PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BB mengalami penurunan signifikan pada berat organ aksesoris testis, epididimis, vesikula seminalis, jumlah sperma, serum testosteron, dan
banyaknya terjadi kematian sperma serta keabnormalan morfologi sperma. Hewan uji diaklimatisasi selama tiga minggu agar dapat
menyesuaikan diri pada kondisi lingkungan yang baru. Selama aklimatisasi dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat
badan tikus. Kenaikan berat badan tikus menunjukkan bahwa tikus telah mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya dan juga tikus
telah dapat digunakan sebagai hewan uji pada penelitian ini. Setelah diaklimatisasi masing-masing tikus diberi perlakuan.
Perlakuan yang diberikan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari empat kelompok tikus yaitu tikus kelompok kontrol,
dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi. Perlakuan diberikan selama 48 hari secara oral dengan bantuan alat sonde penyekok oral. Berat badan
tikus setiap hari ditimbang sebelum perlakuan diberikan bertujuan untuk menyesuaikan volume ekstrak yang akan diberikan. Sediaan bahan uji
dibuat dengan mengemulsikan ekstrak daun sambiloto dengan Tween 80 konsentrasi 2. Tween 80 digunakan sebagai pembawa karena ekstrak
daun sambiloto dapat terdispersi dengan baik dalam Tween 80. Menurut Evaluation Report of Food Additives Polysorbates Polysorbates 20, 60,
65, and 80 Food Safety Commssion, 2007 yaitu pemberian polisorbat 80 2,5 dan 5,0 pada tikus jantan dan betina tidak memberikan efek pada
gejala klinis, kelangsungan hidup, atau pertumbuhan, semuanya terlihat baik. Pada sistem reproduksi, tidak ada efek yang jelas pada tikus yang
diberikan polisorbat 5 dan 10, dan pada tikus yang diberikan polisorbat 2 tidak ada efek pada fertilitas kesuburan dan pertumbuhan.
Emulsi ekstrak diberikan ke masing-masing kelompok dosis yaitu dosis rendah, sedang, dan tinggi. Sementara kelompok kontrol diberikan emulsi
Tween 80 konsentrasi 2. Kelompok kedua, tikus uji aktivitas spermisidal secara in vitro.
Pada hari ke-49 tikus kelompok kontrol, dosis rendah, sedang, dan tinggi dikorbankan. Tikus diterminasi menggunakan eter. Kemudian tikus
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dibedah dan diambil organ aksesorisnya yaitu testis dan kauda epididimis. Organ yang diambil digunakan untuk mengukur bobot tesis, motilitas
spermatozoa, dan diameter tubulus seminiferus. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA atau Kruskal Wallis. Jika salah satu
dari uji tersebut menunjukkan nilai signifikan p ≤ 0,05 maka dilakukan uji lanjutan untuk melihat perbedaan yang terjadi dengan menggunakan
LSD. Pengamatan pertama yang dilakukan setelah tikus dibedah dan
diambil organnya adalah pengukuran bobot testis. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan testis ke dalam botol yang sudah diisi dengan
formalin 10 yang akan digunakan untuk pembuatan preparat untuk pengukuran diameter tubulus seminiferus. Testis ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik. Data penimbangan yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS 16 menggunakan ANOVA karena hasil
uji normalitas dan homogenitasnya menunjukkan signifikan p ≥ 0,05.
Hasil ANOVA menunjukkan signifikan p ≥ 0,05 artinya penurunan
bobot testis yang terjadi tidak berbeda secara bermakna. Dengan demikian ekstrak etanol 96 daun sambiloto tidak berpengaruh terhadap penurunan
bobot testis. Penelitian yang dilakukan oleh Sathiyaraj, K., et al 2011 menyatakan bahwa terjadinya penurunan signifikan pada berat organ
aksesoris seks seperti testis, epididimis, dan vesikula seminalis setelah pemberian ekstrak air daun sambiloto selama 45 hari. Menurut Santra et al
2013 pemberian ekstrak air daun sambiloto selama 30 hari dan 45 hari berat testis, epididimis, dan vesikula seminalis menurun tetapi tidak
signifikan. Dengan demikian, pemberian ekstrak sambiloto pada tikus jantan dapat memberikan efek yang positif atau negatif pada penurunan
bobot testis. Pada penelitian ini, jika diamati disetiap kelompok tikus mengalami penurunan bobot testis meskipun tidak berbeda secara
bermakna, artinya ekstrak etanol 96 daun sambiloto mampu menekan perkembang testis.
