Nama : Reginaldi, SE, M.Si,Ak,CA
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Tingkat Pendidikan : S2 Jabatan
: Account Representative AR Masa Kerja
: 6 Tahun di DJP, 3 ½ Tahun di KPP Lubuk Pakam
4.1.2 Abstraksi Hasil Wawancara Tentang Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib
Pajak Usaha Mikro Kecil Dan Menengah UMKM Dan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2
Pada penelitian ini, peneliti membuat pedoman wawancara. Di dalam penelitian ini peneliti mewawancarai beberapa informan yang dianggap
mengetahui pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2013, yaitu dua orang petugas pajak yang menjabat sebagai Account RepresentativeAR.
Hasil wawancara tentang Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah
UMKM dan Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Pasal 4 Ayat 2 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dapat dilihat berdasarkan
indikator evaluasi sebagai berikut :
4.1.2.1 Indikator Efektifitas
Sebagai suatu proses, sebuah kebijakan menunjuk pada cara dimanamelalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang
diharapkan darinya.Demikian Graycar menyebutkan konsep kebijakan
dipandang dari perspektif prosesnya. Pengambil kebijakan menetapkan kebijakan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Cara
yang ditetapkan dan disahkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki diantaranya dengan adanya program. Efektivitas selalu terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013,merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur
mengenai PajakPenghasilan atas Penghasilan dari Usaha yangDiterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Suatu aturan baru diberlakukan terutama dibidiang kebijakan fiskal pasti ada yang mendasari mengapa munculnya kebijakan baru termasuk
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dedi sebagai petugas pajak yang mendasari diterbitkannya
aturan baru tersebut karena selama ini banyak wajib pajak khususnya wajib pajak pengusaha merasa kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Mulai dari perhitungan sampai dengan pelaporan pajaknya. Karena sistem perpajakan yang diberlakukaan saat ini adalah Self Assessment Systemdimana
wajib pajak sendirilah yang menghitung pajaknya karena wajib pajak yang dianggap tahu mengenai harta kekayaan atau pengahasilan yang diperolehnya.
Dengan sistem yang diberlakukan tersebut dan dengan kesulitan dari segi perhitungan banyak wajib pajak yang mengeluh sudah membayar pajak dan
sulit pula perhitungannya sehingga banyak masyarakat malas untuk ikut
berpartisipasi dalam hal pembayaran pajak sehingga penerimaan pajak beberapa tahun belakangan ini tidak mencapai target.
Kemudian peneliti juga menanyakan kepada Bapak reginaldi tentang apa yang mendasari diberlakukannya kebijakan ini atas keterangan yang
diberikan bahwa aturan ini diberlakukan selain hanya asas kemudahan juga didasari atas asas keadilan karena dianggap tidak adil seorang buruh dengan
gaji dalam satu tahun minimal Rp 24.300.000 wajib bayar pajak sedangkan seorang pengusaha yang memproleh penghasilan lebih dari seorang buruh tidak
bayar pajak. Menurut Kepala Seksi yaitu Bapak Rudi Hartono yang mendasari
diterbitkannya PP 46 ini adalah untuk memudahkan wajib pajak pengusaha yang berdagang maupun jasa yang omsetnya setahun tidak lebih dari 4,8 M
sehingga wajib pajak yang tergolong kecil dan menengah atau UKM tidak repot untuk melakukan pembukuan ataupun pencatatan.
