Pekerjaan Perokok di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

di urban dan 38,30 di rural. Sedangkan, rata-rata jumlah batang rokok yang dihabiskan responden perhari di Urban yakni 13 batang rokok perhari dan rata-rata jumlah batang rokok di Rural adalah 11 batang rokok perhari. Survei tersebut didukung oleh survei yang dilakukkan oleh GATS tahun 2011. Menurut survei GATS 2011 penduduk Indonesia rata-rata menghabiskan 12,8 atau sekitar 13 batang rokok perharinya. Survei yang dilakukkan Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan hasil yang sama. Dalam Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia rata-rata mengonsumsi rokok sekitar 12,3 atau 13 batang rokok perharinya. Menurut Bradford Hill suatu kejadian penyakit meningkat seiring dengan bertambahnya pajanan Gersmant, 2003. Dalam hal ini, semakin banyak batang rokok yang dikonsumsi oleh responden maka semakin mungkin terjadinya suatu penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh Walter tahun 1987 menunjukkan bahwa perokok yang mengonsumsi 1-4 rokok perbatang memiliki risiko terkena jantung koroner sebanyak dua kali dibanding non-perokok. Hasil yang sama juga ditemukan oleh David tahun 1999. Penelitian David menunjukkan bahwa perokok yang mengonsumsi rokok 1-9 batang memiliki risiko terkena jantung koroner sebesar 2 kali lipat dibanding non-perokok. Penelitian lainnya yang dilakukkan oleh Suharmiati tahun 2008 menunjukkan bahwa proporsi perokok 11-20 batang perhari lebih banyak dibandingkan dengan proporsi perokok 1-10 batang perhari. Dalam penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti didapatkan bahwa perokok di rural yang mengonsumsi rokok 10-14 batang perhari memiliki proporsi menderita hipertensi lebih banyak dibanding dengan 10-14 batang yakni 57,14. Sedangkan, di Urban perokok yang mengonsumsi rokok 10-14 batang perhari memiliki proporsi menderita PJK lebih banyak dibandingkan dengan 10-14 batang rokok perhari yakni 50. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak rokok yang dikonsumsi maka semakin berisiko terkena suatu penyakit. Dalam setiap batang rokok, bahan-bahan yang dihirup oleh perokok akan masuk ke dalam tubuh. Nikotin merupakan salah satu bahan yang terhirup. Nikotin dapat diserap tubuh dalam waktu 10-19 detik Action on Smoking and Health, 2014. Dalam 40 menit, efek rokok ini akan menghilang sehingga menyebabkan perokok kembali menghirup rokok dikarenakan perokok akan gelisah dan depresi jika tidak menghirup rokok POM, 2014. Hal inilah yang menyebabkan seseorang perokok merasa kecanduan dikarenakan nikotin dapat merangsang sistem saraf pusat. Selain merangsang sistem saraf pusat nikotin dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah Action on Smoking and Health, 2014. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya masalah kesehatan para perokok khususnya harus meminimalisir atau mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi. Cara mengurangi jumlah batang rokok yakni dengan olahraga dan istirahat teratur. Selain itu, metode seperti mengganti rokok dengan permen, konseling, mengganti rokok dengan obat tradisional maupun dengan mencoba untuk berpuasa diiringi dengan niat yang kuat. Selain itu, keluarga diharapkan dapat menjadi pengingat dan memberikan motivasi kepada perokok.

6. Metode Berhenti Merokok

Berhenti merokok merupakan salah satu cara agar terhindar dari risiko penyakit. Manfaat berhenti merokok diantaranya yaitu dapat menurunkan risiko dari penyakit yang berhubungan dengan pajanan rokok pada anak, menurunkan risiko memiliki anak prematur, impoten, gangguan kesuburan, keguguran dan BBLR. Manfaat berhenti merokok juga dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular WHO, tt. Perokok melakukan berbagai upaya dalam mengurangi efek kesehatan akibat rokok. Metode yang dilakukan untuk berhenti merokok adalah terapi pengganti nikotin, terapi konsumsi obat, mencoba obat tradisional, konseling, berhenti tanpa bantuan dan mengganti konsumsi rokok tembakau dengan tembakau kunyah GATS, 2011. Hasil survei yang telah didapatkan peneliti mengenai metode berhenti merokok yang paling banyak digunakan yakni tanpa menggunakan metode berhenti rokok apapun dengan proporsi sebesar 48,57 di urban dan 64,29 di rural.