Durasi Merokok Perokok Menurut Waktu di Wilayah Rural dan Urban Tahun 2015

Penelitian yang telah dilakukkan oleh Suparto 2010 menunjukkan bahwa adanya hubungan antara rokok dengan kejadian hipertensi. Rokok merupakan salah satu risiko meningkatkan hipertensi. Penelitian oleh Sihombing 2010 menunjukan bahwa risiko hipertensi pada perokok sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan yang tidak merokok. Penelitian lainnya oleh Bowman 2007 juga menunjukkan hasil yang sama yakni orang yang memiliki kebiasaan merokok dapat berisiko menderita penyakit hipertensi sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh seperti nikotin dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah sehingga terjadinya kelainan dalam aliran darah miokardia. Merokok mengurangi produksi prostasiklin endotel dan meningkatkan adhesi leukosit pada sel endotel. Merokok juga meningkatkan produksi angiotesin II yang mengurangi aktivitas nitrat oksida sehingga menyebabkan tidak berfungsinya endotel Campisi, 1998. Nikotin juga merangsang pelepasan epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal dan ujung saraf terminal yang mengakibatkan peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas lebih besar m elalui stimulasi reseptor β1 miokard. Resistensi pembuluh darah perifer meningkat melalui α-reseptor yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah CDC, 2010. Konsumsi rokok minimal 2 batang akan dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 10 mmhg. Tekanan darah tersebut akan tetap tinggi pada 30 menit setelah berhenti menghisap rokok. Saat efek nikotin menghilang tekanan darah juga menurun. Namun, pada perokok berat tekanan darah akan tetap tinggi Nurwidayanti, 2013. Dalam hal ini peneliti menyarankan kepada perokok untuk melakukkan konsultasi pada Puskesmas terdekat untuk mengurangi dampak merokok. Peneliti juga menyarankan kepada Puskesmas untuk membuat suatu edukasi langsung kepada masyarakat mengenai perilaku merokok dan efek rokok yang ditimbulkan. Puskesmas juga diharapkan dapat melakukan monitoring mengenai perilaku kesehatan masyarakat di wilayah kerja nya terutama masalah rokok dengan melibatkan kader. Kegiatan monitoring ini bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan screening pada POSBINDU di masyarakat. Kegiatan POSBINDU ini dilakukan dengan pendekatan lima meja dimana meja pertama dilakukan anamnesis selanjutnya pengukuran dan penyuluhan. Diharapkan pada acara ini juga bekerjasama dengan klinik berhenti merokok khusus untuk orang-orang yang merokok. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perokok di wilayah urban lebih banyak 24,83 dibanding wilayah rural 17,09. 2. Berdasarkan jenis kelamin perokok, perokok laki-laki lebih banyak dibanding perokok perempuan yaitu 76,60 pada wilayah rural dan 87,84 pada wilayah urban. 3. Berdasarkan pendidikan terakhir perokok, perokok di wilayah rural lebih banyak pada kelompok Sekolah Menengah Pertama SMP yakni 38,30. Sedangkan, di wilayah urban lebih banyak pada kelompok yg Sekolah Menengah Atas SMA yakni 58,11. 4. Berdasarkan pekerjaan perokok, perokok di wilayah rural lebih banyak pada buruh yakni sebesar 36,17. Sedangkan, di wilayah urban pekerjaan perokok lebih banyak terdapat pada kelompok wiraswasta 41,90. 5. Berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, perokok mengonsumsi 10-14 batang rokok perharinya baik di wilayah rural 41,89 maupun di wilayah urban 38,30 dengan rata-rata perhari 13 batang perhari di wilayah rural dan 11 batang perhari di wilayah urban.