BAB V ANALISIS DATA
Didalam BAB ini, penulis menganalisis data, yaitu penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan lapangan
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori- kategori, lalu menjabarkan dan menyusunnya ke dalam unit-unit sehingga dapat
dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain.
5.1 Analisis Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013
Dalam penelitian ini, evaluasi dampak pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 diukur dari data-datatemuan di lapangan yang telah
diklasifikasikan sebelumnya ke dalam indikatorindikatordalam teori evaluasi kebijakan publik. Kemudian indikator-indikator tersebut dianalisis untuk
mengonfirmasi jawaban informan dengan data sekunder.Adapun indikator- indikator yang digunakan peneliti adalah efektivitas, efisiensi,kecukupan,
pemerataan, responsivitas, dan ketepatan.
5.1.1 Indikator Efektivitas
Indikator efektivitas digunakan untuk melihat apakah hasil dari suatu kebijakan yang sudah terlaksana sesuai dengan tujuan ditetapkan atau adakah
keterkaitan hasil yang ada dengan hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-42PJ2013
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 menjelaskan
bahwa tujuan diberlakukan aturan baru tersebut adalah memberikan
kemudahan
dan penyederhanaan aturan perpajakan, mengedukasi masyarakat untuk tertib
administrai, mengedukasi masyarakat untuk transparansi, dan memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan Negara.
Suatu kebijakan akan efektif bila para pelaksana kebijakan memahami tujuan diberlakukannya PP 46 Tahun 2013. Para pelaksana disini bukan hanya
petugas pajak melainkan juga seluruh komponen masyarakat khususnya wajib pajak pengusaha. Karena suatu kebijakan yang berkaitan dengan perpajakan
sangat melibatkan semua pihak, wajib pajak sebagai subjek pajak dan petugas pajak sebagai pengawas dan pembimbing masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Suatu aturan baru diberlakukan terutama dibidiang kebijakan fiskal pasti
ada yang mendasari mengapa munculnya kebijakan baru termasuk Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Dedi sebagai petugas pajak yang mendasari diterbitkannya aturan baru tersebut karena selama ini banyak wajib pajak khususnya wajib pajak pengusaha merasa
kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Mulai dari perhitungan sampai dengan pelaporan pajaknya. Karena sistem perpajakan yang diberlakukaan
saat ini adalah Self Assessment System dimana wajib pajak sendirilah yang menghitung pajaknya karena wajib pajak yang dianggap tahu mengenai harta
kekayaan atau pengahasilan yang diperolehnya. Dengan sistem yang diberlakukan tersebut dan dengan kesulitan dari segi perhitungan banyak wajib pajak yang
mengeluh sudah membayar pajak dan sulit pula perhitungannya sehingga banyak
masyarakat malas untuk ikut berpartisipasi dalam hal pembayaran pajak sehingga penerimaan pajak beberapa tahun belakangan ini tidak mencapai target.
Begitu juga yang diungkapkan Bapak Reginaldi bahwa kebijakan ini diberlakukan bukan hanya sekedar asas kemudahan saja tetapi karena dianggap
tidak adil jika seorang buruh dengan gaji dalam satu tahun minimal Rp 24.300.000 wajib bayar sedangkan seorang pengusaha yang memperoleh
penghasilan lebih dari seorang buruh tidak bayar pajak. Kemudian menurut Kapala Seksi yaitu Bapak Rudi Hartono yang mendasari diterbitkannya PP 46 ini
adalah untuk memudahkan wajib pajak pengusaha yang berdagang maupun jasa yang omsetnya setahun tidak lebih dari 4,8 M sehingga wajib pajak yang
tergolong kecil dan menengah atau UKM tidak repot untuk melakukan pembukuan ataupun pencatatan.
