Distribusi Perokok Menurut Karakteristik Waktu di Wilayah Rural Distribusi Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural

berupa Produk Tembakau mendefinisikan rokok sebagai salah satu produk tembakau yang dibakar, dihisap, dan dihirup asapnya termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana rustica, Nicotiana tabacum, dan spesies lainnya. Dalam penelitian ini peneliti menggolongkan perokok dan bukan perokok. Penelitian yang peneliti lakukan menemukkan bahwa perokok di urban lebih banyak dibandingkan dengan daerah rural yakni 24,83 di wilayah urban dan 17,09 di daerah rural. Definisi perokok sendiri terbagi menjadi perokok tiap hari yaitu responden terus merokok selama 30 hari penuh. Sedangkan, perokok kadang-kadang yakni perokok yang dalam 30 hari ada waktu dimana responden tidak merokok. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perokok tiap hari lebih banyak terjadi di urban 22,15 dibandingkan dengan rural 14,18. Sedangkan, untuk perokok kadang- kadang dan pernah merokok lebih banyak dijumpai pada rural dibandingkan dengan wilayah urban. Penelitian ini didukung oleh penelitian lainnya. Volzke 2006 menunjukkan bahwa perokok di daerah urban 21,7 lebih tinggi dibandingkan dengan perokok didaerah rural 23,6. Survei yang dilakukan oleh GATS 2011 menunjukkan bahwa proporsi perokok pada daerah urban lebih banyak dari pada daerah rural yakni 50,2. Selain itu, survei lainnya juga dilakukkan di Indonesia yang menunjukkan terjadinya peningkatan perokok di daerah urban dari tahun 2004-2010. Laporan Tobacco Control Support Center2012 mengungkapkan bahwa pada tahun 2004 prevalensi perokok di daerah urban sebesar 31,7 , tahun 2007 sebesar 31,2 dan tahun 2010 sebesar 32,3. Proporsi perokok yang tinggi di wilayah urban ini mungkin disebabkan oleh tingkat stress yang tinggi Volzke, 2006. Stress yang tinggi ini mungkin dikarenakan didaerah urban harga untuk memenuhi kebutuhan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan daerah rural. Gaya hidup masyarakat di daerah urban cenderung lebih konsumtif dibandingkan dengan masyarakat rural sehingga menimbulkan kebutuhan yang berbeda Hidayah, 2011. Selain itu, faktor yang memungkinkan tingkat stress yang lebih tinggi adalah faktor sosial Volzke, 2006. Penduduk didaerah urban kurang mempunyai waktu untuk bersosialisasi pada lingkungan sekitar sehingga menimbulkan stress dan mengakibatkan individu menjadi perokok. Faktor yang memungkinkan lainnya selain stress adalah migrasi penduduk Volzke, 2006. Adanya migrasi dari wilayah rural ke urban mungkin dapat menimbulkan tingginya perokok di wilayah urban. Hal ini dikarenakan perokok dari daerah rural bermigrasi ke daerah urban. Sedangkan, non-perokok didaerah urban pindah ke daerah rural yang mengakibatkan rendahnya proporsi perokok di daerah rural hal ini didukung oleh Swastika 2014. Swastika 2014 menyebutkan bahwa proporsi penduduk di rural menurun sebesar 1,42 dalam satu tahun. Sedangkan, penduduk di urban meningkat sebesar 3,14 dalam satu tahun. Survei yang telah dilakukkan oleh Surgeon General 2014 menunjukkan bahwa proporsi perokok tiap hari 61,9 lebih banyak daripada proporsi perokok kadang-kadang 38,1. Hal ini serupa dengan penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti bahwa perokok tiap hari baik di wilayah rural maupun urban lebih banyak dibandingkan dengan perokok kadang-kadang baik di wilayah rural maupun di wilayah urban. Walaupun proporsi perokok kadang-kadang lebih sedikit dibandingkan dengan perokok tiap hari. Tetapi, perokok kadang-kadang ini sangat rentan untuk menjadi perokok tiap hari. Hal ini disebabkan oleh kadar nikotin yang terkandung didalam rokok yang membuat seseorang merasa ketagihan Tobacco Free Kids, 2015. Oleh karena itu, Peneliti berharap agar Puskesmas baik di rural maupun di urban agar melakukan edukasi kepada masyarakat secara langsung mengenai dampak rokok. Edukasi juga perlu dilakukan kepada perokok yang menderita penyakit tertentu agar dapat berhenti merokok. Peneliti berharap juga diadakannya klinik berhenti merokok pada Puskesmas pada kedua wilayah. Pada masyarakat rural juga diharapkan kader kesehatan dan pemerintah setempat kelurahan lebih proaktif untuk mengadakan gerakan berhenti merokok yaitu dengan membuat kesepakatan berhenti merokok di wilayah setempat dan membuat wilayah bebas asap rokok. Penelitian Hodge 1996 menunjukkan bahwa masyarakat urban lebih proaktif untuk berhenti merokok dikarenakan gerakan berhenti merokok urban lebih kuat dibandingkan dengan rural. Dalam Klinik berhenti merokok juga diharapkan adanya monitoring pada setiap pasiennya dengan mengadakan jadwal kunjungan. Peneliti juga berharap kepada Dinas