sporadis, endemik, dll Gerstman, 2003. Karakteristik menurut waktu digunakan untuk melakukan pengawasan pada kejadian penyakit sehingga
bisa dilakukan intervensi CDC, 2012.
1. Durasi Merokok
Durasi merokok didefinisikan yaitu lamanya merokok dimulai dari usia awal merokok sampai saat berhenti merokok Guo, 2006. Sama
seperti banyaknya jumlah batang rokok yang dikonsumsi, durasi merokok juga memiliki dose response yakni semakin lama durasi
merokoknya maka semakin berisiko terkena efek yang ditimbulkan. Penelitian yang telah dilakukkan peneliti menunjukkan bahwa
sebagian besar perokok pada kedua wilayah memiliki durasi merokok 10- 19 tahun yakni 72,97 di urban dan 63,83 di rural. Hasil penelitian ini
sama dengan penelitian yang dilakukkan oleh Chen 1995 menunjukkan bahwa proporsi terbesar terjadi pada durasi merokok 10-19 tahun 5
dibandingkan dengan kategori durasi merokok yang lainnya. Lamanya durasi merokok ini cenderung mempengaruhi kesehatan
perokok. Penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti menunjukkan bahwa responden yang memiliki durasi merokok 10-19 tahun memiliki
proporsi terbanyak menderita penyakit hipertensi dengan proporsi 55,56 pada rural dan urban responden yang merokok dengan durasi
merokok 10-19 tahun cenderung memiliki proporsi menderita penyakit hipertensi 28,57.
Studi yang dilakukkan oleh Suharmiati 2008 menunjukkan bahwa semakin lama durasi merokok lebih dari 20 tahun menunjukkan proporsi
yang tinggi menderita hipertensi yakni 95,4 dibanding yang merokok 11-20 tahun. Studi lainnya yang dilakukkan Ismaeel 2010. Penelitian
Ismail menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingginya tekanan darah sistolik dengan durasi merokok lebih dari
10 tahun. Dalam hal ini, durasi merokok menimbulkan gangguan endotel
pembuluh darah sehingga terjadinya kelainan dalam aliran darah miokardia. Merokok mengurangi produksi prostasiklin endotel dan
meningkatkan adhesi leukosit pada sel endotel. Merokok juga meningkatkan produksi angiotesin II yang mengurangi aktivitas nitrat
oksida sehingga menyebabkan tidak berfungsinya endotel Campisi, 1998. Selain itu, merokok pada masa muda dapat meningkatkan tekanan
darah karenaterjadinya perubahan ketebalan arteri seiring berjalannya waktu Raitakari, 2003.
Dalam hal ini, peneliti berharap agar para perokok dapat mengurangi jumlah rokok. Pengurangan jumlah rokok ini diharapkan
dapat melatih para perokok agar tidak mengonsumsi rokok kembali sehingga durasi merokok akan lebih pendek dan risiko efek kesehatan
yang ditimbulkan juga semakin kecil. Selain itu, peneliti menyarankan kepada perokok untuk melakukan olahraga secara rutin minimal 3 kali
dalam seminggu selama 30 menit. Olahraga ini bertujuan untuk mengurangi keinginan merokok.
F. Kondisi Kesehatan yang Dialami Perokok di Wilayah Rural dan Urban
Tahun 2015
Rokok merupakan salah satu faktor penyebab dari penyakit kardiovaskular. Heart Foundation 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 2,7
juta penduduk Australia merokok dengan jumlah perokok tiap hari sebesar 300.000 orang. Hasil penelitian yang dilakukkan oleh peneliti
memperlihatkan bahwa kondisi kesehatan yang dialami perokok yang paling banyak terjadi yaitu penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dengan
proporsi 42,42 pada rural dan 38,46 pada urban. Tingginya proporsi perokok di rural mungkin disebabkan oleh
besarnya jumlah rokok yang dikonsumsi oleh perokok di rural dibandingkan dengan urban. Penelitian yang dilakukkan oleh peneliti menunjukkan bahwa
proporsi perokok yang mengonsumsi ≥ 25 batang rokok perhari di rural
lebih banyak dibandingkan dengan urban yakni 6,38 pada rural dan 4,05 pada urban. Hal ini didukung oleh pernyataan Price dan Wilson 2006
dalam Nurwidayanti 2013. Menurut Price dan Wilson 2006 jumlah rokok yang dikonsumsi oleh perokok lebih berpengaruh meningkatkan
hipertensi. Hal ini dikarenakan adanya akumulasi dari bahan-bahan yang terhirup yang masuk ke dalam tubuh sehingga menjadi toksin di dalam
tubuh.