Suatu kebijakan akan berjalan jika menjadi sasaran kebijakan tersebut ikut berpartisipasi untuk menjalankannya. Begitu juga kebijakan PP 46 ini yang
melibatkan wajib pajak pengusaha, Merekalah yang menjadi subjek pajak dalam penyelenggaraan perpajakan.Dalam menjalankan kebijakan tersebut maka harus
didasari sejauh mana pengetahuan wajib pajak mengenai ketentuan baru tersebut.Mulai dari pengetahuan atas apa isi kebijakan tersebut, apa tujuan dan
siapa yang menjadi sasaran dari kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian selama kurang lebih 3 bulan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam bahwa wajib pajak yang berada di wilyah kerja KPP tersebut sudah hampir mengetahui hal terkait mengenai aturan baru ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Dedi sebagai petugas pajak. Berdasarkan data hasil kuisioner yang disajikan melalui tabel frekuensi yaitu
Tabel 4.26 distribusi jawaban responden yang mengetahui PP 46 Tahun 2013 dapat dijelaskan bahwa wajib pajak yang mengetahui aturan ini sebesar 65,4,
jawaban yang kurang mengetahui sebesar 26,9 dan yang tidak mengetahui sebesar 7,7. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wajib pajak UMKM yang
berada di wilayah Kabupaten Deli Serdang sudah mengetahui Peraturan baru ini.
Sebuah kebijakan diberlakukan pasti memiliki tujuan, menurut Informan yaitu Bapak Dedi bahwa peraturan baru ini diberlakukan bertujuam untuk
menyederhanakan administrasi perpajakan sehingga peningkatan tertib administrasi akan semakin baik dari wajib pajak, kemudahan yang dirasakan
wajib paja juga memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara, pernyataan Bapak Dedi sejalan dengan Bapak
reginaldi. Menurut informan yaitu Bapak Rudi sebagai Kepala Seksi Pengawasan Dan
Konsultasi WASKON III tujuan diberlakukannya PP 46 ini adalah Tujuan Pertama adalah memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan
khususnya bagi pengusaha kecil yang lebih dikenal dengan istilah UKM, selama ini banyak wajib pajak menganggap sulit berurusan dengan perpajakan, sehingga
membuat mereka malaz untuk berurusan dengan pajak. Kalau dulu mekanisme perhitungan pajak terhutang bagi wajib pajak yang omsetnya di bawah 4,8 M
lebih sulit, ada yang menggunakan pembukuan ataupun pencatatan, tetapi dengan adanya PP 46 Tahun 2013 ini wajib pajak yang omsetnya di bawah 4,8 M dalam
satu tahun tidak perlu melakukan pembukuan ataupun pencatatan. Tujuan kedua adalah mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi.
Selama ini tingkat kepatuhan dalam hal tertib administrasi sangat kurang karena
kesulitan itu tadi. Diharapkan dengan adanya kemudahan masyarakat semakin tertib dalam menjalankan administrasi perpajakan.
Tujuan Ketiga adalah mengedukasi masyarakat untuk transparansi. Artinya banyak pengusaha ini tidak mengerti pembukuan tertutama wajib pajak pengusaha
kecil yang digolongkan sebagai UKM. Dengan ketidakpahaman para pengusaha masalah pembukuan sehingga tidak terciptanya transparansi. Dengan adanya
aturan ini maka para pengusaha tidak perlu melakukan pembukuan dan pencatatan. Cukup bayar pajak dengan 1 dikaliakan dengan omset tiap
bulannya. Tujuan Keempat adalah memberikan kesempatan masyarakat untuk
berkontribusi dalam penyelenggaraan negara. dengan adanya kemudahan, penyederhanaan. Di harapkan masyarakat mau ikut berkontribusi dalam
membayar pajak sehiingga penerimaan pajak dapat meningkat untuk kedepannya. Salah satu indikator dikatakan baik apabila wajib pajak bukan hanya
sekedar mengetahui tentang kebijakan tersebut tetapi wajib pajak juga harus tahu apa tujuannya. Berdasarkan data hasil kuisioner yang disajikan pada Tabel 4.28
dapat dijelaskan ternyata banyak wajib pajak yang sudah mengetahui tujuan tesebut yaitu sebanyak 60,8 dan yang tidak mengetahui hanya 13,8. Dari data
tersebut dapat disimpulkan ternyata wajib pajak yang berada di Kabupaten Deli Serdang peka terhadap kewajiban perpajakannya.
