Merancang Fasilitas Alternatif Pemecahan Masalah untuk Mengoptimalkan Operasi

tersebut. Adapun alternatif yang dimaksud adalah seperti yang tercantum pada tabel 26 di bawah ini. Tabel 26. Rekapitulasi Masalah, Fenomena, Akar Masalah, dan Rencana Tindakan Masalah Fenomena Akar Masalah Rencana Tindakan Rendahnya efektifitas dan efisiensi kerja Tinggi tumpukan mendekati 2 m Tingginya frekuensi kerja operator belt conveyor Sering terjadi overtime dalam memenuhi permintaan Belum optimalnya sistem operasi pembuatan kantong semen Mengurangi jumlah tumpukan dengan membuat rancangan fasilitas Menambah operator belt conveyor atau Menambah job operator mesin jahit Merancang ulang SOP

6.1.4 Alternatif Pemecahan Masalah untuk Mengoptimalkan Operasi

Pembuatan Sewing Bag Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, pada bagian ini akan dikembangkan 4 alternatif model pemecahan masalah yang sesuai dan dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pabrik kantong saat ini. Alternatif yang dimaksud adalah sebagai berikut ; 1. Membuat rancangan fasilitas 2. Menambah jumlah operator belt conveyor atau menambah job bagi operator mesin jahit 3. Merancang ulang Standard Operating Procedure

6.1.4.1 Merancang Fasilitas

Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 Fasilitas yang akan dirancang adalah alat bantu kerja berbentuk meja kerja yang akan digunakan sebagai tempat untuk meletakkan tuber yang telah diangkat oleh operator dari belt conveyor. Fasilitas berbentuk meja kerja ini dirancang bertujuan untuk membantu operator belt conveyor maupun operator mesin jahit agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan cara yang lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan effisien. Penambahan fasilitas ini dapat merubah postur kerja operator pada saat mengangkat dan meletakkan tuber sehingga tidak perlu dilakukan sambil membungkuk lagi, tapi sudah dalam posisi berdiri normal. Disamping itu juga akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dan digunakan dalam perancangan fasiltas berbentuk meja kerja ini antara lain adalah ; 1 Pertimbangan fungsi dari meja kerja, 2. Space yang tersedia antara belt coveyor dengan mesin jahit, 3 Kebutuhan operator. Fungsi utama dari meja kerja yang dirancang adalah sebagai alat bantu untuk menumpuk kantong setengah jadi dan menunggu proses pada mesin jahit. Oleh sebab itu objektif yang digunakan untuk memenuhi fungsi ini adalah jumlah dan banyaknya tumpukan yang dapat ditempatkan diatas meja kerja. Space yang tersedia antara mesin jahit dengan belt coveyor sesuai dengan disain awal adalah 310 cm. Oleh sebab itu bentuk dan ukuran dari meja kerja yang akan dirancang disesuaikan dengan ukuran space yang tersedia. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 Sementara itu pertimbangan kebutuhan dari operator dimaksudkan agar operator melaksanakan pekerjaannya dengan mudah, nyaman dan tidak menimbulkan resiko kepada kesehatan kerja operator. Untuk itu dalam pertimbangan ini, bentuk meja kerja yang dirancang didasarkan kepada analisis ergonomi dan antropometri, yaitu rancangan fasilitas yang didasarkan kepada dimensi tubuh pekerja atau operator yang selanjutnya merupakan dimensi dari komponen fasilitas yang dirancang. Beberapa aspek ergonomis yang dipertimbangkan dalam perancangan meja ini adalah : a. Sikap dan posisi kerja Kondisi kerja seringkali memaksa pekerja untuk selalu berada pada sikap dan posisi kerja tertentu seperti berdiri atau membungkuk secara terus- menerus untuk jangka waktu yang lama. Hal ini tentu akan mengakibatkan pekerja cepat lelah dan membuat banyak kesalahan dalam bekerja. Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang baik pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu lama. Untuk mengatasi masalah ini maka rancangan meja kerja nantinya harus sesuai dengan data antropometri agar operator dapat menjaga sikap dan posisi kerjanya tetap tegak dan normal. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 2. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal, karena bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman. b. Antropometri dan dimensi tempat kerja Antropometri pada dasarnya menyangkut ukuran fisik dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat, volume, ruang gerak, dan lain- lain. Data antropometri sangat bermanfaat dalam perencanaan peralatan, fasilitas kerja, dan dimensi tempat kerja. Ergonomi mensyaratkan agar peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya khususnya menyangkut dimensi tubuh. Dimensi tempat kerja dipengaruhi oleh 2 dimensi pokok yaitu situasi fisik dan dan situasi kerja yang ada. Di dalam menentukan dimensi ruang kerja perlu diperhatikan antara lain jarak jangkauan operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi. Adapun langkah dan tahap perancangan fasilitas ini adalah :

A. Pengukuran Antropometri

a. Tinggi meja diambil dari tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah yang diukur dari lantai. b. Tinggi tumpukan kantong ½ jadi dibuat berdasarkan jangkauan normal ke atas dari operator. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 c. Lebar meja dibuat berdasarkan jangkauan tangan ke depan dari operator dan berdasarkan ukuran panjang dari sewing bag.

