Klasifikasi Tikus Putih Karakteristik Tikus Putih

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.2. Penampang ventral Sistem Urogenital Tikus Jantan Sumber : Suckow, 2006 Vas duktus deferens disuplai oleh pembuluh darah dan berjalan proksimal melalui kanalis inguinalis dan melintasi ureter masuk uretra Suckow, 2006. Vesikula seminalis dan kelenjar koagulasi sangat penting untuk fertilitas tikus. Kedua organ tersebut mensekresi cairan yang diperlukan untuk membentuk vaginal plug yang sesuai. Peran vaginal plug belum dipahami dengan baik, namun berdasarkan hasil penelitian kehamilan jarang terjadi tanpa adanya pembentukan vaginal plug. Vaginal plug ini diduga bertindak sebagai reservoir untuk pelepasan bertahap sperma atau untuk mencegah keluarnya sperma dari vagina Suckow, 2006.

2.5.1. Spermatozoa

Proses produksi spermatozoa di dalam testis disebut dengan spermatogenesis. Spermatozoa hewan pengerat lebih panjang daripada jenis mamalia lainya, temasuk manusia dan hewan domestik pada umumnya, dan 18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekitar 150 – 200 mm panjangnya pada tikus Krinke, 2000. Kepala sperma tikus berbentuk kait, seperti pada hewan pengerat lainnya Gambar 2.3.. Gambar 2.3. Sperma tikus Sprague-Dawley pada pembesaran 400 kali Sumber : Alias, 2009 Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil, morfologi spermatozoa meliputi bentuknya normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece atau ekor, konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas daya hidup spermatozoa Letis, 2012 .

2.5.2. Spermatogenesis Pada Tikus

Spermatogenesis pada tikus terdiri dari 3 fase yaitu mitosis, meiosis, dan spermiogenesis Hess, A dan Franca, 2008. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel germinal primordial yang disebut dengan spermatogonia. Spermatogonia berada pada dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferus Guyton dan Hall, 2007. Secara garis besar spermatogonia diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu tipe A, tipe intermediet, dan tipe B. Spermatogonia tipe A dibagi lagi menjadi tipe A0 disebut juga dengan stem cells dan tipe A1 – A4. Spermatogonium tipe A0 terdapat di membran basal pada tubulus seminiferus dan mempunyai kemampuan untuk membelah menjadi 2 sel anak, yang salah satunya menjadi A1 spermatogonium. Pada tikus, A1 spermatogonia kemudian mengalami 6 tahap mitosis dan kemudian menjadi preleptotene spermatosit Krinke, 2000. 19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Spermatosit kemudian bermeiosis, dimana spematosit berkembang dari leptotene, zygotene dan pakiten untuk menjadi spermatosit sekunder pada komponen adluminal dari sel sertoli pada tubulus seminiferus. Selama fase meiosis, setiap spermatosit membelah menjadi 4 spermatid yang bersifat haploid Krinke, 2000. Spermiogenesis terdiri dari 4 fase yaitu fase golgi, fase cap, fase akrosom dan fase maturasi Hess dan Franca, 2008. Fase golgi tahap 1-3 terdapat granul akrosom, fase cap tahap 4-7 adanya head cap pada granul akrosom yang membesar yang menutupi 13 bagian nukleus, fase akrosom 8-14 nukleus dan head cap memanjang, sedangkan pada tahap 13 dan 14 nukleusnya menjadi lebih pendek dan sitoplasma terkondensasi di sepanjang ekor serta terlihat ekor memanjang, fase maturasi 15-19 terlihat pada tahap 19 spermatozoa dilepaskan ke arah lumen dan ekor mengarah ke lumen Krinke, 2000. Gambar 2.4. Siklus Spermatogenesis pada Tikus Tahapan dari siklus sel dalam spermatogenesis tikus dimulai dari kiri bawah searah jarum. A, spermatogonium tipe A; In, spermatogonium tipe intermediate, B, spermatogonium tipe B; R, resting spermatosit primer; L, Leptotene spermatosit; Z, zygotene spermatosit; P I, P VII, P XII, awal, pertengahan dan akhir spermatosit pakiten. Angka romawi menunjukkan tahap siklus dimana mereka ditemukan; Di,

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis) terhadap Diameter Tubulus Seminiferus, Motilitas, dan Spermisidal pada Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley

0 10 95

Uji Aktivitas Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora diclados (Bird. Ex Web.) Nees Terhadap Kualitas Sperma dan Densitas Sel Spermatogenik pada Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley Secara in Vivo

0 18 72

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenik Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

2 24 100

Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi (Ocimum Americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenesis Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

4 13 96

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenik Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

1 12 100

Aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing (costus spiralis) pada tikus sprague-dawley jantan secara in vivo

1 32 0

Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley Secara In Vivo

1 16 121

Inhibisi ekstrak air dan etanol sambiloto (Andrographis paniculata [Burm.f.] Nees) terhadap aktivitas tirosin kinase

0 7 31

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

4 34 116

Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap Streptococcus mutans Secara In Vitro.

2 7 19