Deskripsi Tanaman Tinjauan Botani Sambiloto
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Kadar abu
Kadar abu bertujuan memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuk ekstrak. Kadar abu total ekstrak kental herba sambiloto tidak lebih dari 1,0 Menkes RI, 2009.
3. Kadar abu tidak larut asam
Jumlah benda anorganik asing dalam simplisia dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut asam. Herba sambiloto memiliki
kadar abu tidak larut asam yaitu tidak lebih dari 1,7. Ekstrak kental herba sambiloto memiliki kadar abu tidak larut asam yaitu
tidak lebih dari 0,1 Menkes RI, 2009. 4.
Kadar sari larut air Kadar sari larut air ini menunjukkan banyaknya senyawa di
dalam simplisia yang larut dalam air Pratiwi, 2010. Herba sambiloto memiliki persyaratan kadar sari larut air yaitu tidak
kurang dari 15,7 Menkes RI, 2009. Dan menurut Materia Medika Indonesi 1995, kadar sari larut air herba sambiloto tidak
kurang dari 18. 5.
Kadar sari larut etanol Kadar sari larut etanol ini merupakan faktor utama yang
menentukan mutu simplisia. Kadar ini menunjukkan adanya kandungan zat yang berkhasiat dalam simplisia Manoi, 2006.
Selain itu, kadar sari larut etanol dilakukan untuk mengetahui kandungan terendah zat yang larut dalam etanol tetapi mungkin
tidak larut dalam air Farmakope Indonesia IV, 1995. Menurut
Keputusan Menteri
Kesehatan RI
tentang Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama 2009, herba
sambiloto memiliki kadar sari larut etanolnya yaitu tidak kurang dari 9,2. Sedangkan menurut Materia Medika Indonesia 1995
kadar sarinya yaitu tidak kurang dari 9,7.
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jika kadar sari larut etanol dan air tinggi, hal ini menunjukkan bahan aktif yang terkandung dalam simplisia tidak banyak yang hilang selama
proses pengeringan. Secara umum daun herba dan bunga dapat dikeringkan antara suhu 20
o
C – 40
o
C, sedangkan untuk kulit batang dan akar pada suhu 30
o
C – 65
o
CC Manoi, 2006.