rokok yang dikonsumsi. Cara mengurangi jumlah batang rokok yakni dengan olahraga dan istirahat teratur. Selain itu, metode seperti
mengganti rokok dengan permen, konseling, mengganti rokok dengan obat tradisional maupun dengan mencoba untuk berpuasa diiringi dengan
niat yang kuat. Selain itu, keluarga diharapkan dapat menjadi pengingat dan memberikan motivasi kepada perokok.
6. Metode Berhenti Merokok
Berhenti merokok merupakan salah satu cara agar terhindar dari risiko penyakit. Manfaat berhenti merokok diantaranya yaitu dapat
menurunkan risiko dari penyakit yang berhubungan dengan pajanan rokok pada anak, menurunkan risiko memiliki anak prematur, impoten,
gangguan kesuburan, keguguran dan BBLR. Manfaat berhenti merokok juga dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular WHO, tt.
Perokok melakukan berbagai upaya dalam mengurangi efek kesehatan akibat rokok. Metode yang dilakukan untuk berhenti merokok
adalah terapi pengganti nikotin, terapi konsumsi obat, mencoba obat tradisional, konseling, berhenti tanpa bantuan dan mengganti konsumsi
rokok tembakau dengan tembakau kunyah GATS, 2011. Hasil survei yang telah didapatkan peneliti mengenai metode berhenti merokok yang
paling banyak digunakan yakni tanpa menggunakan metode berhenti rokok apapun dengan proporsi sebesar 48,57 di urban dan 64,29 di
rural.
Hasil survei ini sama dengan survei yang dilakukkan oleh GATS tahun 2011 di Indonesia. Di Indonesia tahun 2011 sekitar 70,7 perokok
berhenti merokok dengan kemauan sendiri tanpa bantuan orang lain GATS, 2011. Namun, berhenti merokok ini hanya bersifat sementara.
Survei yang dilakukkan oleh peneliti menujukkan bahwa responden hanya beberapa saat saja berhenti merokok yakni berkisar 1 sampai 9
bulan di rural dan 1 sampai 6 bulan di urban. Setelah itu, perokok mengonsumsi kembali rokok tersebut.
Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh karena keluhan yang disebut dengan withdrawal syndrom Aditama, 1997 dalam Barus, 2012.
Gejala dari sindrom tersebut seperti keinginan untuk merokok, depresi, insomnia, mudah marah, gelisah, cemas dan sulit konsentrasi. Gejala ini
dapat terjadi dalam waktu 3 hari atau bahkan sampai berminggu-minggu tergantung pada jumlah rokok dan durasi merokok setelah seeorang
berhenti merokok Hesami. 2010. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada para perokok
khususnya agar memiliki keyakinan pada diri sendiri untuk bisa berhenti merokok. Keyakinan akan diri sendiri bahwa akan mampu berhenti
merokok tidak hanya sesaat akan memberikan dorongan tersendiri kepada diri sendiri agar bisa berhenti merokok. Selain itu, terapkan
metode berhenti merokok pada keseharian sehingga menjadi kebiasaan. Berhenti merokok juga dapat dilakukkan dengan menentukanwaktu
berhenti merokok. Setelah itu perokok memulai metode berhenti
merokok dengan mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi. Apabila dalam sehari perokok menghabiskan satu bungkus maka perokok bisa
mengurangi menjadi setengah bungkus. Jika perokok sudah berhenti merokok dalam waktu yang lama kemudian merokok kembali, jangan
menilai diri anda sebagai perokok. Nilai diri anda sebagai bukan perokok dan buat perjanjian dengan diri anda untuk tidak merokok.
7. Anggaran Pembelian Rokok
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa rata-rata anggaran pembelian rokok di urban sebesar Rp 13.700 perharinya. Sedangkan, di
rural sebesar Rp 10.600 perharinya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelian rokok perharinya lebih tinggi di wilayah
urban. Hasil penelitian ini jika dikalikan selama sebulan 30 hari maka para perokok setiap bulannya baik di kedua wilayah menghabiskan
hampir setengah juta perbulannya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukkan oleh GATS tahun 2011. GATS
memperlihatkan bahwa rata-rata pembelian rokok diwilayah urban sebesar Rp 14.375 perharinya. Sedangkan, di wilayah rural Rp 11.250
perharinya. Pada penelitian yang telah dilakukkan oleh peneliti menunjukkan
bahwa rata-rata banyaknya rokok yang dibeli di rural yakni 12 batang perhari dan di urban 13 batang perhari. Pembelian batang rokok minimal
pada rural adalah 1 batang perhari dan maksimal 48 batang rokok
perhari. Sementara itu, pembelian rokok minimal pada urban adalah 2 batang rokok perhari dan maksimal 24 batang rokok perhari.
Dari hasil tersebut, jika dilakukkan analisis untuk pembelian rokok maksimal 48 batang atau sekitar 4 bungkus perhari di rural dalam
sebulannya menghabiskan dana sebesar Rp 1.680.000 jika harga rokok perbungkus Rp 14.000. Sedangkan, pembelian rokok di urban 24
batang rokok atau sekitar 2 bungkus menghabiskan dana sebesar Rp 840.000 jika harga rokok perbungkus Rp 14.000. Pengeluaran tersebut
jika ditambah dengan kerugian yang ditimbulkan oleh rokok seperti penyakit akan menimbulkan dampak kerugian yang besar.
Laporan dari
Tobacco Control
Support Center2010
memperkirakan pengeluaran tembakau pada masyarakat Indonesia sebesar 138 triliyun rupiah. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa total
tahun produktif yang hilang karena penyakit tembakau berjumlah 105,30 triliyun rupiah TCSC, 2012. Angka ini jika ditambahkan antara
pengeluaran tembakau dan total tahun produktif yang hilang mencapai 243,30 triliyun rupiah. Angka tesebut sangat jelas merugikan negara dan
juga individu baik yang merokok maupun yang tidak merokok perokok pasif.
Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa anggaran pembelian rokok yang paling sedikit adalah Rp 1000 untuk di rural dan Rp 2500
untuk di urban. Sedangkan, anggaran tertinggi yakni Rp 21.000 di rural dan Rp 32.000 di urban. Pada rural, jika dilihat dari harga rokok