OP
4.358 4.323
4.301 4.404
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di ba wa h Rp 4,8 M pe r Ta hun 4.320
4.298 4.401
WP de nga n Pe re da ra n Bruto di a ta s Rp 4,8 M pe r Ta hun 3
3 3
Pa ncur Ba tu
WilayahKecamatan Jenis WP
Tahun
Na mo Ra mbe
Pa ga r Me rba u
Sungga l
Ta njung Mora wa Pa nta i La bu
Pe rcut Se i Tua n
Pe tumba k
STM Hi l i r
STM Hul u
Si bol a ngi t
Sumber : Pusat Data Dan Informasi KPP Pratama Lubuk Pakam
4.1.2.3 Indikator Kecukupan
Dalam mengevaluasi kebijakan, perlu melihat sudah seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan dapat memecahkan masalah. Kebijakan atau
program dibuat untuk membantu memecahkan masalah publik. Kebijakan harus dapat meminimalisir permasalahan publik misalnya masalah penerimaan
pajak, masalah kepatuhan wajib pajak dan kesadaran masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam penyelenggaraan perpajakan.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 atau yang lebih dikenal pajak untuk UMKM diberlakukan untuk memecahkan masalah yang membuat
masyarakat malas berurusan dengan perpajakan. Permasalahan tersebut muncul bukan hanya karena minimnya kesadaran masyarakat tetapi administrasi yang
ribet menurut masyarakat, harus menyelenggarakan pembukuan ataupun pencatatan, kemudian ada yang menggunakan perhitungan terutama bagi
pengusaha yang memperoleh omset dibawah 4,8 M per Tahun. Menurut informan yaitu Bapak Reginaldi bahwa PP 46 ini sudah benar
diberlakukan jika dilihat dari sisi penyederhanaan administrasi karena berdasarkan survei dilapangan yang dihadapi informan bahwa kewajiban
masyarakat sudah mulai ada perubahan, semakin meningkat kemauan masyarakat khusunya wajib pajak untuk menjalankan kewajiban perpajakannya
karena sudah disederhanakan perhitungannya, tidak perlu menggunakan pembukuan, pencatatan, norma dalam menghitung penghasilan kena pajak dan
tarif pajaknya sudah turun. Menurut Informan yaitu Bapak Reginaldi, bahwa PP 46 sudah mulai
mampu dalam pemecahan masalah perpajakan dengan adanya penyederhanaan
administrasi perpajakan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat khususnya pengusaha yang memiliki omset tidak lebih dari 4,8M per tahun
untuk berkontribusi dalam pembeyaran pajak. Walau perubahan yang terjadi belum kelihatan secara signifikan karena kurang dari dua tahun diterapkan.
4.1.1.4 Pemerataan
Pemerataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik.
Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil distribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat
efektif, efesiensi dan mencukupi apabila biaya-manfaat merata. Kunci dari perataan adalah keadilan dan kewajaran.
Jika bicara mengenai kunci dari pemerataan yaitu keadilan dan kewajaran mengenai kebijakan fiskal di Indonesia harus dilihat dari berbagai
sudut pandang. Karena menyangkut asas daya pikul dan asas keadilan dari masyarakatnya dan menyangkut masalah sumber penerimaan negara.
Kemudian peneliti menanyakan kepada informan mengenai masalah keadilan dari sisi sumber penerimaan negara Menurut informan jika dilihat dari
sisi sumber penerimaan pajak diberlakukannya aturan ini dikarenakan sangat tidak adil bila para pengusaha dengan omzet di atas Rp 300 juta tidak dipajaki
dibandingkan dengan buruh dan pekerja dengan gaji diatas pendapatan tidak kenak pajak tetap dipajaki. Pengusaha lebih besar penghasilannya
dibandingkan dengan seorang pegawai buruh.Selain karena keadilan antara buruh dan pengusaha peraturan baru ini diberlakukan untuk meningkatkan
penerimaan negara karena di Indonesia cukup banyak UKM yang dapat menjadi pontesi sektor penerimaan pajak. Jadi semua kalangan yang menerima
penghasilan diberikan kesempatan untuk ikut membayar pajak dengan penghasilan yang wajar untuk dipajaki.