B. Pengolahan Data Antropometri

Berikut ini dilakukan pengolahan data antropometri tinggi genggaman tangan dari operator dan sampel lainnya yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan perancangan terhadap fasilitas kerja nantinya. Adapun tahap-tahap pegolahan data tersebut adalah sebagai berikut. 1. Perhitungan rata-rata X tinggi genggaman tangan ; X = = 375050 = 75 ∑ n X Nilai rata-rata tinggi genggaman tangan dari 50 sampel didapatkan sebesar 75 cm. 2. Perhitungan harga rata-rata sub group : X = ∑ k X = 3755 = 75 Perhitungan dengan menggunakan formulasi diatas didapatkan harga rata-rata sub grup juga sebesar 75 cm. 3. Perhitungan Standar Deviasi δ = N X Xi ∑ − 2 = 1,07 Langkah berikutnya adalah perhitungan standar deviasi, setelah dihitung dengan formulasi di atas didapatkan nilainya sebesar 1,07. 4. Perhitungan Standar Deviasi Sub Group Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 hx = n δ = 1,07 10 = 0,34 Standar deviasi sub grup yang didapatkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan formulasi di atas adalah sebesar 0,34. 5. Perhitungan Batas Kontrol Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 maka didapatkan nilai Z =2, sehingga didapatkan Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah adalah : BKA = X + Z. hx = 75 + 2 .0,34 = 75,68 BKB = X - Z. hx = 75 – 2 .0,34 = 74,32 6. Plot Data BKA 75,68 X 75 BKB 74,32 Gambar 19. Plot Data Antropometri Tinggi Genggaman Tangan Dari grafik di atas terlihat bahwa semua data berada dalam batas kontrol, sehingga langkah selanjutnya dapat dilanjutkan dengan uji kecukupan data. 7. Perhitungan Uji Kecukupan Data : Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 N’ = 2 2 2 ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ∑ ∑ ∑ Xi Xi Xi N Zt α N’ = 2 2 3750 3750 285227 50 05 , 2 ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ∑ = 22,6 ≈ 23 Nilai N’ N, berarti jumlah data yang diamati sudah mencukupi dan dapat mewakili untuk kebutuhan perancangan nantinya. 8. Perhitungan Letak Persentil Langkah berikutnya adalah perhitungan letak dan nilai persentil. Tabel Distribusi Frekuensi Nilai terbesar = 77 , Nilai terkecil = 72 Range = 77 – 7 = 3 Jumlah Kelas k = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 50 = 6,6 7 Lebar Kelas P = Xmaks – Xmin Jumlah Kelas ≈ = 77-72 7 = 0,71 Tabel 27. Distribusi Frekuensi Batas Bawah Batas Atas Xi F 72,00 72,70 72,35 1 72,71 73,41 73,06 4 73,42 74,12 73,77 6 74.13 74,83 74,48 74,84 75,54 75,19 25 75.55 76,25 75,90 11 76,26 77,00 76,63 3 Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 28. Distribusi Frekuensi lanjutan Xi 2 Xi F fXi 2 μ − Xi f Xi 2 μ − 72,35 5234.52 1 72.35 7.21 7.21 73,06 5337.76 4 292.24 3.90 15.60 73,77 5442.01 6 442.62 1.60 9.60 74,48 5547.27 0.31 0.00 75,19 5653.54 25 1879.75 0.02 0.60 75,90 5760.81 11 834.9 0.75 8.23 76,63 5872.16 3 229.89 2.54 7.63 ∑ = 521.38 ∑ = 38848.07 ∑ = 50 ∑ = 3751.75 ∑ = 16.33 ∑ = 48.88 Mean = ∑ ∑ f Xi f = 50 75 , 3751 = 75.035 100 1 + = N i Pi 55 , 2 100 1 50 5 5 = + = P 5 , 25 100 1 50 50 50 = + = P 45 , 48 100 1 50 95 95 = + = P 9. Perhitungan Persentil ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − + = f F N i p b P i 100 4 1 100 50 5 71 , 71 , 72 5 − + = P = 72,98 73 ≈ 25 11 100 50 50 71 , 84 , 74 50 − + = P = 75,24 75 ≈ 3 47 100 50 95 71 , 26 , 76 95 − + = P = 76,38 76 ≈ Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 Pada penelitian ini digunakan nilai persentil 50 atau berdasarkan harga rata- rata, yang berarti akan lebih banyak populasi yang dapat menggunakan fasilitas yang dirancang ini dengan optimal dari pada populasi yang mempunyai nilai ekstrim yang jumlahnya sedikit.