Gambar 4.1 dan 4.2 Pusat Perbelanjaan Kota Lubuk Pakam Pusat UMKM
Sumber: Observasi 01 Maret 2015, Pukul 13.00 Dokumentasi Fitri
Sebuah kebijakan diberlakukan pasti memiliki tujuan begitu juga Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.Menurut informan yaitu Bapak
Dedi sebagai Account Representativeperaturan baru ini diberlakukan bertujuan untuk menyederhanakan administrasi perpajakan sehingga masyarakat lebih
mudah dalam menjalankan kewajiban perpajakannya karena selama ini banyak masyarakat khususnya wajib pajak merasa kesulitan dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Kemudian peneliti menanyakan kepada petugas lainnya yaitu Bapak
Reginaldi sebagai Account RepresentativeARMenurut beliau bahwa PP 46 ini diberlakukan hanya untuk memudahkan wajib pajak pengusaha yang
berdagang maupun jasa yang omsetnya dalam setahun tidak lebih dari 4,8 M atau lebih dikenal UMKM, sehingga wajib pajak yang tergolong kecil dan
menengah tidak repot untuk melakukan pembukuan ataupun pencatatan. Kalau dulu harus menyelenggarakan pembukuan,pencatatan, ada pengurangan biaya-
biaya dan biaya tersebut wajib di rekonsiliasi fiskal lagi. Dengan adanya penyederhanaan administrasi tersebut diharapkan semakin banyak masyarakat
yang mau berkontribusi dalam penyelenggaraan perpajakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengawasan Dan
Konsultasi WASKON III tujuan diberlakukannya PP 46 ini adalah Tujuan Pertama adalah memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan
perpajakan khususnya bagi pengusaha kecil yang lebih dikenal dengan istilah UKM, selama ini banyak wajib pajak menganggap sulit berurusan dengan
perpajakan, sehingga membuat mereka malaz untuk berurusan dengan pajak. Kalau dulu mekanisme perhitungan pajak terhutang bagi wajib pajak yang
omsetnya di bawah 4,8 M lebih sulit, ada yang menggunakan pembukuan ataupun pencatatan, tetapi dengan adanya PP 46 Tahun 2013 ini wajib pajak
yang omsetnya di bawah 4,8 M dalam satu tahun tidak perlu melakukan pembukuan ataupun pencatatan.
Tujuan kedua adalah mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi. Selama ini tingkat kepatuhan dalam hal tertib administrasi sangat kurang
karena kesulitan itu tadi. Diharapkan dengan adanya kemudahan masyarakat semakin tertib dalam menjalankan administrasi perpajakan.
Tujuan Ketiga adalah mengedukasi masyarakat untuk transparansi. Artinya banyak pengusaha ini tidak mengerti pembukuan tertutama wajib pajak
pengusaha kecil yang digolongkan sebagai UKM. Dengan ketidakpahaman para pengusaha masalah pembukuan sehingga tidak terciptanya transparansi.
Dengan adanya aturan ini maka para pengusaha tidak perlu melakukan
pembukuan dan pencatatan. Cukup bayar pajak dengan 1 dikaliakan dengan omset tiap bulannya.
Tujuan Keempat adalah memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara. dengan adanya kemudahan,
penyederhanaan. Di harapkan masyarakat mau ikut berkontribusi dalam membayar pajak sehiingga penerimaan pajak dapat meningkat untuk
kedepannya. Suatu kebijakan akan berjalan jika yang menjadi sasaran kebijakan ikut
berpatisipasi untuk menjalankannya, misalnya kebijakan fiskal yang melibatkan wajib pajak ataupun masyarakat. Merekalah yang menjadi subjek
pajak dalam penyelenggaraan perpajakan. Dalam menjalankan sebuah kebijakan dibidang perpajakan maka harus didasari pengetahuan masyarakat
khususnya wajib pajak tentang kebijakan tersebut. Misalnya kebijakan tentang Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Pengetahuan masyarakat sangat
mempengaruhi berjalan atau tidaknya kebijakan tersebut.Agar masyarakat tahu maka perlu adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pembuat kebijakan.