Selanjutnya peneliti menanyakan masalah keadilan dari sisi wajib pajak yang menjadi sasaran PP 46 ini, menurut informan PP 46 ini tidak dapat
diberlaku adil. Tidak adil disini maksudnya dasar pengenaan pajak adalah omset. Disitu ada omset maka ada pajak, PP 46 tidak memperhitungkan untung
atau rugi yang dialami wajib pajak. Pendapat informan tersebut sejalan dengan hasil penelitian penulis dilapangan. Banyak wajib pajak mengeluhkan bahwa
PP 46 ini tidak adil walau adanya kemudahan administrasinya.
4.1.2.5 Responsivitas
Responsivitas mengandung maksud adanya tanggapan sasaran kebijakanpublik atas penerapan suatu kebijakan. Responsivitas tidak hanya
berupa sikapmenerima, tetapi juga penolakan dan kritikan merupakan respons yang berasaldari kelompok sasaran penerima kebijakan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya responsivitas masyarakat adalah hal utama. Terutama masalah kebijakan fiskal yang menyangkut
masyarakat sebagai sumber penerimaan pajak. Pajak adalah kontribusi wajib yang harus di bayar wajib pajak karena pajak merupakan sumber terbesar
penerimaan negara. semaju apapun suatu negara pasti selalu menggantungkan pembiayaan kebutuhan negara dari pajak. Manusia hidup tidak akan terlepas
dari yang namanya pajak. Jadi segala peraturan yang berubah selalu memiliki dampak terhadap wajib pajak baik itu yang positif maupun negatif.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas pengusaha yang memiliki omset tidak lebih dari 4,8 M per tahun. Adapun
maksud dari pemberlakuan Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah :
1. kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan 2. mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi
3. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi 4. Memberikan kesempatan masyarakat untuk kontribusi dalam
penyelenggaraan negara. Ada banyak respon masyarakat dengan diberlakukan aturan baru
tersebut, ada respon positif dan respon negatif. Berdasarkan hasil wawancara kepada informan yaitu Bapak Dedi sebagai AR mengenai respon masyarakat,
informan mengatakan bahwa respon positif yang diterima dari masyarakat adalah rasa kemudahan yang dirasakan masyarakat dalam perhitungan
pajaknya, tidak sulit seperti dulu. Cukup dengan 1 dikalikan dengan omset udah selesai dan langsung dibayarkan pajaknya. Kalau dulu harus
menggunakan pembukuan, pencatatan, menggunakan norma untuk wajib pajak orang pribadi, beda lagi dengan badan usaha harus menyelenggarakan
pembukuan dan laporan keuangan harus direkonsiliasi fiskal. Karena adanya kemudahan tersebut antusiasme wajib pajak semakin tinggi untuk bayar pajak,
bahkan dari yang tidak terdaftar sebagai wajib pajak jadi mau untuk mendaftar sebagai wajib pajak walau perubahan yang terjadi belum kelihatan secara
signifikan. Karena adanya kemudahan tersebut sehingga cukup banyak wajib pajak yang mendukung peraturan baru tersebut.
Kemudian Peneliti bertanya kepada informan yaitu Bapak Reginaldi mengenai respon negatif dari masyarakat, Menurut Pak Regi sampai saat ini
respon negatif hanya sebatas masalah keadilan saja, kalau masalah yang lain itu tergantung dari kepatuhan wajib pajak sendiri karena sebagus apapun
peraturan, semudah apapun jika memang kesadaran wajib pajak yang tidak ada sama saja tidak akan ada hasil.
Peneliti juga menanyakan kepada informan yaitu Bapak Dedi mengenai karakter wajib pajak yang berada diwilayah kerja KPP Pratam Lubuk Pakam.
Menurut Pak Dedi bahwa wajib pajak KPP Pratama Lubuk Pakam pada dasarnya selalu memberikan tanggapan positif masalah perpajakan. Wajib
Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam dapat dikatakan wajib pajak yang patuh dan rajin melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga sebagian wajib pajak
sudah mulai paham dalam melaksanakan kewajiban perpajakan mereka. Selanjutnya peneliti menanyakan masalah kritikan dan saran yang
didapat informan sebagai petugas pajak yang langsung terjun kelapangan dan langsung berhadapan dengan wajib pajak. Menurut informan paling
kritikannya hanya seputar keadilan karena memang PP 46 ini tidak dapat berlaku adil dan yang diuntungkan dari PP 46 ini hanyalah pengusaha yang
kecil dan besar. Saran yang di terima dari wajib pajak seharusnya dasar pengenaan pajak DPP jangan dari omset karena jika dari omset bisa saja
ternyata kami rugi, rugi tetap harus bayar pajak karena DPP nya adalah omset.
