Responsivitas Ketepatan Distribusi Frekuensi

4.2.2.4 Indikator Pemerataan

Berikut hasil jawaban responden mengenai asas keadilah PP 46 Tahun 2013 : Tabel 4.34 Distribusi jawaban responden dalam pemenuhan asas keadilan atas penerapan PP 46 Tahun 2013 Kate gori Fre kue ns i Pe rs e ntas e Sudah Adil 2 1,50 Kurang Adil 11 8,50 Tidak Adil 117 90,00 Total 130 100,00 Sumber : Kuisioner 2015 Dari tabel diatas sangat banyak responden menjawab bahwa PP 46 tahun 2013 tidak begitu adil sebesar 90, responden yang menjawab sudah adil hanya sebesar 1,5. Berdasarkan data ini dapat dijelaskan bahwa masyarakat atau khususnya wajib pajak merasa PP 46 Tahun 2013 ini tidak dapat berlaku adil dalam memajaki mereka.

4.2.2.5 Responsivitas

Berikut hasil jawaban responden yang mendukung dilaksanakannya PP 46 Tahun 2013 : Tabel 4.35 Distribusi jawaban responden yang mendukung pemberlakuan PP 46 Tahun 2013 Kate gori Fre kue ns i Pe rs e ntas e Me ndukung 50 38,50 Tidak Me ndukung 45 34,60 Ne tral 35 26,90 Total 130 100,00 Sumber : Kuisioner 2015 Dari tabel diatas hanya 38,4 responden yang mendukung pemberlakuan PP 46 Tahun 2013 dan yang tidak mendukung sekitar 34,6. Jawaban responden netral dengan persentase 26,9.Dukungan dan yang tidak mendukung presentasenya tidak berbeda sangat jauh.

4.2.2.6 Ketepatan

Berdasarkan hasil jawaban responden atas kuisioner yang disebarkan oleh peneliti tertanyata banyak yang mengatakan sudah tepat. Berikut tabel distribusi jawaban reponden. Tabel 4.36 Distribusi jawaban responden mengenai ketepatan diberlakukannya aturan PP 46. Kate gori Fre kue ns i Pe rs e ntas e Sudah 64 49,20 Be lum 14 10,80 Tidak Tahu 52 40,00 Total 130 100,00 Sumber : Kuisioner 2015 Dari tabel diatas responden yang menjawab sudah tepat pemberlakuan PP 46 Tahun 2013 sebesar 49,2, yang menjawab belum tepat adalah sebesar 110,8 dan yang menjawab tidak tahu sebesar 40. Berdasarkan data tersebut masyarakat kebanyakan menyatakan bahwa peraturan baru ini sudah tepat dilakukan.