C. Bentuk dan Spesifikasi Fasilitas

Berdasarkan pertimbangan fungsi, space yang tersedia dan kebutuhan operator sesuai dengan hasil analisis ergonomi yang ditinjau dari aspek antropometri terhadap cara kerja operator tubing maupun operator sewing dalam mengangkat tuber dari belt conveyor maupun mengangkat dan meletakkannya ke atas mesin jahit yang dilakukan sambil membungkuk dan berdiri berulang kali maka alternatif fasilitas berupa meja kerja yang dirancang terdiri dari 2 alternatif. Spesifikasi dari masing- masing alternatif dapat dilihat pada tabel 6.29 berikut ini : Tabel 29. Spesifikasi Rancangan Meja Kerja No. Komponen Dimensi Spesifikasi Bahan Meja Alternatif 1 1. Alas Meja 150 x 60 cm Multiplek 12 mm 2. Kaki Meja Tinggi = 75 cm Kayu 510 3. Penyangga Kaki Kayu 35 Meja Alternatif 2 1. Alas Meja 385 x 60 cm Multiplek 12 mm 2. Kaki Meja Tinggi = 75 cm Kayu 510 3. Penyangga Kaki Kayu 35 Meja alternatif 1 ini dibuat untuk setiap mesin jahit pada kedua line. Kondisi ini memungkinkan untuk dilakukan karena ukuran panjang dari meja sesuai dengan lebar mesin jahit, yaitu 150 cm. Sehingga masih ada ruang gerak yang tersedia bagi Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 operator sebesar 90 cm diantara meja berikutnya. Demikian juga dengan lebar meja yang ukurannya hanya 60 cm, kondisi ini dibuat berdasarkan pertimbangan jangakauan normal ke depan dari tangan operator yang rata-ratanya adalah 77,14 cm. Pertimbangan lebar meja ini juga dibuat berdasarkan ukuran panjang sewing bag yang berkisar antara 520 ± 5 mm sampai 775 ± 10 mm, sehingga memudahkan operator dalam mengambil tumpukan kantong ini dari meja nantinya. Disamping itu kondisi ini juga masih memungkinkan bagi operator belt conveyor maupun operator mesin jahit untuk dapat bergerak dengan leluasa karena ruang gerak yang tersedia menjadi lebih luas. Jarak antara mesin jahit dengan belt conveyor sebesar 310 cm. Selama ini 150 cm 2 digunakan untuk tempat meletakkan tumpukan tuber, jarak antara operator mesin jahit dan tumpukan 100 cm, dan space operator dengan belt conveyor 60 cm. Penambahan meja membuat space yang digunakan untuk menyusun tumpukan menjadi berkurang sebesar 90 cm karena lebar meja hanya 60 cm. Meja alternatif 1 ini mampu menampung sebanyak 40 lot tuber dengan ketentuan susunan tuber di atas meja disusun sebanyak 20 lot ke atas dan 2 tuber berjejer di atas meja. Adapun 1 lot sama dengan satu kali pengangkatan berjumlah sebanyak 15 lembar tuber. Untuk memudahkan pengambilan tuber oleh operator mesin jahit, tuber disusun dengan cara bergantian menurut panjang dan lebar tuber, sehingga jumlah tuber satu kali angkat oleh operator mesin jahit tetap sama 1 lotnya berjumlah 15 lembar. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008 Rancangan meja alternatif 1 ini dapat digunakan jika pihak perusahaan mengambil kebijakan untuk menambah job bagi operator sewing untuk ikut membantu mengangkat tuber pada saat mesin jahit beroperasi. Sedangkan untuk meja alternatif ke-2 dibuat untuk melayani dua mesin jahit sekaligus. Panjang meja dibuat 385 cm, sedangkan lebar dan tinggi meja alternatif ke-2 ini dibuat sama dengan meja alternatif pertama yaitu 60 cm dan 75 cm. Adapun dasar yang digunakan dalam penentuan ukuran panjang meja ini adalah agar meja mampu menampung tuber lebih banyak lagi. Meja alternatif 2 ini mampu menampung tuber sebanyak 100 lot tuber. Tuber disusun sebanyak 20 lot ke atas dan 5 tuber berjejer di atas meja. Adapun 1 lot sama dengan satu kali pengangkatan berjumlah sebanyak 15 lembar tuber. Penambahan panjang meja ini tetap masih memungkinkan operator untuk bergerak dengan leluasa, karena space yang ada antar meja berikutnya sebesar 95 cm, sehingga masih memungkinkan operator untuk bergerak bebas diantara meja dengan mesin jahit, namun agak membatasi ruang gerak operator mesin jahit dengan belt conveyor karena ukuran meja yang cukup panjang. Rancangan meja alternatif ke-2 ini dapat dipilih oleh pihak perusahaan jika ada kebijakan untuk menambah 1 orang lagi operator belt conveyor pada masing- masing line. Adapun gambar rancangan meja ini baik untuk alternatif 1 maunpun alternatif ke-2 dapat dilihat pada lampiran 4 di halaman 180-181. Eva Suryani: Rancang Ulang Operasi Pembuatan Sewing bag Di Pabrik kantong PT. Semen Padang, 2008. USU e-Repository © 2008

6.1.4.2. Menambah Jumlah Operator Belt Conveyor atau Menambah Job Bagi