4.1.2.6 Ketepatan
Pada akhirnya, jika sebuah kebijakan atau program telah di implementasikan, hasilnya adalah melihat apakah tujuan-tujuan yang
ditetapkansudah tepat sesuai dengan perencanaan di awal. Ketepatan merujuk pada nilai dari tujuan kebijakan dan pada kuatnya asumsi yang melandasi
tujuan-tujuan tersebut. William N. Dunn berpendapat bahwa ketepatan appropriateness adalah kriteriayang dipakai untuk menseleksi sejumlah
alternatif untuk dijadikan rekomendasidengan menilai apakah hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebutmerupakan pilihan tujuan yang layak
Dunn, 2003:499. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang mengatur tentang
pajak penghasilan bagi para pengusaha yang memiliki omset tidak lebih dari 4,8 M dalam satu tahun jika dikaitkan dengan masalah sudah tepat atau
tidakkah kebijakan tersebut diberlakukan adalah sudah tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Reginaldi sebagai petugas
pajak mengenai masalah ketepatan. Bapak Reginaldi mengatakan bahwa PP 46 ini sudah tepat diberlakukan jika dilihat dari segi Pajak Penghasilan. Karena
dengan adanya kemudahan wajib pajak semakin rajin bayar pajak. Semakin mau masyarakat pedagang kecil untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan
perpajakan. Tetapi ada aturan lain yang berubah mengikut PP 46 ini yaitu peraturan
baru mengenai batasan omset yang diwajibkan menjadi Pengusaha Kena Pajak PKP yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 197
PMK.032013. Berdasarkan aturan ini batasan yang wajib dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak PKP adalah pengusaha yang omsetnya lebih dari 4,8 M dalam satu tahun. Sebelum berlakunya PMK 197PMK.032013 batasan
omset yang wajib dikukuhkan sebagai PKP adalah 600 juta dalam satu tahun. Karena adanya perubahan tersebut secara otomtasi penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai PPN menjadi turun.
4.2 Hasil Kuisioner
4.2.1 Deskripsi Responden 1.
Jenis Wajib Pajak
Berikut ini diperlihatkan data karakteristis responden berdasarkan jenis wajib.
Tabel 4.24 Jenis Wajib Pajak
Je nis Wajib Pajak Fre kue nsi
Pe rse ntase Badan
5 3,80
Orang Pribadi 125
96,2 Total
130 100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden mayoritas jenis wajib pajak adalah wajib pajak orang pribadi sebesar 96,2
dari 100 wajib pajak dan wajib pajak badan hanya 3,8 .
2. Jangka Waktu Terdaftar Sebagai Wajib Pajak
Berikut ini diperlihatkan data karakteristis responden berdasarkan jangka waktu terdaftar sebagai wajib pajak.
Tabel 4.25 Jangka Waktu Terdaftar Sebagai Wajib Pajak
Jangka Waktu Fre kue nsi
Pe rse ntase 0 - 3 Tahun
85 65,40
4 - 6 Tahun 45
34,60 Total
130 100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden lamanya terdaftar sebagai wajib pajak kebanyakan berkisar antara 0 – 3 tahun
dengan persentase berjumlah 65,4 dan berkisar 4 – 6 tahun hanya 34,6.
4.2.2 Distribusi Frekuensi
Jawaban RespondenTentang Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Dan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 Pada KPP
Lubuk Pakam
Kemudian peneliti menyebarkan Kuisioner kepada seluruh wajib pajak pengusaha seperti pedagangyang dikategorikan sebagai UMKM dengan omset
dibawah 4,8 M dalam satu tahun. Khususnya bagi wajib pajak yang berada diwilayah kerja KPP Pratama Lubuk Pakam pada kecamatan Lubuk Pakam dan
kecamatan Tanjung Morawa.Kuisioner yang disebarkan di kecamatan Lubuk Pakam sebanyak 80 kuisioner untuk 80 wajib pajak dan di kecamatan Tanjung
Morawa sebanyak 40 kuisioner disebarkan.