Perbedaan hasil yang didapatkan terhadap bobot testis dimungkinkan karena perbedaan ekstrak yang diujikan, perbedaan hewan uji, dan juga
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
senyawa yang terkandung dalam ekstrak beragam, yang dipengaruhi oleh genetik bibit, lingkungan tempat tumbuh, rekayasa argonomi
pemupukan selama pertumbuhan, dan pemanenan waktu dan pasca panen Halim et al, 2004. Menurut Behr 2002 tanaman sambiloto
sebaiknya dipanen pada saat hampir dewasa, yaitu saat hampir berbunga, untuk digunakan sebagai obat tradisional.
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap motilitas spermatozoa. Spermatozoa yang digunakan diambil dari salah satu bagian epididimis
yaitu kauda. Kauda epididimis merupakan bagian bawah dari epididimis dan tempat pematangan spermatozoa sebelum siap diejakulasikan.
Sehingga spermatozoa yang telah matang diperkirakan banyak berada pada bagian kauda epididimis. Organ kauda yang telah diambil dimasukkan ke
dalam cawan yang telah diisi NaCl fisiologis. Kauda dipijat diatas kaca arloji yang telah diisi dengan 1 mL NaCl fisiologis untuk diencerkan
sehingga sperma keluar. Sperma diambil menggunakan mikropipet, kemudian ditetesi diatas Neubauer dan diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 40x10 untuk melihat pergerakan sperma. Pengenceran yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kepadatan spermatozoa sehingga
pergerakan progresif sperma yang terjadi dapat diamati dengan baik dan NaCl fisiologis berfungsi untuk menginisiasi motilitas sperma, dan
mempertahankan daya hidup sperma di luar tubuh karena komposisi kimianya relatif isotonis dengan cairan tubuh dan plasma semen Ridwan,
2009. Berdasarkan hasil perhitungan motilitas sperma menunjukkan adanya
penurunan motilitas yang bermakna p ≤ 0,05 dari kelompok kontrol dan kelompok dosis setelah pemberian ekstrak etanol 96 daun sambiloto
selama 48 hari. Dari grafik motilitas spermatozoa menunjukkan bahwa terjadinya penurunan motilitas spermatozoa seiring dengan peningkatan
dosis ekstrak etanol 96 daun sambiloto yang diberikan ke hewan uji. Namun berdasarkan pengolahan data dengan statistik didapatkan bahwa
perbedaan yang terjadi antara kelompok dosis 200 mgkg BB dengan dosis 400 mgkg BB tidak berbeda secara bermakna, artinya dengan peningkatan
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis ekstrak etanol 96 daun sambiloto aktivitas immobilisasi spermatozoa tidak meningkat.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sathiyaraj, K. 2011 pemberian ekstrak air daun sambiloto selama 45 hari dengan variasi dosis
100 dan 200 mgkg BB dapat menurunkan motilitas spermatozoa secara signifikan. Dengan demikian ekstrak etanol 96 daun sambiloto
berpotensi terhadap
penurunan motilitas
spermatozoa sehingga
mempengaruhi fertilitas. Menurut Winarno, M.W., dan D. Sundari 1997 dalam Priastini
2007, senyawa yang berperan terhadap transportasi sperma adalah terpen, minyak atsiri, dan tanin dengan cara menggumpalkan sperma
sehingga menurunkan motilitas dan daya hidup sperma, akibatnya sperma tidak dapat mencapai sel telur dan pembuahan dapat tercegah. Berdasarkan
hal tersebut penurunan motilitas spermatozoa yang terjadi diduga karena senyawa aktif daun sambiloto andrographolide yang merupakan
senyawa golongan terpenoid yaitu diterpenoid. Menurut Delfita 2014, penggumpalan sperma mengakibatkan
terjadinya penggumpalan protein. Sperma mengandung protein dinein yang terdapat di alat gerak sperma pada bagian ekor yang disusun oleh
aksonem. Aksonem ini terdiri dari sepasang mikrotubulus sentral dan dikelilingi sembilan mikrotubulus di luar yang disusun oleh protein dinein.