Kemudian dalam hal pengetahuan wajib pajak mengenai siapa yang menjadi sasaran, sesuai hasil kusioer yang disajikan pada Tabel 4.29 bahwa jawaban
responden yang mengetahui ada 53,8 , yang kurang mengetahui 33,1 dan yang
tidak mengetahui 13,8,. Jadi banyak para wajib pajak pengusaha yang tergolong UKM sudah mengetahui siapa yang menjadi sasaran tersebut.
Jika dilihat dari sisi pengetahuan wajib pajak pengusaha yang tergolong UKM di Kabupaten Deli Serdang rata-rata sudah mengetahui dengan baik mulai
dari tarif, tujuan berlakunya dan tujuan sasarannya. Hal tersebutlah menjadi modal utama dalam menjalankan suatu kebijakan terutama dibidang kebijakan fiskal.
Wajib pajak harus tahu karena merekalah yang menjadi subjek pajak dalam penyelenggaraan perpajakan. Pengetahun wajib pajak tidak serta merta timbul
dengan sendirinya, terutama dibidang kebijakan fiskal yang didasarkan atas hukum dan bersifat memaksa.Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pajak
pengetahuan tersebut tidak terlepas adanya sosialisasi yang diselenggarakan oleh pihak KPP yang mengundang seluruh wajib pajak pengusaha.Menurut Bapak
Reginaldi bahwa sosialisasi tersebut dilakukan di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakamyaitu sekitar Bulan Juni Tahun 2013.
Pernyataan petugas pajak juga didukung dengan pernyataan wajibpajak bahwa sosialisasi telah diadakan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam.Sesuai dengan
Tabel 4.27 bahwa wajib pajak yang menyatakan sosialisasi telah dilakukan sebanyak 59,2, yang menyatakan tidak ada sosialisasi sebesar 11,5 dan yang
menjawab tidak mengetahui sebesar 29,2. Tetapi masih ada jawaban wajib pajak yang tidak mengetahui bahwa sosialisasi telah dilakukan yaitu sekitar
29,2. Walau sedikit presentasenya dibandingkan yang menyatakan adanya sosialisasi, tetapi patut untuk dipertanyakan, apakah pihak KPP yang belum
maksimal menginformasikan mengenai adanya sosialisasi kepada wajib atau wajib pajaknya sendiri yang tidak peduli akan perpajakan.Berdasarkan peneliti
yang temukan dilapangan bahwa masih ada masyarakat yang tidak peduli mengenai perpajakan.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah memberikan kemudahan wajib pajak dalam menjalankan administrasi perpajakan dengan
harapan untuk memperkecil ketidakpatuhan wajib pajak. Apakah kebijakan ini mampu memecahkan masalah perpajakan yang selama ini terjadi. Banyak sekali
alasan wajib pajak sebelum berlakunya kebijakan ini yaitu aturan perpajakan sulit dipahami sehingga mereka malas untuk berurusan dengan pajak. Dalam hal ini
kualitas dari kebijakan ini yang harus dilihat, salah satu cara melihatnya adalah seberapa besar perubahan yang dapat dicapai misalnya dari sisi kemudahan
administrasi. Karena yang menjadi prioritas diberlakukannya aturan ini adalah kemudahan administrasi perpajakan, seberapa besar wajib pajak yang merasakan
kemudahan dalam menjalankan kewajiban perpajakannya terutama wajib pajak pengusaha baik orang pribadi maupun badan yang omsetnya dalam satu tahun
tidak lebih 4,8 M. Berdasarkan jawaban responden atas kuisioner yang di sebarkan peneliti mengenai kemudahan yang dirasakan wajib pajak, yang
menyatakan mudah ada sebesar 88,5 dan yang menyatakan tidak mudah hanya sebesar 3,1 , dan yang menyatakan belum mudah hanya sebesar8,4. Dari data
ini sudah jelas tujuan prioritas mengenai asas kemudahan sudah dapat tercapai dengan baik presentase cukup baik.
