Dalam pembelajaran
matematika banyak
sekali akan
penyajian permsalahan-permasalahan, dimana siswa harus bisa memecahkan permasalahan-
permasalahan tersebut. Ketika dalam pemecahan masalah tersebut, alangkah akan lebih baik jika siswa lebih banyak yang aktif yaitu dalam artian siswa
memecahkan permaslahan tersebut sendiri atau dengan diskusi dengan teman. Tetapi ketika kita melihat kondisi siswasekarang, akan lebih efektif jika
pemecahan masalah dengan berdiskusi dengan teman.Hal ini dikarenakan, siswa jika diberikan tugas atau disajikan permasalahan secara individu pada mereka
justru enggan mengerjakannya justru mereka akan banyakbertanya kepada teman. Sehingga akan lebih efektif jika sejak awal pembelajaran di setting secara
kooperatif agar kerja siswa semakin optimal. Mempelajari pemecahan masalah matematika membuat siswa mendapatkan
jalan dalam berpikir, memiliki keingintahuan dan ketekunan, dan percaya diri dengan situasi yang tidak biasa ditemuinya diluar kelas. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan dalam memecahkan masalah dibutuhkan setiap siswa agar terbentuk sikap keingintahuan tinggi, ketekunan dalam menyelesaikan masalah,
serta percaya diri saat menemui masalah non rutin khususnya masalah yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Pemecahan masalah juga diartikan sebagai jalan untuk berpikir. Siswa tidak bisa menjadi seorang pemecah masalah jika tidak cermat dalam proses pemecahan
masalah. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Posamentier dan Krulik yaitu student cannot expect to learn to be problem solvers without careful structure of
the process
11
. Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506CPP2004 Depdiknas, 2004, bahwa
pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik. Ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah, dan
merumuskan pernyataan
kedalam model
matematika. Indikator
yang menunjukkan pemecahan masalah sebagai berikut
12
: 1.
Menunjukkan pemahaman masalah
11
Alfred S. Posamentier dan Stephen Krulik, op.cit. h. 2
12
Fajar Shodiq, “kemahiran Matematika”, Yogjakarta: Diknas PPPG Matematika, 2009, h. 14.
2. Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan
masalah 3.
Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk 4.
Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat 5.
Mengembangkan strategi pemecahan masalah 6.
Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah 7.
Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan matematika. Menurut Holmes, latar belakang atau alasan seseorang perlu belajar memecahkan
masalah matematika adalah adanya fakta bahwa orang yang mampu memecahkan masalah akan hidup dengan produktif dalam abad 21
13
. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dapat membantu seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, bekerja lebih produktif, dan dapat memahami isu- isu global yang terjadi di masyarakat.
Pemecahan masalah bertujuan membangun pengetahuan matematika baru, karena berawal dari masalah, siswa dapat berpikir lebih dalam untuk dapat
menyelesaikannya. NCTM menyatakan bahwa By learning problem solving in mathematics, student should acquire ways of thinking, habits of persistence and
curiousity, and confidence in unfamiliar situations that will serve them well outside the mathematics classroom
14
. Mempelajari pemecahan masalah matematika membuat siswa mendapatkan jalan dalam berpikir, memiliki
keingintahuan dan ketekunan, dan percaya diri dengan situasi yang tidak biasa ditemuinya diluar kelas. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam
memecahkan masalah dibutuhkan setiap siswa agar terbentuk sikap keingintahuan tinggi, ketekunan dalam menyelesaikan masalah, serta percaya diri saat menemui
masalah non rutin khususnya masalah yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
13
Sri Wardhani, dkk., op.cit. h.7
14
Principles and Standards , op.cit., h.34
Menurut Dodson dan Hollander kemampuan pemecahan masalah yang harus ditumbuhkan siswa dalam mempelajari matematika sebagai berikut
15
: 1.
Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika 2.
Kemampuan untuk mencatat kesamaan, perbedaan, dan analogi 3.
Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih prosedur yang benar
4. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan
5. Kemampuan untuk menaksir dan menganalisis
6. Kemampuan untuk memvisualisasikan dan menginterpretasi kualitas dan ruang
7. Kemampuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh
8. Kemampuan untuk berganti metode yang telah diketahui
Adapun karakteristik pemecahan masalah matematis yang baik menurut Sumarmo, dkk dalam
Zulkarnain diantaranya adalah: 1 mampu memahami konsep dan istilah matematika; 2 mampu memahami keserupaan, perbedaan dan
analogi; 3 mampu mengidentifikasi unsur yang kritis dan memilih prosedur dan data yang benar; 4 mampu mengetahui data yang tidak relevan; 5 mampu
mengestimasi dan menganalisis; 6 mampu memvisualisasi manggambarkan dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungan; 7 mampu
menggeneralisasi berdasarkan beberapa contoh; 8 mampu menukar menganti metoda cara dengan tepat; 9 memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang
kuat serta hubungan dengan sesama siswa; 10 memiliki rasa cemas yang rendah
16
. Suydam yang dikutip oleh Klurik dan Reys dalam Erna Suwangsih
merangkum karakteristik kemampuan seorang problem solver yang baik sebagai berikut
17
:
15
Herry Pribawanto
Suryawan, “Strategi Pemecahan Masalah Matematika”,
http:ebookbrowse.comstrategi-pemecahan-masalah-matematika-pdf-d33814193 , diakses pada
hari senin, 5 September 2011
16
Rafiq Zulkarnaen
,” Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematik Siswa SMA Melalui Pendekatan Open-ended dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Coop-coop,prosiding seminas UNY,FMIPA UNY: 2 juni 2012, h.4.
17
Erna Swaningsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI PRESS,2006, hal.128.
1. Mampu memahami konsep dan istilah matematika.
2. Mampu mengetahui keserupaan, perbedaan dan analogy.
3. Mampu mengidentifikasi unsure yang kritis dan memilih prosedur dan data
yang benar. 4.
Mampu mengetahui data yang tidak relevan. 5.
Mampu mengestimasi dan menganalisis. 6.
Mampu memvisualisasi dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungan.
7. Mampu menggeneralisasikan berdasakan beberapa contoh.
8. Mampu menukar, menggali metoda cara dengan tepat.
9. Memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang kuat disertai hubungan baik
dengan sesame siswa. 10.
Memiliki rasa cemas yang rendah. Adapun pengertian kemampuan pemecahan masalah matematis dalam
penelitian ini adalah suatu proses dalam menyelesaikan masalah yang tidak rutin melalui konsep polya yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian,
melaksanakan rencana dan memeriksa kembali. Siswa yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah secara otomatis memiliki sikap keingintahuan
tinggi, ketekunan dan rasa percaya diri yang ada dalam dirinya. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah meliputi kegiatan: 11.
Memahami masalah Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan yang ditanyakan.
Membuat gambar dari masalah
12. Merencanakan penyelesaian masalah
Merumuskan model matematika Menentukan langkah-langkah penyelesaian dengan memilih konsep yang
sesuai dengan permasalahan 13.
Melaksanakan rencana penyelesaian masalah Menjalankan rencana penyelesaian sesuai dengan langkah-langkah yang
telah dirancang
14. Memeriksa kembali terhadap solusi
Memeriksa kebenaran hasil atau jawaban Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh
3. Pendekatan Diskursif
Istilah pendekatan dapat diartikan sebagai suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pengajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus, dikelola
18
. Pendekatan sangat menentukan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan mempunyai pengaruh besar terhadap hasil
yang diharapkan. Oleh karena itulah sebelum melaksanakan pengajaran, guru perlu memikirkan terlebih dahulu atau menentukan pendekatan yang tepat yang
akan diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik peran
guru adalah menstimulus dan memelihara lingkungan belajar. Hal tersebut dapat dilakukan melalui terciptanya lingkungan kelas yang menyenangkan, positif dan
memiliki kenyamanan dalam bertanya, tertantang, membutuhkan alasan dan pertimbangan dalam menyelesaikan suatu pemecahan masalah.
Menurut sfard dalam learning discourse menyatakan bahwa dalam menangani
masalah, kita
akan harus
berurusan dengan
pertanyaan tentang bagaimana komunikasi kelas berubah menjadi satu bahasa matematika. Jelas, lawan bicara dalam wacana matematika harus berbagi
beberapa nilai atau meta-aturan
19
. Oleh karena itu, interaksi didalam kelas sangat berpengaruh dalam proses pemecahan masalah matematis siswa.
Langkah awal untuk mewujudkan lingkungan belajar yang membuat pembelajaran matematika lebih menyenangkan adalah membangun sikap positif,
saling berdiskusi, sikap tidak takut salah, rasa bebas untuk mengekspresikan ide-ide dan kemampuan berkontribusi terhadap pembelajaran. Karena kegiatan
18
Ruseffendi, op.cit, h.240.
19
Bert van oers,”learning discourse”,netherland: kluwer academic publisher, 2001,h.66.