BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai Negara yang berkembang, Indonesia terus melaksanakan pembangunan di segala bidang, yaitupembangunan di bidang ekonomi, sosial
budaya, hukumdaln lain-lain. Pembangunan tersebut bertujuan untukmencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mensejahterakanrakyat
Indonesia secara adil dan makmur. Salah satuusaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsadalam hal mensejahterakan rakyat secara adil dan
makmur yaitudengan menggali sumber dana yang berasal dari dalamnegeri berupa pajak, pajak digunakan untuk membiayaipembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama,pajak dipungut dari wajib pajak dan menjadisalah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.
Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa Pemungutan pajak menganut asas legalitas
artinyapemungutan pajak tersebut ditentukan dahulu di dalamundang-undang. Pajak merupakan penyumbang terbesar dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Negara APBN, lebih dari 70 penerimaan negara berasal dari pajak.Karena sumbangsih pajak yang begitu besar sehingga menjadikannya
sebagaiprimadona dalam menopang keuangan dan perekonomian negara.Peranan pajak yang begitu besar membuat pemerintah terus menggalih potensi-potensi
yang dapat dikenakan pajak. Saat ini pemerintah mulai melirik sektor swasta memiliki potensi yang besar untuk pemasukan pajak. Sesuai dengan usulan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, aturan baru itu akan menyasar sektor usaha kecil yaitu dari Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM, yakni yang
mempunyai omset Rp 300 juta-Rp 4,8 miliar per tahun. “Setelah Target Selalu Meleset” Tempo,13 Januari 2013,108.
Direktur Jenderal Pajak pada saat itu yaitu Fuad Rachmany menyatakan Peraturan baru ini dibuat karena alasan sangat tidak adil bila para pengusaha
dengan omset diatas Rp 300 juta itu tidak dipajaki. Ia membandingkan dengan buruh dan pekerja dengan gaji diatas pendapatan tidak kenak pajak senilai Rp
15.840.000 per tahun,yang juga langsung dipotong pajak padahal pengusaha kecil itu jauh lebih kaya dari pada buruh dan sangat banyak pembukuan dari
pengusaaha kecil yang tidak jelas.. “Setelah Target Selalu Meleset” Tempo,13 Januari 2013,109.
Kerena alasan pembukuan dari pengusaha yang tergolung UKM tidak tercatat secara terperinci, mempermudah dan penyederhanaan aturan pajak, tertib
administrasi, memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan Negara diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 diterbitkan tanggal 12 Juni Tahun 2013 dan mulai diterapkan pada tanggal 1 Juli Tahun 2013. Berdasarkan
ketentuan ini, bagi wajib pajak yang memenuhi kriteria dikenakan Pajak final denga tarif 1 dari perederan bruto setiap bulan. Wajib pajak yang dimaksud
adalah wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan yang tidak dalam bentuk badan usaha tetap BUT, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas dengan peredaran bruto tidak melebihiRp4.800.000.000,00 empatmiliar delapan ratus juta rupiah dalam1
satu tahun pajak. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 adalah termasuk dalam Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 yang bersifat final.
Berdasarkan peneltian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan diberbagai daerah bahwa PP 46 telah memberikan dampak positif terutama dari
sisi penerimaan maupun sisi pertumbuhan wajib pajak. Berikut salah satu hasil jurnal penelitian yang telah dilakukan di malang :
“On July 1, 2013, government has authenticated the PP No. 46 Year 2013 representating the MSMEs tax expenses. In order to help the middle and small
industrial economics activity, the government give the taxation facility to small scale Taxpayer MSMEs with the tax final rate 1 which imposed to the shares
of circulation bruto up to Rp 4,8 bilions a year. This research aimed to describe the implementation of MSMEs tax expenses based on PP No. 46 Year 2013 and its
contribution to PPh Pasal 4 Ayat 2 in the work region of Tax Service Office Pratama South Malang. This research used a descriptive method. The results of
this research showed that the average contribution of PP No. 46 Year 2013tax for the revenue of PPh Pasal 4 Ayat 2 during the five months since the
implementation of PP No. 46 Year 2013 is amounted to 6.51 with criteria very less. Although the monthly amount of MSMEs tax revenue continues to increase.
While the growth rate of the amount of taxpayers PP No. 46 Year 2013 is continuing to increase every month” Astri Corry N DS. 2013. Pengaruh
Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah Dan Penerimaan Pajak
Pasal 4 Ayat 2 Pada KPP Pratama Malang Selatan. Dari hasil jurnal penelitian tersebut bahwa Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2013 telah efektif dilaksanakan sehingga baik dari sisi penerimaan dan pertumbuhan telah kelihatan kemajuannya dengan jangka waktu belum satu tahun
terlaksana. Apakah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini juga mempunyai hasil yang sama di Kantor Pelayanan Pajak Pratama lainnya
yang wilayah kerjanya meliputi daerah-daerah masing-masing. Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian yang sama di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Kantor Pelayanan Pajak Pratama KPP Lubuk Pakam adalah salah satu instansi pemerintah dibidang pelayanan
perpajakan yang berada dibawah naungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.Di bawah Kanwil DJP Sumut 1 Wilayah kerja KPP
Pakam adalah wilayah terluas nomor 2 setelah KPP Binjai yaitu terdiri dari 22 kecamatan. Namun wilayah kerja KPP Pakam yang terdiri dari 22 kecamatan
tersebut tersebar di beberapa wilayah yang cukup sulit, selain ada yang jauh dari jangkauan juga adanya wilayah yang terpecah-pecah.Penerimaan pajak tahun
2014 pada KPP Pakam mencapai 95 yaitu dengan nilai sekitar Rp 1,26 Triliun dari target sebesar Rp 1,325 T.
Diwilayah kerja KPP Pakam dapat dikatakan masih banyak potensi penerimaan pajak yang dapat terus digalih, salah satunya adalah sektor UMKM.
Sebelum penulis melakukan pengamatan, di salah satu wilayah kerja KPP Pakam yaitu kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli serdang sangat banyak terdapat
usaha-usaha yang dapat dikategorikan sebagai UMKM belum terdaftar sebagai wajib pajak. Mungkin saja kejadian serupa juga terjadi di kecamatan-kecamatan
lain yang berada d wilayah kerja KPP Lubuk Pakam. Apakah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 yang telah
diberlakukan sejak tanggal 1 Juli Tahun 2013 dapat menggarap potensi sektor UMKM dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan pemberlakuan peraturan
tersebut. Karena alasan tersebut sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul“
Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Dan
Penerimaan Pajak Penghasilan PPh Pasal 4 Ayat 2 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”
.
1.2 Rumusan Masalah