Protein ini dapat menghidrolisis ATP yang dipergunakan untuk motilitas sperma. Terjadinya penggumpalan sperma oleh terpenoid dan tanin diduga
protein dineinnya mengalami kerusakan sehingga mekanisme pembebasan energi bagi motilitas sperma terganggu, sehingga terjadi penurunan
motilitas sperma Delfita, 2014. Selain itu, ekstrak etanol 96 daun sambiloto juga mengandung tanin, dimana tanin memiliki mekanisme lain
dalam penurunan motilitas sperma yaitu melalui mekanisme pengikatan enzim-enzim yang berperan untuk sintesis protein, dan pembentukan
senyawa komplek dengan fosfat energi tinggi akibatnya fosfat dalam tubuh menjadi tidak aktif. Tidak aktifnya fosfat dalam tubuh mengakibatkan
energi untuk metabolisme pada spermatozoa menurun sehingga kualitas
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
nutrisi yang dibutuhkan oleh sperma berkurang Hartini, 2011. Nutrisi- nutrisi yang dibutuhkan sperma tersebut diperlukan untuk pergerakan
maupun daya tahan hidupnya Akmal et al, 2008. Kedua zat tersebut untuk kontrasepsi sangat menguntungkan karena dapat mencegah
kehamilan bukan menggugurkan Priastini, 2007. Menurut Solihati N, et al 2013 immobilitas sperma yang disebabkan
oleh kandungan senyawa pada tanaman dapat berupa kematian sel, kerusakan sel membran, penurunan ATP dan kerusakan kromatin.
Motilitas spermatozoa merupakan indikator yang baik dalam menentukan fertilitas pada pria baik secara in vitro maupun in vivo. WHO menyatakan
bahwa fungsi spermatozoa ditentukan oleh kualitas spermatozoa. Kualitas spermatozoa ditentukan berdasarkan pada konsentrasi, motilitas dan
morfologi spermatozoa. Dari parameter kualitas spermatozoa tersebut yang terpenting dan berhubungan dengan fungsi spermatozoa atau infertilitas
pria adalah motilitas spermatozoa Akmal, et al, 2008. Parameter lain yang dilakukan yaitu pengukuran diameter tubulus
seminiferus. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan bahwa diameter tubulus seminiferus kelompok dosis 100, 200, dan 400 mgkg BB
mengalami penurunan dari kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari pemberian ketiga dosis ekstrak etanol 96 daun
sambiloto yang dapat menurunkan diameter tubulus seminiferus. Diameter tubulus seminiferus kelompok kontrol didapatkan sebesar 153,798
μm. Menurut Shokri 2012 setiap lobulus mengandung satu sampai empat
tubulus seminiferus dengan diameter sekitar 150-300 μm dan panjang 30-
80 cm. Berdasarkan hal tersebut diameter tubulus seminiferus yang didapatkan dari kelompok kontrol memasuki rentang diameter tubulus
seminiferus normal tikus. Dari ketiga kelompok dosis, diameter tubulus seminiferus yang berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
adalah kelompok dosis 200 mgkg BB, sedangkan kelompok dosis 100 dan 400 mgkg BB tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol,
artinya ekstrak etanol 96 daun sambiloto dapat menurunkan diameter tubulus seminiferus yang akan berpengaruh pada spermatogenesis
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sehingga mempengaruhi fertilitas. Dari data hasil yang didapatkan terlihat bahwa pada dosis 400 mgkg BB mengalami kenaikan dari dosis 200
mgkg BB, tetapi kenaikan ini tidak berbeda secara bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, sehingga dengan peningkatan
dosis aktivitas terhadap penurunan diameter tubulus seminiferus tidak meningkat dan juga tidak terjadi peningkatan aktivitas terhadap
bertambahnya diameter tubulus seminiferus. Dengan demikian diduga dosis 200 mgkg BB merupakan dosis optimum yang dapat menurunkan
diameter tubulus seminiferus pada penelitian ini. Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus tersebut didukung
dengan penelitian yang dilakukan Santra, et al 2013 yang menyatakan bahwa terjadi penurunan secara bermakna pada luas area tubulus
seminiferus pada tikus rumah Rattus rattus setelah diberikan ekstrak air daun sambiloto selama 30 hari dan 45 hari. Tikus kontrol memiliki luas
area 20,32 cm
2
, tikus yang diberikan ekstrak air sambiloto selama 30 hari memiliki luas area tubulus seminferus 12,87 cm
2
, dan tikus yang diberikan ekstrak air sambiloto selama 45 hari memiliki luas tubulus seminiferus
11,51 cm
2
. Dengan demikian daun sambiloto tidak hanya mengurangi diameter tubulus seminiferus tetapi juga menurunkan luas area tubulus
seminiferus tikus.