Pada wawancara dengan Bapak Reginaldi sebagai petugas pajak dari KPP bahwa sosialisasi tentang peraturan baru ini sudah dilakukan oleh pihak KPP
Pratama Lubuk Pakam yaitu sekitar Bulan Juni Tahun 2013 sebulan sebelum PP 46 ini diberlakukan. Sosialisasi tersebut dilaksanakan di KPP Pratama
Lubuk Pakam dengan melibatkan para wajib pajak pengusaha baik orang pribadi maupun badan yang berada di wilayah kerja KPP Pratama Lubuk
Pakam. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Kepala Seksi Waskon III ”Sosialisasi yang kami lakukan di Kantor sendiri dengan
mengundang para wajib pajak pengusaha yang berada di wilayah kerja KPP Pakam. Sebelumnya sosialisasi PP 46 ini juga sudah dilakukan oleh Pihak
DJP Kanwil Sumut 1, tetapi supaya lebih tepat sasaran maka setiap KPP wajib mengadakan sosialisasi dengan tujuan mengedukasi wajib pajak di wilayah
masing-masing agar aturan PP 46 ini dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Sosialisasi yang dilakukan hanya satu hari sebenarnya tidak
cukup membuat wajib pajak paham, jadi bagi wajib yang belum paham masih bisa datang untuk berkonsultasi kepada petugas pajak kami atau Account
Representative dari setiap wajib pajak ”. Kemudian peneliti menanyakan mengenai kualitas dari kebijakan ini
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 kepada informan.Jika bicara kualitas maka dilihat dari hasil yang dapat dicapai seberapa jauh perubahan
yang dialami. Begitu juga kualitasdari Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 seberapa jauh terjadinya perubahan contohnya adalah apakah kemudahan
yang menjadi prioritas diberlakukannya aturan ini sudah dapat dirasakan oleh wajib pajak, semakin banyak yang mau bayar pajak atau tidak. Menurut
informan sebagai petugas pajak yaitu Bapak Dedi bahwa kualitas dari aturan ini sudah cukup baikkarena menurut mereka salah satu alasan masyarakat
khususnya pengusaha kecil malas untuk berkontribusi dalam pembayaran pajak adalah administrasi yang ribet,perhitungan pajaknya membingungkan. Dengan
adanya aturan baru ini yang memudahkan wajib pajak diharapkan semakin banyak masyarakat yang mau berkontribusi dalam pembayaran pajak sehingga
penerimaan pajak dari pajak penghasilan semakin meningkat.
Menurut Bapak Reginaldi mengenai kulitas dari PP 46 ini jika dilihat dari sisi kemudahan memang mudah dalam menajalankan administrasi
perpajakannya tetapi dari sisi keadilan bagi yang menjadi subjek sasaran aturan ini adalah tidak adil karena sesuai dengan ketentuan yang menjadi dasar
pengenaan pajak adalah omset artinya dimana ada omset pasti ada pajak tidak memperhitungkan rugi atau untung yang dialami wajib pajak. Kemudian
perubahan yang terjadi belum terlalu terlihat secara signifikan baik dari sisi penerimaan pajak dari pajak penghasilan ataupun pertumbuhan wajib pajak
sendiri. Tetapi jika dilihat dari sisi kemudahan memang benar mudah yang dirasakan wajib pajak.
Kemudian peneliti juga menanyakan mengenai motivasi masyarakat khususnya wajib pajak dalam melaksanakan aturan baru ini. Pertanyaan ini
sekaligus menggalih apakah dari pantauan petugas pajak wajib pajak sudah mulai paham dalam melaksanakan kewajiban perpajakan mereka sehingga
adanya antusiasme masyarakat yang lebih baik dibidang perpajakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dedi sebagai AR dari KPP
Pratama Lubuk Pakam dimana tempat peneliti melakukan penelitian bahwa adanya antusiasme yang baik karena adanya kemudahan tersebut. Tanggapan
yang mereka berikan rata-rata baik karena wajib pajak tidak perlu melakukan pencatatan dan pembukuan. Kemudian menurut Bapak Dedi tingkat kepatuhan
wajib pajak pengusaha sudah mulai membaik. Agar dapat diketahui apakah kebijakan dibidang perpajakan yang baru
diberlakukan ini telah terlaksana secara efektif atau tidak, maka perlu dilihat dari pencapaian tujuannya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak
Dedi mengenai masalah efektif atau tidak. Menurut Bapak Regi bahwa PP 46 ini jika dilihat dari segi PPh sudah efektif karena adanya kemudahan dari sisi
perhitungan pajak walaupun perubahan belum terlalu terlihat secara signifikan baik dari segi penerimaan pajak maupun pertumbuhan wajib pajak pengusaha.
Begitu juga dari sisi kepatuhan dalam melaporkan SPT belum kelihatan membaik.
4.1.2.2 Indikator Efesiensi