Diagram Sebab Akibat Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA Rapid Entire Body Assessment

12 Tabel 2. 5W 1H Who Siapa What Apa Where Dimana Siapa yang melaksanakan? Siapa yang sedang melaksanakannya? Siapa yang seharusnya melaksanakan? Siapa lagi yang dapat melaksanakan? Siapa lagi yang seharusnya melaksanakan? Apa yang harus dilaksanakan? Apa yang sedang dilaksanakan? Apa yang seharusnya dilaksanakan? Apa lagi yang dapat dilaksanakan? Apa lagi yang seharusnya dilaksanakan? Dimana melaksanakannya? Dimana sedang dilaksanakan? Dimana seharusnya dilaksanakan? Dimana lagi dapat dilaksanakan? Dimana lagi seharusnya dilaksanakan? When Kapan Why Mengapa How Bagaimana Kapan melaksanakannya? Kapan dilaksanakan? Kapan seharusnya melaksanakannya? Kapan lagi dapat dilaksanakan? Kapan lagi seharusnya dilaksanakan? Mengapa ia melaksanakannya? Mengapa melaksanakannya? Mengapa melaksanakannya disana? Mengapa melaksanakannya disaat itu? Mengapa dilaksanakan dengan cara itu? Bagaimana melaksakannya? Bagaimana dilaksanakan? Bagaimana seharusnya dilaksanakan? Dapatkah metode ini digunakan di bidang lain? Apakah ada cara lain untuk melaksanakannya? Sumber : Masaaki Imai, 1992

2.4 Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat disebut juga dengan diagram tulang ikan karena bentuk diagram ini menyerupai kerangka tulang ikan. Diagram sebab akibat ini digunakan untuk menentukan akar penyebab masalah. Diagram ini dikembangkan oleh Prof. Kouru Ishikawa dari Jepang. Diagram ini terdiri dari sebuah tulang besar yang pada bagian kanannya menunjukan informasi tentang masalah yang terjadi. Di sekitar tulang besar akan didapatkan beberapa tulang berukuran sedang yang menunjukkan penyebab utama dari permasalahan tersebut, seperti metode, tenaga kerja, mesin, dan aliran proses. Disekitar tulang-tulang berukuran sedang ditemukan beberapa tulang berukuran kecil yang menunjukkan akar penyebab dari permasalahan tersebut. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 13 Adapun bentuk diagram tulang ikan tersebut dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Metode Tenaga Kerja Masalah Mesin Aliran Proses Gambar 1. Diagram Sebab Akibat

2.5 Ergonomi

Istilah ergonomi disebut juga dengan human factor. Fokus human factor adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan kerja. Human factor melihat perubahan dari segala sesuatu yang digunakan manusia sesuai dengan kemampuan, keterbatasan, dan kebutuhan manusia. Dennis,2004 menyatakan Human factor mempunyai dua objektif, yang pertama yaitu mempertinggi efektifitas dan efisiensi kerja, dengan cara penggunaan alat yang tepat, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktifitas. Objektif kedua adalah mempertinggi nilai manusia, meliputi perbaikan keselamatan, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan, meningkatkan kepuasan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup. Prinsip Human Factors dapat Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 14 diaplikasikan pada setiap operasi dimana terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungan kerjanya.

2.5.1 Prinsip Ergonomi

Ergonomi dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi yang kompleks. Suma’mur P.K, M.Sc. menyatakan ada beberapa prinsip ergonomi yaitu : 1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, penempatan mesin-mesin dan penempatan alat-alat penunjuk atau penempatan tombol-tombol pada mesin. 2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuan terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara agar ukuran tersebut dapat diperkecil dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil. 3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting sebagai dasar ukuran dan penempatan alat-alat industri yaitu : Berdiri : a. Tinggi Badan Berdiri b. Tinggi Bahu c. Tinggi Siku d. Tinggi Pinggul e. Panjang Lengan Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 15 4. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk . Jika tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

2.6 Perancangan

Dalam suatu pekerjaan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pekerjaan tersebut. Faktor-faktor penting tersebut terdiri dari manusia, mesin, material, metode, dan manajemen. Diantara faktor-faktor tersebut manusia merupakan faktor paling penting karena manusia berperan sebagai perencana, perancang, dan pengendali serta pengevaluasi dari seluruh jalannya proses. Oleh karena itu faktor manusia harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya agar suatu proses dapat berjalan dengan lancar.

