3. Bahan ajar disajikan semenarik mungkin dan kreatif, tidak monoton baik dari
ilustrasi, pernyataan, maupun pertanyaan, sehingga siswa tidak bosan dan mengeluh saat melakukan pembelajaran.
4. Waktu yang digunakan terlalu sedikit sebab dalam pembelajaran diskursif ini
memerlukan kegiatan diskusi dan debat, dalam debat harus memiliki pemahaman terhadap konsep yang diajarkan. Maka siswa harus diajarkan
terlebih dahulu materi yang akan diajarkan. Sehingga pembelajaran diskursif ini dapat berjalan dengan baik.
5. Kemudian untuk memilih kelompok harus kelompok yang heterogen agar
pembelajaran diskursif ini dapat berjalan dengan baik sehingga tidak ada yang diam dalam satu kelompok. Hal itu yang menyebabkan pembelajaran
diskursif menjadi tidak efektif.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dan masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol serta tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari
penelitian ini pun mempunyai keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya:
1. Pokok bahasan yang diteliti hanya pada bab Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel sehingga kemampuan pemecahan masalah matematisnya belum bisa digeneralisasi pada pokok bahasan lain.
2. Analisis pada kemampuan pemecahan masalah hanya didapat dari posttest
sedangkan data observasi tidak dipakai 3.
Alokasi waktu yang terbatas dikarenakan peneliti harus mengulang beberapa konsep yang diajarkan. Hal ini terjadi karena kondisi siswa yang sering
lupa terhadap konsep-konsep matematika yang telah dipelajari. 4.
Peneliti hanya mengukur aspek kemampuan pemecahan masalah menurut polya.
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan pendekatan Diskursif terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas VIII di MTsN 32 Jakarta, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa yang melakukan pembelajaran dengan pendekatan diskursif memiliki
kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih baik dari pada siswa yang melakukan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori. Hal ini
terlihat dari jawaban posttest siswa yaitu rata-rata hasil posttest siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol dan siswa yang
mendapat skor maksimum adalah siswa dari kelas eksperimen, sedangkan siswa yang mendapat skor minimum adalah siswa dari kelas kontrol. Begitu
pun berdasarkan uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diterapkan pendekatan diskursif
lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajaran diterapkan pendekatan ekspositori.
2. Siswa yang proses pembelajarannya diterapkan pendekatan diskursif
sebagian besar memberikan respon positif. Respon positif itu meliputi merasa senang ketika pembelajaran, belajar jadi lebih bersemangat, dan
menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya. Sebagian kecil siswa memberikan respon negatif. Respon negatif itu meliputi siswa merasa
bingung karena harus berusaha mengerti secara umum dan menyelesaikan soal dengan permasalahan yang non rutin. Sedangkan sebagian kecil lagi
masih ada siswa yang merasa bahwa pembelajaran yang diterapkan pendekatan diskursif biasa saja.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran terkait penelitian ini, yaitu :
1. Penelitian ini hanya ditujukan pada mata pelajaran matematika pokok
bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di SMP, penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada pokok bahasan pelajaran matematika yang
lain dan di jenjang berbeda. 2.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan diskursif mampu meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa, sehingga pendekatan tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran matematika.
3. Perlu pemahaman awal siswa terhadap materi harus ditingkatkan sebab
dalam pembelajaran diskursif ini memerlukan kegiatan diskusi dan debat, dalam debat harus memiliki pemahaman terhadap konsep yang diajarkan.
Maka siswa harus diajarkan terlebih dahulu materi yang akan diajarkan. Sehingga pembelajaran diskursif ini dapat berjalan dengan baik.
4. Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti selajutnya dapat melakukan penelitian
tentang pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan diskursif terhadap kemampuan matematik lainnya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet ke-9.2009.
Davidson. approach-withdrawal and cerebral asymmetry: emotional expression and brain phsycology I. Boston: Madison. 1990
Dedy, Endang dkk. Penyuluhan pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalahproblem solving kepada guru-guru sekolah dasar.
FMIPA UPI, 2004 Herry Pribawanto Suryawan, “Strategi Pemecahan Masalah Matematika”,
http:ebookbrowse.comstrategi-pemecahan-masalah-matematika-pdf- d33814193
, diakses pada hari senin, 5 September 2011. Howard, L. F dkk. Highlight From PISA 2009. US: IES, 2010
Iryanti, Puji. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: PPPGM, 2004. Kadir. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Rosemata
Sampurna. 2010 Komala, Elsa. Pembelajaran Pendekatan Diskursif untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa sekolah menengah pertama, Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung: Perpustakaan UPI. 2012 Tidak di publikasikan.
Kompas.Com. Guru Masih Terlalu Dominan Di Kelas. edisi:Senin, 21 Januari 2013| 11:45 WIB.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia,2011. NCTM. Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM.
2000 Oers, Bert van. learning discourse. netherland: kluwer academic publisher. 2001
Polya, George. How to Solve It. Princeton: Princeton University Press. 1973 Posamentier ,Alfred S, Stephen Krulik. Problem Solving in Mathematics grade 3-
6. California: CONWIN. 2009 Ruseffendi, E. T. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. 2006