Hasil Instrumen Non Tes Angket

memperhatikan saja, hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan nomor 5 sebanyak 21 siswa atau 63,6 siswa menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil tersebut mengindikasi bahwa siswa cenderung konsisten menyatakan sikapnya dan memberikan keyakinan kepada kita bahwa siswa mempunyai sifat positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan pendekatan diskursif.

b. Respon Positif Siswa Terhadap Kegunaan Pendekatan Diskursif.

Respon positif siswa terhadap pendekatan diskursifdapat dilihat dari persentase jawaban siswa pada tabel berikut ini : Tabel 4.5 Persentase Jawaban Angket Siswa Pada Indikator 2 Indikator Pernyataan Persentase Jawaban Setuju Tidak setuju Respon siswa terhadap pendekatan Diskursif Positif 95,45 4,55 Negatif 4,55 95,45 Dari tabel dapat dilihat sebesar 95,45 siswa menjawab setuju dan 4,55 siswa menjawab tidak setuju dari pernyataan yang bersifat positif. Sedangkan dari pernyatan yang bersifat negatif sebesar 4,55 siswa menjawab setuju dan 95,45 siswa menjawab tidak setuju. Siswa yang menyatakan adanya kegunaan dalam mengikuti pembelajaran SPLDV denganpendekatan diskursifdapat dilihat dari persentase jawaban siswa yang setuju pada pernyataan yang bersifat positif dan dari persentase jawaban siswa yang tidak setuju pada pernyataan yang bersifat negatif. Dari data tersebut dapat disimpulkan 95,45 siswa menyatakan respon positif terhadap pendekatan diskursifdan hanya 4,55 siswa yang menunjukkan respon negatif terhadap pendekatan diskursiftersebut. Jika kita analisis dari beberapa jawaban pernyataan, sebanyak 30 siswa atau 91 memberikan respon positif pada pernyataan nomor 10 yang menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan memudahkan mereka dalam memahami materi SPLDV. sebanyak 33 siswa atau 100 menyatakan berminat dalam mengikuti pembelajaran SPLDV menggunakan pendekatan diskursif pernyataan nomor 12. Ketika siswa diberikan pernyataan bahwa memahami materi SPLDV tidak bermanfaat dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan pernyataan nomor 11, terlihat sebanyak 31 siswa atau 94 menyatakan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini dapat kita interpretasikan bahwa hampir seluruh siswa merasa perlu memahami materi SPLDV dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematis. Dari hasil tersebut mengindikasi bahwa siswa cenderung konsisten menyatakan sikapnya dan memberikan keyakinan kepada kita bahwa siswa mempunyai sifat positif terhadap adanya kegunaan dalam mengikuti pembelajaran SPLDV dengan menggunakan pendekatan diskursif.

B. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai perbedaan dua rata-rata dua kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-t, uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu:

1. Uji Normalitas

Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu uji normalitas, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Kai Kuadrat Chi Square pada taraf signifikan α = 0,05. Uji normalitas diperoleh dari hasil data posttest kedua kelompok penelitian. Hasil pengujian normalitas posttest untuk kelas eksperimen diperoleh nilai  2 hitung = 9,11 dan untuk kelas kontrol diperoleh nilai  2 hitung = 8,41 lampiran 20. Dari tabel nilai kritis uji chi-square diperoleh nilai  2 tabel untuk n=33 pada taraf signifikan α= 0,05 adalah 9,49, maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest kedua kelompok tersebut berdistribusi normal karena memenuhi kriteria  2 hitung  2 tabel . Hasil uji normalitasposttest kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N 33 34 X 74.47 63.85 S 18.95 20.48  2 hitung 9.11 8.41  2 tabel 9.49 9,49 Kesimpulan Normal Normal 2. Uji Homogenitas Setelah kedua kelompok dinyatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas.Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan dua varians kedua kelas dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikan 5 dan derajat kebebasan penyebut 32,33, dengan kriteria pengujian yaitu : jika F hitung F tabel maka data dari kedua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen. Hasil uji homogenitas data posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Statistik Posttest Eksperimen Kontrol S 2 351,7 402,9 F hitung 1,15 F tabel 1,79 Kesimpulan Homogen Dari tabel di atas, diketahui bahwa untuk data posttest didapat F hitung = 1,15, sedangkan F tabel = 1,79. Dari data tersebut didapat F hitung F tabel , maka dapat disimpulkan bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematis dari kedua sampel mempunyai varians yang sama atau homogen lampiran 21. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis dapat digunakan uji t.

3. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis untuk kenormalan distribusi dan kehomogenan varians kedua kelompok terpenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuanpemecahan masalah matematis siswa yang telah diajar dengan menggunakan pendekatan diskursifberbeda daripada siswa yang diajar dengan pendekatanekspositori. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: Ho :  E ≤ K H 1 :  E  K Keterangan:  E :rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelompok eksperimen  K :rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelompok kontrol Analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis tersebut adalah statistik uji t, dengan kriteria pengujian yaitu t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan H 1 ditolak. Sedangkan jika t hitung t tabel, maka H 1 diterima dan Ho ditolak, pada taraf kepercayaan 95 atau taraf signifikansi α = 5. Berdasarkan hasil perhitungan, pada pengujian hipotesis diperoleh t hitung sebesar2,50 dan t tabel sebesar 1,67 uji 1-pihak. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa t hitung t tabel 2,50 1,67. Dengan demikian, H 1 diterima dan Ho ditolak lampiran 22, atau dengan kata lain rata-rata kemampuan pemecahan masalahmatematis siswa pada kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan pendekatan diskursifberbeda daripada rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok kontrol yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Kelas t hitung t tabel Kesimpulan Eksperimen 2,50 1,67 Terima H 1 dan tolak Ho Kontrol

C. Pembahasan

1. Analisis Hasil Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Berdasarkan data hasil posttest, perbedaan rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan diskursif lebih baik daripada pembelajaran matematika dengan pendekatan ekspositori.Berdasarkan analisis data hasil penelitian bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan diskursifdengan pendekatan ekspositori.Kenyataan ini menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan pendekatan pembelajaran memberikan hasil yang berbeda terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

a. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Per-Indikator

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan pemecahan masalah matematis yang diteliti terdiri atas empat indikator, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah dan memeriksa kembali terhadap solusi. Indikator 1 : Memahami Masalah Pada soal posttest yang diberikan,diperoleh hasil posttest bahwa kemampuan memahami masalah pada kelas eksperimen sebesar 90,7 sedangkan pada

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Di SMP Bhinneka Tunggal Ika)

15 64 203

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Annajah Jakarta)

1 14 197

Pengaruh pendekatan konstruktivisme strategi react terhadap kemampuan pemahaman relasional matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMPN 18 Kota Tangerang Selatan

0 7 0

Pengaruh pembelajaran kooperatif type quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMP PGRI 35 Serpong

2 7 193

Pengaruh strategi heuristik vee terhadap kemampuan penalaran induktif matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas viii MTS Daarul Hikmah, Pamulang Barat

5 38 219

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

1 11 46

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN DISKURSIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF-CONCEPT SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

5 15 49

PENGARUH STRATEGI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 3 103