Dengan adanya rasa kemudahan yang mulai dirasakan masyarakat khususnya wajib pajak, maka wajib pajak sudah mulai memahami dalam
menjalankan administrasi perpajakan mereka seperti yang diungkapkan oleh petugas pajak yaitu Bapak Reginaldi dan Bapak Dedi. Kemudahan dalam
memahami aturan perpajakan bagi pengusaha baik orang pribadi maupun badan yang omsetnya dibawah 4,8 M dalam satu tahun atau lebih dikenal UKM
seharusnya dapat memotivasi mereka untuk berkontribusi dalam pembayaran pajak dan semakin termotivasi masalah kepatuhan administrasi perpajakan.Tetapi
berdasarkan data yang diperoleh bahwa kepatuhan dan kepedulian wajib pajak di wilayah Kabupaten Deli Serdang masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah
wajib pajak yang wajib lapor SPT Tahunan dengan jumlah wajib pajak yang telah melapora SPT Tahunan selama empat tahun terakhir.
Tabel 5.37 Wajib Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam Wajib SPT Tahunan Tahun 2011-2014
Jenis WP OP 2011
2012 2013
2014
Non aryawan Wajib SPT 1770 13.567
17.237 23.031
27.945 Karyawan Wajib SPT 1770 S1770 SS
61.548 72.798
79.874 89.874
WP Badan 6.808
7.760 8.562
9.514
TOTAL 81.923
97.795 111.467
127.333
Sumber : Pusat Data dan Informasi KPP Pratama Lubuk Pakam Tabel 5.38 Jumlah Pelaporan SPT Tahunan KPP Pratama Lubuk Pakam
1770 2.960
2.763 3.133
2.674 1770 S
4.416 11.576
6.327 7.804
1770 SS 26.397
22.710 35.096
30.072 1771
5.783 6.340
5.679 7.860
TOTAL 33.773
37.049 44.556
40.550
Sumber : Pusat Data dan Informasi KPP Pratama Lubuk Pakam
Dari kedua data yang terlampir antara jumlah wajib pajak orang pribadi yang pengusaha yang wajib lapor SPT Tahunan pada tahun 2013 sebesar 23.031
wajib pajak tetapi yang menyampaikan SPT Tahunan hanya 3.133 wajib pajak begitu juga pada tahun 2014 terjadi hal yang sama bahkan yang melapor SPT
tahunan makin menurun dari 3.133 wajib pajak yang menyampaikan SPT menjadi 2.674 wajib pajak. Ketidakpatuhan menyampaikan SPT Tahunan Bukan hanya
terjadi pada wajib pajak orang pribadi namun juga terjadi pada wajib pajak badan pada tahun 2013 dari yang wajib menyampaikan SPT Badan 8.562 hanya sekitar
5.679 wajib pajak badan yang menyampaikan SPTnya. Dari data tersebut bahwa masih banyak wajib pajak yang tidak sadar akan kewajibannya walaupun adnya
kemudahan dan penyederhanaan administrasi perpajakan. Data yang diperoleh ini sesuai dengan pernyataan Bapak Regi masalah
efektif atau tidakkah aturan ini diberlakukan, menurut Bapak Regi jika dilihat dari segi PPh sudah efektif karena adanya kemudahan tersebut walau perubahan yang
terjadi belum kelihatan secara signifikan karena belum ada 2 tahun. Selain itu harapan dari Peraturan ini adalah dari segi mikro bukan makro jika dilihat dari sisi
besarnya pajak terhutang yang akan menjadi penerimaan negara. Berdasarkan pernyataan tersebut PP 46 yang telah berjalan kurang lebih 22 bulan ini masih
sedikit menunjukan perubahan, jika dilihat dari pemahaman wajib pajak PP 46 ini sudah mulai efektif begitu juga dari sisi pelaksanaannya tetapi belum sempurna
karena belum semua wajib pajak yang melaporkan SPT Tahunannya.
5.1.2 Indikator Efesiensi