2.6.1 Perancangan Produk

Dalam perancangan produk ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan, diantaranya : 1. Pertimbangan fungsional Menganalisis dan memproyeksikan setiap pemecahan masalah produk industri ke arah tepat guna sehingga dapat bermanfaat bagi pemakainya. 2. Pertimbangan teknis Menganalisis dan memperhitungkan setiap kegiatan perencanaan kearah pertimbangan kekuatan, kepresisian, pemanfaatan teknologi yang tepat, Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 16 pemilihan material, spesifikasi teknis, standar komponen, dan lain-lain yang berhubungan dengan asumsi perencanaan. 3. Pertimbangan ergonomi Menganalisa dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian ke arah standar antropometri untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan.

2.6.2 Prinsip-prinsip Dasar Perancangan

Tujuan dasar dari proses perancangan adalah untuk menciptakan sesuatu, bisa berupa produk ataupun peralatan kerja, fungsinya dikehendaki untuk meningkatkan kesejahteraan manusia maupun untuk menambah kemampuan kerja manusia. Melalui proses perancangan produk semua faktor yang berkaitan dengan karakteristik manusia berupa kelebihan, kekurangan ataupun keterbatasannya akan diperhatikan secara seksama. Ada 2 prinsip perancangan, yaitu : 1. Seorang perancang produk harus menyadari benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci sukses operasional sebuah produk dalam sebuah rancangan sistem kerja manusia dan mesin. 2. Seorang perancang produk juga harus menyadari bahwa setiap produk akan memerlukan informasi-informasi detail dari semua faktor yang terkait dalam setiap proses perancangan. Kelebihan dan keterbatasan manusia sangat perlu diperhatikan. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 17

2.6.3 Aspek-aspek dalam Perancangan

Dalam perancangan produk ada beberapa aspek yang diperhatikan oleh seorang perancang yang berkaitan dengan faktor manusia, yaitu : 1. Aspek Anatomi a. Antropometri b. Biomekanik aplikasi sumber daya dari model biologi manusia dengan menggunakan ilmu mekanika 2. Aspek Fisiologi a. Fisiologi kerja pendayagunaan energi, fungsi, dan koordinasi organ tubuh b. Fisiologi Lingkungan dampak lingkungan fisik terhadap fungsi kerja organ 3. Aspek Psikologi a. Psikologi keterampilan proses informasi dan pembuatan keputusan b. Psikologi kerja pelatihan upaya perbedaan individual

2.7 Anthropometri

Anthropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan metrikos yang berarti ukuran. Roebuck, 1995 secara defenitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya. Untuk mendapatkan perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 18 akomodasi maka harus diperhatikan faktor-faktor seperti panjang dimensi tubuh manusia dalam posisi statis dan dinamis. Hasil pengukuran dimensi tubuh manusia berbeda antara satu populasi dengan populasi yang lainnya. Variabilitas ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti jenis kelamin, suku bangsa, usia, jenis pekerjaan, dan lain-lain. Keaadan dan ciri-ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga terdapat perbedaan antara satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data-data tersebut : 1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim 2. Perancangan fasilitas yang disesuaikan 3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata pemakai. Dalam aplikasinya antropometri mempunyai beberapa kegunaan, yaitu : 1. Menganalisa postur tubuh manusia dalam merancang tempat kerja 2. Menentukan kelonggaran dalam perancangan peralatan 3. Merancang produk