Berikut hasil jawaban reponden yang akan disajikan melalu tabel frekuensi berdasarkan indikator- indikator evaluasi kebiajakan menurut Willian
N Dunn.
4.2.2.1 Indikator Efektifitas
Dari kuisioner yang disebarkan peneliti kepada wajib pajak pengusaha yang berada diwilayah kerja KPP Pratama Lubuk Pakam hampir semuanya
tahu tentang aturan baru ini karena terkait dengan kewajiban perpajakan para pengusaha.
Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan maka diperoleh skor jawaban responden sebagai berikut :
Tabel 4.26 Distribusi jawaban reponden yang mengetahui PP 46 Tahun 2013.
Kate gori Fre kue nsi
Pe rse ntase Me nge tahui
85 65,40
Kurang Me nge tahui 35
26,90 Tidak Me nge tahui
10 7,70
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas diketahui bahwa persentase wajib pajak yang mengetahui mengenai aturan baru yaitu Peraturan Pemerintah Nomo 46 Tahun
2013 sebesar 65,4, kurang mengetahui 26,9 dan yang tidak mengetahui hanya 7,7 dari 130 responden. Dari data tersebut sudah jelas bahwa wajib
pajak sudah banyak yang mengetahui mengenai ketentuan baru pajak penghasilan yang diatur dalam PP 46 Tahun 2013. Hal ini terkait dengan
kewajiban perpajakan mereka.
Tabel 4.27 Distribusi jawaban reponden mengenai sosialisasi yang telah dilakukan pihak KPP Lubuk Pakam tentang PP 46
Tahun 2013.
Kate gori Fre kue nsi
Pe rse ntase Ada Sosialisasi
77 59,20
Tidak Ada Sosialisasi 15
11,50 Tidak Me nge tahui
38 29,20
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas diketahui bahwa persentase wajib pajak yang mengatakan bahwa pihak KPP Pakam telah melakukan sosialisasi tentang PP
46 Tahun 2013 sebesar 59,2, yang mengatakan tidak ada sosialisasi sebesar 11,5 dan yang tidak mengetahui yaitu 29,2 . Dari data tersebut sudah jelas
bahwa sosialisasi memang sudah dilakukan oleh pihak KPP Pakam sendiri.
Tabel 4.28 Distribusi jawaban reponden mengenai pengetahuan wajib pajak terhadap tujuan pemberlakuan PP 46 Tahun
2013
Kate gori Fre kue nsi
Pe rse ntase Me nge tahui
79 60,80
Kurang Me nge tahui 33
25,40 Tidak Me nge tahui
18 13,80
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa hampir semua jawaban responden mengetahui tujuan pemberlakuan PP 46 Tahun 2013 sebesar 60,8 , yang
kurang mengetahui 33 dan yang tidak mengetahui hanya 13,8.
Tabel 4.29 Distribusi jawaban reponden mengenai pengetahuan wajib pajak siapa yang menjadi sasaran utama PP 46 Tahun 2013
Kate gori Fre kue nsi
Pe rse ntase Me nge tahui
70 53,80
Kurang Me nge tahui 43
33,10 Tidak Me nge tahui
17 13,10
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas sebesar 53,8 responden mengetahui siapa yang menjadi sasaran utama diberlakukannya PP 46 Tahun 2013. Dari data ini sudah
jelas bahwa responden sudah mengetahui mengenai aturan perpajakan yang sebenarnya diberlakukan siapa yang menjadi sasaran dan apa tujuan dari
diberlakukannya aturan baru tersebut.
Tabel 4.30 Distribusi jawaban responden mengenai kemudahan yang dirasakan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dengan
diberlakukannya PP 46 Tahun 2013
Kate gori Fre kue nsi
Pe rse ntase Me mudahkan
115 88,50
Be lum Me mudahkan 4
3,10 Biasa Saja
11 8,40
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas sudah menjelaskan bahwa kemudahan yang dirasakan responden dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sebesar 88,5 . Yang
merasa belum mudah hanya 3,1 dan yang merasakan biasa saja hanya 8,4 ,
hal ini sudah membuktikan bahwa PP 46 Tahun 2013 lebih memudahkan responden dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
4.2.2.2 Indikator Efesiensi
Berikut distribusi jawaban responden mengenai pemahaman wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakan mereka:
Tabel 4.31 Distribusi jawaban responden terhadap pemahaman responden mengenai kewajiban perpajakan mereka.
