9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
manis diabetes melitus, tumor trofoblas trofoblas ganas, serta tumor paru, batuk rejan pertusis, sesak napas asma, darah tinggi hipertensi.
Selain itu sambiloto juga memiliki khasiat dan kegunaan sebagai antiinflamasi, antitrombotik, antimalaria, immunostimulant, antioksidan,
antihiperglikemi, analgesik dan antipiretik serta antifertilitas pria dan wanita Anju, et al., 2012; Halim, 2004. Menurut Akbarsha et al 1990
dalam Akbar 2011 pemberian serbuk daun sambiloto ke tikus putih jantan 20 mg per hari selama 60 hari dapat menghambat
spermatogenesis, mengalami perubahan degeneratif di tubulus seminiferus, regresi pada sel Leydig, dan mengalami perubahan regresif danatau
degeneratif di epididimis, vesikula seminalis, prostat ventral, dan kelenjar koagulasi. Pemberian andrographolide juga memberikan hasil yang sama
ketika diberikan secara oral pada tikus putih jantan galur Wistar selama 48 hari yaitu dapat menurunkan jumlah dan motilitas sperma serta terjadinya
abnormalitas sperma.
2.2. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1979 . Untuk memperoleh simplisia berkualitas, maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut : 1.
Kadar air Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di
dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi, atau gravimetri. Kadar air bertujuan untuk memberikan
batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan
terkait dengan kemurnian dan kontaminasi Depkes RI, 2000. Menurut
Keputusan Menteri
Kesehatan RI
tentang Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama 2009, kadar air
ekstrak kental herba sambiloto tidak lebih dari 10. Menurut Agoes 2007 kadar air simplisia daun tidak lebih dari 5.
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Kadar abu
Kadar abu bertujuan memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuk ekstrak. Kadar abu total ekstrak kental herba sambiloto tidak lebih dari 1,0 Menkes RI, 2009.
3. Kadar abu tidak larut asam
Jumlah benda anorganik asing dalam simplisia dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut asam. Herba sambiloto memiliki
kadar abu tidak larut asam yaitu tidak lebih dari 1,7. Ekstrak kental herba sambiloto memiliki kadar abu tidak larut asam yaitu
tidak lebih dari 0,1 Menkes RI, 2009. 4.
Kadar sari larut air Kadar sari larut air ini menunjukkan banyaknya senyawa di
dalam simplisia yang larut dalam air Pratiwi, 2010. Herba sambiloto memiliki persyaratan kadar sari larut air yaitu tidak
kurang dari 15,7 Menkes RI, 2009. Dan menurut Materia Medika Indonesi 1995, kadar sari larut air herba sambiloto tidak
kurang dari 18. 5.
Kadar sari larut etanol Kadar sari larut etanol ini merupakan faktor utama yang
menentukan mutu simplisia. Kadar ini menunjukkan adanya kandungan zat yang berkhasiat dalam simplisia Manoi, 2006.
Selain itu, kadar sari larut etanol dilakukan untuk mengetahui kandungan terendah zat yang larut dalam etanol tetapi mungkin
tidak larut dalam air Farmakope Indonesia IV, 1995. Menurut
Keputusan Menteri
Kesehatan RI
tentang Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama 2009, herba
sambiloto memiliki kadar sari larut etanolnya yaitu tidak kurang dari 9,2. Sedangkan menurut Materia Medika Indonesia 1995
kadar sarinya yaitu tidak kurang dari 9,7.