Berkurangnya diameter
tubulus seminiferus
mencerminkan adanya hambatan spermatogenesis Kovacevic et.al., 2006. Menurut Akbarsha, et al 2000 andrographolide dapat
mempengaruhi spermatogenesis dengan mencegah terjadinya sitokinesis pada sel spermatogenik yang akan membelah. Senyawa antifertilitas pada
prinsipnya bekerja dengan dua cara, yaitu melalui efek sitotoksik atau sitostatik dan melalui efek hormonal yang menghambat laju metabolisme
sel spermatogenik dengan cara mengganggu keseimbangan sistem hormon Nurliana, et al, 2005. Selain itu gangguan spermatogenesis dapat terjadi
melalui tiga mekanisme bersifat antifertilitas yaitu pre-testiskuler, testiskuler, dan post-testiskuler. Gangguan spermatogenesis melalui
mekanisme testiskuler bersifat sitotoksik Sukmaningsih, A.A.Sg.A., et al, 2011. Dengan demikian penurunan diameter tubulus seminiferus yang
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terjadi pada penelitian ini diduga karena senyawa andrographolide yang ada dalam ekstrak etanol 96 daun sambiloto dengan mekanisme
sitotoksik. Pengamatan selanjutnya yaitu pengujian aktivitas spermisidal secara
in vitro, yaitu kemampuan ekstrak untuk membunuh 100 sperma dalam waktu 20 detik. Kemampuan membunuh sperma spermisid pada
kontrasepsi pria juga perlu diperhatikan, karena jika kemampuan bunuhnya tidak 100 dikhawatirkan sperma yang abnormal bila sempat
membuahi sel telur mengakibatkan janin yang dikandung akan abnormal Priastini, Rina., 2007. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
konsentrasi efektif minimum MEC ekstrak yang dapat membunuh 100 sperma dalam 20 detik adalah 200 mgmL.
Menurut Singh, et al 2013 hilangnya motilitas sperma dan terjadinya kelainan secara struktural disebabkan oleh steroid yang ada dalam tanaman
Withania somnifera dengan cara mengubah permeabilitas membran sperma. Berdasarkan hal tersebut, kemampuan membunuh sperma oleh
ekstrak etanol 96 daun sambiloto diduga oleh senyawa steroid. Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak etanol 96 daun sambiloto positif
mengandung steroid. Perubahan permeabilitas membran sperma yang terjadi akan menggangu transportasi zat-zat nutrisi yang diperlukan oleh
spermatozoa untuk pergerakan maupun daya tahan hidupnya, sehingga dapat menyebabkan immobilisasi atau kematian pada sperma Akmal, et
al., 2008. Sambiloto mengandung tiga komponen utama diterpen lakton yaitu
andrographolide, neoandrographolide, dan deoxyandrographolide. Ketiga komponen aktif tersebut, senyawa andrographolide merupakan senyawa
paling banyak terdapat pada daun sambiloto dan paling berperan dalam pengobatan Jadho et al, 2014. Pada penelitian Kumar, et al 2009
didapatkan berbagai konsentrasi efektif minimum MEC ekstrak metanol- kloroform daun sambiloto dari senyawa-senyawa yang dikandungnya
seperti andrographolide 1,1 mgml, deoxyandrographolide 0,21 mgml, dan neoandrographolide 2,2 mgml. Berdasarkan data tersebut, nilai MEC
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang didapatkan dari ekstrak etanol 96 daun sambiloto jauh lebih rendah yaitu sebesar 200mgml. Hasil uji kualitatif dengan KLT Densitometri dari
ekstrak etanol 96 daun sambiloto didapatkan bahwa positif mengandung andrographolide, sehingga diduga MEC yang didapatkan pada ekstrak
etanol 96
daun sambiloto
merupakan MEC
dari senyawa
andrographolide. Perbedaan yang terjadi diduga karena perbedaan pelarut yang digunakan dan juga pada penelitian sebelumnya dilakukan isolasi.