4.3 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pada

Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu telah terlaksana sejak 1 Juli Tahun 2013 di seluruh Indonesia berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 42PJ2013. Ruang Lingkup dari PP 46 ini adalah wajib pajak khususnya wajib pajak pengusaha yang memperoleh omset tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 Empat miliar Delapan Ratus Juta Rupiah dalam 1 satu Tahun Pajak atau lebih dikenal aturan perpajakan bagi para pelaku usaha yang dikategorikan sebagai UMKM. Adapun kriteria wajib pajak yang dikategorikan wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107PMK.0112013, yaitu sebagai berikut : 1. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap; dan 2. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tertentu tidak melebihi Rp 4.800.000.00 dalam satu tahun pajak. Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud adalah : a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,arsitek, dokter,konsultan,notaris,penilai, dan aktuaris b. Pemain musik, pembawa acara,penyanyi,pelawak,bintang film, bintang sinetron,bintang iklan, sutradara,kru film, foto model,peragawanperagawati,pemain drama, dan penari. c. Olahragawan d. Penasihat,pengajar,pelatih,penceramah,penyuluh dan moderator e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah f. Agen iklan g. Pengawas atau pengelola proyek h. Perantara i. Petugas penjaja barang dagangan j. Agen asuransi k. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang multilevel marketing atau penjualan langsung Direct Selling dan kegiatan sejenis lainnya. Wajib pajak orang pribadi yang tidak dimaksud dalam PP 46 adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan danatau jasa yang dalam usahanya : 20 Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang baik yang menetap maupun tidak menetap 21 Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukan bagi tempat usaha atau berjualan. Wajib Pajak Badan yang tidak dimaksud dalam PP 46 ini adalah : a. Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; atau b. Wajib pajak badan yang dalam jangka waktu 1 satu tahun sejak beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp 4.800.000.000 Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP bagi setiap tempat usaha di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha wajib pajak dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak. Penentuan peredaran bruto untuk dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final bagi Wajib Pajak badan baru beroperasi secara komersial untuk pertama kali ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha satu Tahun Pajak setelah tahun pajak beroperasi secara komersial, pengenaan pajak penghasilan yang bersiat final selanjutnya untuk wajib pajak yang bersangkutan ditentukan berdasarkan peredaran bruto tahun pajak sebelumya. Pajak Penghasilan terhutang berdasarkan aturan ini adalah dihitung berdasarkan tarif 1 dikalikan dengan dasar pengenaan pajak berupa jumlah peredaran bruto setiap bulan, untuk setiap kegiatan usaha. Pengenaan Pajak Penghasilan didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam satu tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yenag bersangkutan. Pajak Penghasilan PPh dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah PPh yang bersifat final. Wajib pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghasilan yang dikenai PPh bersifat final, tidak diwajibkan melakukan pembayaran angsuran pajak PPh Pasal 25. Wajib Pajak wajib menyetor pajak penghasilan yang bersifat final ke Kantor Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak SSP atau sarana administrasi lain yang disamakan denga Surat Setoran Pajak dengan mengisi Kode Akun Pajak 411128 dan Kode Jenis setoran 420 sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 24PJ2013 yang mengatur mengenai Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak. Wajib Pajak yang telah melakukan penyetoran pajak penghasilan atas usaha dengan peredaran bruto tertentu dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan sesuai dengan tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara NTPN yang tercantum pada SSP jadi tidak diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan lagi. Atas penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dilaporkan dalam Surat Pemberutahuan Tahunan Pajak Penghasilan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19PJ2014 pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final danatau bersifat final pada : a. Lampiran III bagian A butir 14 Penghasilan lain yang dikenakan pajak final danatau bersifat final, Formulir 1770-III bagi wajib pajak orang pribadi. b. Lampirab IV bagian A butir 16 dengan mengisi “Penghasilan Usaha WP yang Memiliki Peredaran Bruto tertentu “ Formulir 1771-IV bagi wajib pajak badan. BAB V ANALISIS DATA Didalam BAB ini, penulis menganalisis data, yaitu penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori- kategori, lalu menjabarkan dan menyusunnya ke dalam unit-unit sehingga dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain.

5.1 Analisis Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 Dalam penelitian ini, evaluasi dampak pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 diukur dari data-datatemuan di lapangan yang telah diklasifikasikan sebelumnya ke dalam indikatorindikatordalam teori evaluasi kebijakan publik. Kemudian indikator-indikator tersebut dianalisis untuk mengonfirmasi jawaban informan dengan data sekunder.Adapun indikator- indikator yang digunakan peneliti adalah efektivitas, efisiensi,kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketepatan.

5.1.1 Indikator Efektivitas

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

2 97 62

Tata Cara Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 56 52

Peranan Nomor Pokok Wajib Pajak Dalam Administrasi Perpajakan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

2 47 53

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (Ptkp) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Lubuk Pakam

6 123 67

Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajb Pajak Yang Memiliki Predaran Bruto Tertentu Terhadap Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

3 57 83

Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 60 59

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Pengaruh Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) dan Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM terhadap Penerimaan Pajak.

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (Umkm) Dan Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 4 Ayat 2pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

0 0 57

Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (Umkm) Dan Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 4 Ayat 2pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

0 0 19