2.7.1 Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas

Data antropometri yang diperoleh dapat diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal : a. Perancangan daerah kerja work station Daerah kerja dapat dioptimalkan jika gerakan-gerakan yang tidak perlu dari pekerja dapat diminimalkan. Gerakan-gerakan pekerja dapat dianalisa Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 19 dalam kaitannya dengan jangkauan horizontal dan jangkauan vertikal. Jangkauan yang berlebihan tidak hanya menimbulkan stress pada pekerja, tetapi juga pemborosan waktu dan uang. Daerah jangkauan horizontal Mayoritas tugas dilaksanakan pada permukaan datar yang berada dihadapan operator. Jumlah gerakan tubuh yang minimum sangat diperlukan untuk mengoptimalkan performance operator dalam daerah jangkauan horizontal. Ada 4 kelompok daerah jangkauan horizontal ; Daerah jangkauan horizontal ke-1 Pada daerah ini operator dapat menjangkau objek dengan nyaman, pada umumnya daerah jangkauan berada pada radius 5”-7” dari depan tubuh. Daerah jangkauan ini memerlukan waktu paling sedikit untuk menjangkau objek dan melibatkan sedikit tegangan otot. Daerah jangkauan horizontal ke-2 Daerah jangkauan ini memerlukan perluasan lengan, menggunakan sendi putar dan gerakan bahu tanpa gerakan tubuh. Secara normal berada pada radius 15”-18” dari titik pusat tubuh operator. Daerah jangkauan horizontal ke-3 Pada daerah ini, gerakan penuh dari lengan dan tubuh diperlukan untuk menjangkau daerah 24”-30” dari titik pusat tubuh operator. Pada daerah ini terjadi pengurangan efisiensi verja dibandingkan dengan 2 daerah jangkauan di atas, karena memerlukan gerakan tubuh yang lebih banyak. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 20 Daerah jangkauan horizontal ke-4 Daerah jangkauan horizontal paling jauh, gerakan tubuh sepenuhnya diperlukan untuk menjangkau. Seringkali operator harus meninggalkan posisinya atau berputar untuk menjangkau daerah ini. Diperlukan sejumlah besar tenaga dan waktu. Gambar 2. Daerah Jangkauan Horizontal Daerah jangkauan vertikal Kebanyakan tugas-tugas memerlukan lebih banyak ruang yang tersedia untuk bidang kerja ke arah vertikal. Ada 3 kelompok daerah jangkauan vertikal ; Daerah jangkauan vertikal ke-1 Daerah ini meliputi luas permukaan kerja ke suatu posisi dimana lengan bawah operator berada di dekat hatijantung operator. Ini adalah prioritas pertama dari lokasi objek. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 21 Daerah jangkauan vertikal ke-2 Daerah jangkauan ini dimulai dari jantung dan perpanjangan maksimum dari lengan sampai tinggi bahu. Prioritas peralatan pendukung dapat diletakkan di daerah ini sepanjang operator tidak menghabiskan banyak waktu dalam posisi tersebut. Daerah jangkauan vertikal ke-3 Pada daerah jangkauan paling atas operator harus menggunakan gerakan tubuh bagian atas untuk menjngkau pada daerah ini. Gerakan dalam derah ini seringkali memerlukan gerakan kepala. Daerah prioritas rendah ini dapat diperbaiki dengan cara mendekatkan objek pada operator. Gambar 3. Daerah Jangkauan Vertikal Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 22 b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas tools, dan lain-lain. Adapun langkah-langkah perancangan fasilitas dengan pertimbangan aspek antropometri adalah : a. Melakukan pengukuran dimensi tubuh yang terkait dengan fasilitas yang akan dirancang b. Menghitung nilai rata-rata dari hasil pengukuran X = ∑ n X c. Menghitung Rata-rata sub group X = ∑ k X d. Menghitung standar deviasi δ = N X Xi ∑ − 2 e. Menghitung standar deviasi sub group hx = n δ f. Melakukan uji keseragaman data BK A,B = X ± Z. x Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 23 g. Melakukan uji kecukupan data N’ = 2 2 2 ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ∑ ∑ ∑ Xi Xi Xi N Zt α h. Menentukan letak persentil Pi = 100 1 + N i i. Menghitung nilai persentil Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95 populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5 dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Dalam antropometri 95 persentil menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95 populasi maka 2,5 dan 97,5 persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai. Pi = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − + f F N i p b 100 Pi = Nilai persentil ke-i Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 24 b = Batas bawah kelas persentil p = Lebar kelas persentil N = Jumlah data F = Jumlah frekuensi semua kelas interval dengan tanda kelas yang lebih kecil dari tanda kelas untuk kelas persentil ke-i f = Frekuensi kelas persentil i = 1,2,3,…sesuai dengan persentil yang ingin dicari

2.8 Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA Rapid Entire Body Assessment

a. Merupakan suatu metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. b. Untuk masing-masing tugas, penilaian dibagi atas masing-masing grup yang terdiri dari 2 grup yaitu Grup A dan Grup B. c. Grup A terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari batang tubuh trunk, leher neck, dan kaki legs. Sedangkan grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas upper arm, lengan bawah lower arm, dan pergelangan tangan wrist. d. Skor A adalah jumlah dari hasil pada tabel A dan skor bebankekuatan. e. Skor B adalah jumlah skor dari tabel B dan skor coupling untuk masing- masing tangan. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 25 f. Skor C dibaca dari tabel C dengan memasukkan skor A dan skor B. g. Skor REBA diperoleh dengan jumlah dari skor C dan skor tindakan. Gambar 4. Worksheet REBA Sumber : Hignett, S and Mc. Atamney, 2001 Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 26

2.9 Pengukuran Waktu Kerja