Proses Pembelajaran di Kelas dengan Pendekatan Diskursif
kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pendekatandiskursif lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan ekspositori.Hal ini terlihat pada rata-rata hasil posttestsiswa kelas eksperimen lebihtinggi disbanding kelas kontrol. Berdasarkan data analisis hasil
posttest persentase kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di setiap aspek indikator pemecahan masalah matematis lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol.Hal ini menunjukkan bahwa semua aspek ketercapaian indikator lebih tinggi diperoleh oleh siswa dari kelas eksperimen dibandingkan siswa kelas
kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Namun setelah ditinjau kembali, Berdasarkan data analisis hasil posttest pada tabel 4.9 ternyata rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
pada indikator memahami masalah sangat tinggi pada kelas eksperimen maupun kelas control yaitu 90,7 dan 81,37. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran
diskursif siswa dilatih untuk debat dan diskusi. Oleh karena itu, dalam debat siswa harus benar-benar mengerti dan memahami maksud dari sebuah masalah sehingga
debat matematika dapat berlangsung. Kemudian ditemukan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada indikator melaksanakan rencana
penyelesaian sangat rendah pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yaitu 42,4 dan 32,52.Hal ini terjadi karena kemampuan siswa dalam operasi hitung
sangat rendah sehingga dalam menjawab soal yang sifatnya hitungan siswa masih banyak yang kurang tepat.Hal inilah yang menyebabkan kemampuan
melaksanakan rencana penyelesaian menjadi rendah. Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dapat meningkat karena pembelajaran dengan pendekatan diskursif.Siswa dilatih untuk berdebat dan berdiskusi matematik
dengan memberikan alasan-alasan logis sehingga sangat penting untuk memecahkan sebuah masalah.Maka pembelajaran dengan pendekatan diskursif
dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Terdapat beberapa keunggulan dalam pembelajaran dengan pendekatan diskursif, diantaranya yaitu:
1. Siswa lebih tertarik dan lebih mudah memahami pembelajaran karena diawali
dengan permasalahan yang relevan dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
2. Terjadi komunikasi dua arah antara sesama siswa dan antara siswa dan guru.
Forum diskusi yang dilakukan lebih interaktif karena siswa diberi kebebasan mengungkapkan gagasan dan ide-idenya pada kelompok sendiri maupun
kelompok lain dengan debat matematik. 3.
Guru sebagai fasilitator dapat menuntun siswa pada pemahaman yang lebih tinggi dengan tahapan refleksi yang diberikan.
4. Guru dengan mudah dapat mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa
dengan melihat kesimpulan dan pernyataan-pernyataan yang dituliskan dalam mendukung gagasan mereka terhadap suatu permasalahan.
5. Meningkatkan sikap positif siswa dalam pembelajaran diantaranya yaitu rasa
ingin tahu, menghargai, percaya diri, keberanian bertanya dan menjawab, mandiri serta bertanggung jawab sebagai wujud pengembangan pendidikan
berkarakter. 6.
Soal-soal pemecahan masalah matematis baik digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, karena cukup teruji dapat membedakan kategori siswa
yang benar-benar paham konsep yang dipelajari dengan kategori siswa yang sebatas menghapal saja.
Selain memiliki beberapa keunggulan, terdapat beberapa kelemahan yang dirasakan peneliti selama pembelajaran berlangsung, diantaranya yaitu:
1. Siswa sebaiknya sudah memiliki motivasi belajar yang baik, sehingga benar-
benar merasa tertantang dengan pembelajaran. Lain halnya dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, mereka lebih cenderung diam dalam
kelompoknya, dan menunggu guru memberikan afirmasi dan konfirmasi pembelajaran.
2. Pertanyaan dan pernyataan yang disajikan harus benar-benar berupa kalimat
yang mudah dipahami siswa, sehingga tidak terjadi misunderstanding dan miskonsepsi dalam mengisi bahan ajar yang diberikan.
3. Bahan ajar disajikan semenarik mungkin dan kreatif, tidak monoton baik dari
ilustrasi, pernyataan, maupun pertanyaan, sehingga siswa tidak bosan dan mengeluh saat melakukan pembelajaran.
4. Waktu yang digunakan terlalu sedikit sebab dalam pembelajaran diskursif ini
memerlukan kegiatan diskusi dan debat, dalam debat harus memiliki pemahaman terhadap konsep yang diajarkan. Maka siswa harus diajarkan
terlebih dahulu materi yang akan diajarkan. Sehingga pembelajaran diskursif ini dapat berjalan dengan baik.
5. Kemudian untuk memilih kelompok harus kelompok yang heterogen agar
pembelajaran diskursif ini dapat berjalan dengan baik sehingga tidak ada yang diam dalam satu kelompok. Hal itu yang menyebabkan pembelajaran
diskursif menjadi tidak efektif.