Menurut Kumoro
et al
2009 andrographolide
dan deoxyandrographolide lebih banyak dihasilkan atau terekstraksi oleh
pelarut metanol. Pada konsentrasi pelarut metanol dan etanol 75 dihasilkan andrographolide sebesar 1,04 x 10
-1
dan 8,67 x 10
-2
, sedangkan deoxyandrographolide dihasilkan sebesar 2,11 x 10
-4
dan 1,75 x 10
-4
. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa kandungan
andrographolide yang terdapat dalam ekstrak metanol-kloroform lebih banyak dibandingkan ekstrak etanol 96, sehingga kemampuan
andrographolide untuk mematikan sperma dalam 20 detik lebih kuat pada ekstrak metanol-kloroform dengan konsentrasi yang didapatkan lebih kecil
dari pada ekstrak etanol 96 daun sambiloto. Menurut Kumar et al 2009 membran plasma memiliki peranan
penting dalam proses migrasi sperma dan fertilisasi pembuahan serta merupakan target untuk sejumlah agen spermisidal. Secara umum agen
spermisidal ini menyebabkan beberapa perubahan dalam struktur dan fungsi membran plasma. Perubahan fungsional membran sperma yang
disebabkan oleh pemberian 14-deoxyandrographolide diamati melalui hypo-osmotic swelling HOS test dan eosin-nigrosin staining, yang
menunjukkan bahwa khasiat spermisidal ditunjukkan melalui kerusakan membran sperma. Andrographolide diduga memiliki mekanisme aktivitas
spermisidal sama dengan deoxyandrographolide yaitu terjadinya perubahan fungsional membran sehingga proses migrasi sperma dan
fertilitas tidak terjadi. Menurut Banerjee et al 2014, dilaporkannya bahwa pengujian
aktivitas spermisidal yang berasal dari alam sudah dilakukan pada
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tanaman, mikroba dan hewan. Pada tanaman ada beberapa yang memiliki aktivitas spermisidal diantaranya biji cotton dari tanaman spesies
Gossypium memiliki MEC minimum effective concentration 40 mgml dengan menggunakan fraksi etil asetat Mollugo pentaphylla
300 μgml 0,3 mgml, ekstrak biji Madhuca latifolia 320 mgml. Berdasarkan hal
tersebut, andrographolide memiliki MEC yang lebih besar dari Gossypium dan Molluga, serta lebih kecil dari Madhuca latifolia. Ekstrak etanol 96
daun sambiloto dapat dikembangkan untuk bahan spermisidal akan tetapi lebih baik menggunakan senyawa tunggalnya atau hasil isolasi daun
sambiloto berupa senyawa andrographolide karena konsentrasi efektif minumumnya terhadap immobilisasi sperma lebih kecil daripada
ekstraknya. Penggunaan senyawa isolasi daun sambiloto berupa 14- deoxyandrographolide memiliki aktivitas yang baik terhadap spermisidal
karena nilai MEC lebih kecil 0,21 mgml dan tidak menimbulkan iritasi pada vaginal.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pada pengamatan motilitas spermatozoa dan diameter tubulus seminiferus menunjukkan
terjadi penurunan secara bermakna dengan kontrol yaitu pada dosis 200mgkg BB, sedangkan pada bobot testis tidak terjadi perbedaan secara
bermakna. Pengamatan lain yang dilakukan yaitu aktivitas spermisidal yang dilakukan secara in vitro. Hasilnya menyatakan bahwa ekstrak etanol
96 daun sambiloto memiliki aktivitas spermisidal dengan MEC yang diperoleh yaitu 200 mgml.
Ekstrak etanol 96 daun sambiloto Andrographis paniculata Burm.f. Nees dapat dikembangkan sebagai bahan kontrasepsi pria.
Mekanisme antifertilitas
ekstrak etanol
96 daun
sambiloto Andrographis paniculata Burm.f. Nees diduga dengan adanya
andrographolide yang bersifat sitotoksik.
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta