29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Kadar abu
Sebanyak 2 gram ekstrak yang telah digerus dan timbang secara seksama dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah
dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan kemudian ditimbang. Jika dengan cara ini
arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas dan kertas saring
dalam kurs yang sama. Masukkan filtrat ke dalam kurs, uapkan. Kemudian pijarkan hingga bobot tetap, lalu ditimbang. Hitung
kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI, 2000.
3.4.4. Uji Kualitatif Andrographolide dengan KLT Densitometri
Pengujian secara kualitatif dengan KLT dilakukan dengan menyiapkan larutan uji 100 mg5mL dalam etanol. Sebagai fase gerak
adalah kloroform P : metanol P 9 : 1. Fase diam menggunakan plat KLT silika gel 60 F
254
. Volume penotolan larutan uji sebanyak 20 μl. Pengamatan noda pada UV
254
. Setelah penotolan di plat KLT ditunggu beberapa menit hingga plat KLT kering. Setelah kering spot atau bercak
yang terelusi dilihat dibawah lampu UV
254
nm dan UV
366
nm. Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan menggunakan KLT Densitometri Menkes,
2009.
3.4.5. Persiapan Hewan Uji
Tikus jantan galur Sprague-Dawley diaklimatisasi di Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan selama tiga minggu agar dapat
menyesuaikan dengan lingkungannya yang baru. Selama proses adaptasi, diberi makan dan minum ad libitum. Tikus yang digunakan adalah tikus
yang sehat dan secara visual menunjukkan perilaku yang normal.
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.6. Pemberian Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus jantan galur Sprague- Dawley yang diberikan 5 perlakuan yang berbeda. Masing-masing
perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus jantan. Ekstrak etanol 96 daun sambiloto yang diperoleh didispersikan dalam pembawa Tween 80 2,
diberikan secara oral menggunakan sonde sekali setiap hari selama 48 hari dengan dosis seperti tertera pada tabel rancangan percobaan.
3.4.7. Pembuatan Preparat
Setelah 48 hari yaitu pada hari ke-49, masing-masing hewan coba dikorbankan untuk diambil testisnya. Tikus dibius dengan eter, kemudian
dibedah. Diambil bagian kauda epididimis untuk pengamatan motilitas sperma dan aktivitas spermisidal, dan bagian testis diambil untuk
ditimbang berat testis dan dibuat preparat histologi. Pembuatan preparat histologi testis dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3.4.8. Pengukuran Parameter
1. Pengukuran Bobot Testis
Dilakukan dengan cara menimbang organ testis dengan menggunakan timbangan analitik. Kemudian hasil bobot testis tikus
yang diberi perlakuan dibandingkan dengan bobot testis tikus kontrol.
2. Motilitas Spermatozoa
Pengamatan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara mencampurkan satu tetes semen dari kauda epididimis dengan disayat
dan dipencet perlahan dengan 1 ml NaCl fisiologis 0,9 di atas kaca arloji secara merata. Kemudian dari campuran tersebut diambil sedikit
dan diteteskan di atas Neubauer untuk selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 40 kali.
Motilitas sperma diamati dan dihitung dengan enam lapang pandang yang secara berurutan digeser dari kiri ke kanan, kemudian dihitung