Kate gori Fre kue ns i
Pe rs e ntas e Paham
95 73,10
Kurang Paham 23
17,70 Tidak Paham
12 9,20
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman kewajiban mereka dibidang perpajakan sebesar 73,1. Hal ini menunjukkan bahwa wajib
pajak wilayah KPP Lubuk Pakam mempunyai respon yang baik di bidang perpajakan.
4.2.2.3 Indikator Kecukupan
Tabel 4.32 Distribusi jawaban responden yang telah melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar sebelum PP 46
Tahun 2013 diberlakukan
Kate gori Fre kue ns i
Pe rs e ntas e Sudah Me laks anakan
93 71,50
Be lum Me laks anakan 27
20,80 Tidak Tahu
10 7,70
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan cukup baik walaupun belum terbitnya
peraturan PP 46 Tahun 2013 yaitu sebesar 71,5 .Yang belum melaksanakan 18,4 dan yang tidak tahu sangat sedikit hanya 6,9.
Tabel 4.33Distribusi jawaban responden yang telah melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar setelah PP 46 Tahun
2013 diberlakukan
Kate gori Fre kue ns i
Pe rs e ntas e Sudah Me laks anakan
113 86,90
Be lum Me laks anakan 9
6,90 Tidak Tahu
8 6,20
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan semakin meningkat setelah PP 46 Tahun
2013 diberlakukan yaitu 86,9 . Jawaban responden yang belum melaksanakan semakin kecil yaitu 6,9 bahkan ketidaktahuan responden
mengenai kewajibannya semakin kecil juga yaitu 6,2.
4.2.2.4 Indikator Pemerataan
Berikut hasil jawaban responden mengenai asas keadilah PP 46 Tahun 2013 :
Tabel 4.34 Distribusi jawaban responden dalam pemenuhan asas keadilan atas penerapan PP 46 Tahun 2013
Kate gori Fre kue ns i
Pe rs e ntas e Sudah Adil
2 1,50
Kurang Adil 11
8,50 Tidak Adil
117 90,00
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015 Dari tabel diatas sangat banyak responden menjawab bahwa PP 46 tahun
2013 tidak begitu adil sebesar 90, responden yang menjawab sudah adil hanya sebesar 1,5. Berdasarkan data ini dapat dijelaskan bahwa masyarakat
atau khususnya wajib pajak merasa PP 46 Tahun 2013 ini tidak dapat berlaku adil dalam memajaki mereka.
4.2.2.5 Responsivitas
Berikut hasil jawaban responden yang mendukung dilaksanakannya PP 46 Tahun 2013 :
Tabel 4.35 Distribusi jawaban responden yang mendukung pemberlakuan PP 46 Tahun 2013
Kate gori Fre kue ns i
Pe rs e ntas e Me ndukung
50 38,50
Tidak Me ndukung 45
34,60 Ne tral
35 26,90
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas hanya 38,4 responden yang mendukung pemberlakuan PP 46 Tahun 2013 dan yang tidak mendukung sekitar 34,6.
Jawaban responden netral dengan persentase 26,9.Dukungan dan yang tidak mendukung presentasenya tidak berbeda sangat jauh.
4.2.2.6 Ketepatan
Berdasarkan hasil jawaban responden atas kuisioner yang disebarkan oleh peneliti tertanyata banyak yang mengatakan sudah tepat. Berikut tabel
distribusi jawaban reponden.
Tabel 4.36 Distribusi jawaban responden mengenai ketepatan diberlakukannya aturan PP 46.
Kate gori Fre kue ns i
Pe rs e ntas e Sudah
64 49,20
Be lum 14
10,80 Tidak Tahu
52 40,00
Total 130
100,00
Sumber : Kuisioner 2015
Dari tabel diatas responden yang menjawab sudah tepat pemberlakuan PP
46 Tahun 2013 sebesar 49,2, yang menjawab belum tepat adalah sebesar 110,8 dan yang menjawab tidak tahu sebesar 40. Berdasarkan data tersebut
masyarakat kebanyakan menyatakan bahwa peraturan baru ini sudah tepat dilakukan.
4.3 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pada
Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu telah terlaksana sejak 1 Juli Tahun 2013 di seluruh Indonesia berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak Nomor SE – 42PJ2013. Ruang Lingkup dari PP 46 ini adalah wajib pajak khususnya wajib
pajak pengusaha yang memperoleh omset tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 Empat miliar Delapan Ratus Juta Rupiah dalam 1 satu Tahun Pajak atau
lebih dikenal aturan perpajakan bagi para pelaku usaha yang dikategorikan sebagai UMKM. Adapun kriteria wajib pajak yang dikategorikan wajib pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107PMK.0112013, yaitu sebagai berikut :
1. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap; dan 2.
Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tertentu tidak
melebihi Rp 4.800.000.00 dalam satu tahun pajak. Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud adalah :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan,arsitek, dokter,konsultan,notaris,penilai, dan aktuaris b.
Pemain musik, pembawa acara,penyanyi,pelawak,bintang film, bintang sinetron,bintang iklan, sutradara,kru film, foto
model,peragawanperagawati,pemain drama, dan penari. c.
Olahragawan d.
Penasihat,pengajar,pelatih,penceramah,penyuluh dan moderator e.
Pengarang, peneliti, dan penerjemah
f. Agen iklan
g. Pengawas atau pengelola proyek
h. Perantara
i. Petugas penjaja barang dagangan
j. Agen asuransi
k. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang multilevel marketing atau
penjualan langsung Direct Selling dan kegiatan sejenis lainnya. Wajib pajak orang pribadi yang tidak dimaksud dalam PP 46 adalah
wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan danatau jasa yang dalam usahanya :
20 Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang
baik yang menetap maupun tidak menetap 21
Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukan bagi tempat usaha atau berjualan.
Wajib Pajak Badan yang tidak dimaksud dalam PP 46 ini adalah : a.
Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; atau b.
Wajib pajak badan yang dalam jangka waktu 1 satu tahun sejak beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp
4.800.000.000 Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP bagi setiap tempat usaha di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat usaha wajib pajak dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak.
Penentuan peredaran bruto untuk dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final bagi Wajib Pajak badan baru beroperasi secara komersial untuk
pertama kali ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha satu Tahun Pajak setelah tahun pajak beroperasi secara komersial, pengenaan pajak
penghasilan yang bersiat final selanjutnya untuk wajib pajak yang bersangkutan ditentukan berdasarkan peredaran bruto tahun pajak sebelumya.
Pajak Penghasilan terhutang berdasarkan aturan ini adalah dihitung berdasarkan tarif 1 dikalikan dengan dasar pengenaan pajak berupa jumlah
peredaran bruto setiap bulan, untuk setiap kegiatan usaha. Pengenaan Pajak Penghasilan didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam satu tahun dari
Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yenag bersangkutan. Pajak Penghasilan PPh dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah PPh yang bersifat final. Wajib pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghasilan yang dikenai
PPh bersifat final, tidak diwajibkan melakukan pembayaran angsuran pajak PPh Pasal 25.
Wajib Pajak wajib menyetor pajak penghasilan yang bersifat final ke Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak SSP atau sarana administrasi lain yang disamakan denga Surat Setoran Pajak dengan mengisi Kode Akun Pajak
411128 dan Kode Jenis setoran 420 sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 24PJ2013 yang mengatur mengenai
Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak.
Wajib Pajak yang telah melakukan penyetoran pajak penghasilan atas usaha dengan peredaran bruto tertentu dianggap telah menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan sesuai dengan tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara NTPN yang tercantum pada SSP jadi tidak
diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan lagi. Atas penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dilaporkan dalam Surat Pemberutahuan Tahunan Pajak Penghasilan sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19PJ2014 pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final danatau bersifat final pada :
a. Lampiran III bagian A butir 14 Penghasilan lain yang dikenakan pajak
final danatau bersifat final, Formulir 1770-III bagi wajib pajak orang pribadi.
b. Lampirab IV bagian A butir 16 dengan mengisi “Penghasilan Usaha WP
yang Memiliki Peredaran Bruto tertentu “ Formulir 1771-IV bagi wajib pajak badan.
BAB V ANALISIS DATA
Didalam BAB ini, penulis menganalisis data, yaitu penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan lapangan
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori- kategori, lalu menjabarkan dan menyusunnya ke dalam unit-unit sehingga dapat
dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain.
5.1 Analisis Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun