Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sederhana. Maserasi merupakan cara ekstraksi dingin sehingga tidak merusak andrographolide dan senyawa-senyawa lainnya yang tidak tahan
terhadap panas. Selain itu, ekstraksi dengan metode maserasi akan menghasilkan kadar andrographolide yang besar Nurasiah, 2010. Pelarut
yang digunakan adalah etanol. Etanol digunakan karena etanol merupakan pelarut universal yaitu dapat menyari senyawa non polar hingga senyawa
polar dan juga zat aktif daun sambiloto andrographolide mudah larut dalam etanol. Selain itu andrographolide memiliki kelarutan yang rendah
sedikit larut dalam air dan etanol merupakan salah satu pelarut yang diperbolehkan oleh pemerintah untuk ekstrak tumbuhan obat Jadhao et al,
2014; Depkes RI, 2005. Etanol yang digunakan adalah etanol 96, karena andrographolide
yang dihasilkan lebih banyak jika dibandingkan dengan konsentrasi etanol 25, 50, dan 75 Kumoro, 2009. Setelah dilakukan penyarian dan
penyaringan hasil maserat, filtrat yang didapat dipekatkan dengan vacum rotary evaporator dengan suhu waterbath yang digunakan yaitu 55
o
C untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan komponen yang
terkandung dalam ekstrak. Hasil pemekatannya didapatkan berupa ekstrak kental.
Serbuk daun sambiloto sebanyak 1000 gram dimaserasi menggunakan etanol 96, didapatkan ekstrak kental sebanyak 120,925 gram dengan
rendemen 12,093. Pemeriksaan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak juga dilakukan. Tujuan dilakukannya yaitu untuk menentukan
kualitas ekstrak yang mempunyai standar serta batas-batas aman dari ekstrak. Pada parameter non spesifik dilakukan uji kadar abu dan kadar air.
Pemeriksaan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak karena
beberapa mineral dibutuhkan dalam fertilitas. Sistem reproduksi pada jantan selain dipengaruhi hormon reproduksi, juga ditentukan oleh
kecukupan mineral di dalam tubuh Sukmaningsih et al, 2012. Pemeriksaan kadar air bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan dan berhubungan
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan sifat kelarutan senyawa aktif sambiloto Depkes RI, 2000. Senyawa aktif sambiloto bersifat sedikit larut dalam air, sehingga jika
kadar air dalam ekstrak tinggi atau rendah diduga akan berakibat pada jumlah senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak etanol 96 daun
sambiloto. Hasil pemeriksaan kadar abu yaitu 0,056 dan kadar air 13,55. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Farmakope
Herbal Indonesia Edisi Pertama 2009 ekstrak kental herba sambiloto memiliki kadar abu tidak lebih dari 1 dan kadar air tidak lebih dari 10,
sedangkan menurut Agoes 2007 kadar air daun tidak lebih dari 5. Berdasarkan data tersebut kadar abu yang didapat memenuhi persyaratan
dan untuk kadar air yang didapat melebihi standar yang ada, hal ini dimungkinkan masih adanya kadungan air karena ekstrak yang didapat
tidak dilakukan freez dry. Menurut Depkes RI 2000 ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari
simplisia nabati dapat dipandang sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan awal dianalogkan sebagai bahan
baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Syarat dari suatu ekstrak yang akan dijadikan sebagai bahan obat salah
satunya adalah memenuhi parameter mutu umum suatu bahan yaitu kebenaran jenis identifikasi, kemurnian bebas dari kontaminasi kimia
dan biologi dan aturan penstabilan wadah, penyimpanan dan transportasi. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini dilakukan
pengukuran kadar abu dan kadar air yang merupakan parameter mutu dari kemurnian karena respon biologis yang diakibatkan oleh ekstrak pada
manusia disebabkan oleh senyawa kimia. Berdasarkan hasil uji penapisan fitokimia terhadap ekstrak etanol 96
daun sambiloto menunjukkan positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, diterpenoid, steroid, tanin, dan polifenol. Selanjutnya untuk
memastikan ada atau tidaknya senyawa andrographolide dalam ekstrak etanol 96 daun sambiloto Andrographis panicuata Burm.f. Nees
dilakukanlah pengujian kualitatif menggunakan KLT Densitometri. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan beberapa spektrum yang
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
muncul. Bercak atau noda yang berada pada Rf 0,39 diduga senyawa andrographolide, hal ini dikarenakan bercak tersebut memiliki panjang
gelombang maksimum
233 nm.
Menurut beberapa
literatur andrographolide memiliki panjang gelombang maksimum 230 nm
– 235 nm, sementara 14-deoxyandrographolide memiliki panjang gelombang
maksimum 223 nm dan neoandrographolide 212 nm Awal P, 2011; Nugroho, 2014; Chamoli, 2013; Sule, 2011. Dengan demikian, panjang
gelombang maksimum yang didapatkan memasuki rentang panjang gelombang maksimum andrographolide. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa ekstrak etanol 96 daun sambiloto positif mengandung senyawa andrographolide.
Tikus yang digunakan sebagai hewan uji adalah tikus jantan galur Sprague Dawley berumur 6 - 7 bulan. Tikus yang digunakan merupakan
tikus yang sehat dan fertil dengan bobot tikus 350 - 400 gram. Pemilihan tikus galur Sprague Dawley dikarenakan tikus ini banyak digunakan untuk
eksperimen para saintis, tenang, dan mudah untuk dikendalikan. Selain itu tikus galur Sprague Dawley jika dibandingkan dengan tikus Wistar harga
belinya lebih murah dan memiliki tingkat kesuburan yang tinggi ditandai dengan jumlah sperma dalam epididimis lebih banyak dibandingkan galur
lain Wilkinson, et al., 2000. Hewan uji dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu kelompok kontrol, dosis rendah 100 mgkg BB, dosis
sedang 200 mgkg BB, dan dosis tinggi 400 mgkg BB serta satu kelompok untuk pengujian aktivitas spermisidal secara in vitro. Setiap
kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Pembagian tikus per kelompok uji disesuaikan dengan Research Guideline for Evaluating The Safety and
Efficacy of Herbal Medicines WHO, 2000 yaitu untuk pengujian yang menggunakan hewan pengerat masing-masing kelompok perlakuan harus
terdiri dari setidaknya lima ekor. Kemudian, pemilihan dosis yang akan digunakan ke hewan uji mengacu pada penelitian sebelumnya oleh
Sathiyaraj, K., et al 2011 yang menggunakan ekstrak air daun sambiloto selama 45 hari dengan dosis pengujian 100 dan 200 mgkg BB, hasilnya
pemeberian ekstrak air daun sambiloto pada tikus jantan dosis 200 mgkg