matematik di kelas. Oleh karena itu tugas guru dalam debat matematik adalah menciptakan situasi kelas yang mendukung berlangsungnya diskursus matematik.
Beberapa kegiatan di antaranya: mengajukan masalah dan pertanyaan, tugas yang open-endeed, tugas non rutin, dan tugas yang mengundang siswa berkomunikasi
aktif dan berpikir kritik
27
. Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa, pembelajaran matematika
dengan pendekatan diskursif adalah pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan debat dengan memberikan alasan-alasan logis dan menggunakan masalah
sebagai bahan diskusi. Agar pendekatan Diskursif dapat diterapkan maka proses pembelajaran
harus memunculkan karekteristik Diskursif itu sendiri. Berlatar belakang dari karekteristik diatas, dapat disusun sintak yang menunjukkan penerapan Diskursif.
Menurut Elsa Komala dalam disertasinya, langkah-langkah penerapan pendekatan Diskursif adalah sebagai berikut
28
: 1.
Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari 2. Siswa dilibatkan untuk belajar berkelompok
3. Siswa diberikan permasalahan yang dapat mendorong siswa untuk
merepresentasikan pemahamannya berdasarkan pengalaman, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sehingga siswa bisa menyusun rumusan
permasalahan. 4.
Setiap siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang masalah yang diajukan sehingga terjadi tanya jawab antar siswa, dari hasil diskusi ini siswa
bisa memahami masalah misalnya apa yang diketahui, apa syaratnya, apa yang diketahui dari masalah apa yang ditanyakan bisa kongkrit, gambar, grafik
atau verbal, apa yang ditanyakan dari masalah, kemudian penyelesaian yang akan digunakan, argumentasi pengaitan data. Sehingga setiap siswa bisa
menyelesaikan permasalahan tersebut.
27
Utari Sumarmo,”berpikir matematika tingkat tinggi: eksperimen dengan siswa dan mahasiswa melalui beragam pendekatan dan strategi
”,FPMIPA UPI: 2010, h.4.
28
Elsa Komala , “Pembelajaran Pendekatan Diskursif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa sekolah menengah pertama ”, Disertasi
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Perpustakaan UPI, 2012, h.29, t.d.
5. Diskusi kelas dilakukan setelah siswa berdiskusi dengan kelompok masing-
masing, salah satu siswa mempresentasikan hasil temuannya kelompok lain menanggapi, mengomentari melengkapi, sehingga terbentuk solusi terbaik
berdasarkan informasi yang diberikan oleh siswa serta melakukan refleksi terhadap efektivitas seluruh kegiatan. Pada kegiatan ini tercipta masyarakat
belajar. 6.
Langkah terakhir dari kegiatan pembelajaran adalah membuat rangkuman materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator
mengarahkan, membimbing serta mengklarifikasi masalah siswa melalui langkah-langkah penyelesaian masalah yang benar dan tepat untuk membentuk
pemahaman suatu konsep matematika. Adapun langkah-langkah pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan diskursif yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan:
1. Guru mengkondisikan kelas agar dapat berlangsung suasana pembelajaran
matematika yang kondusif seperti menyiapkan sarana dan prasarana. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator yakni menyediakan segala
fasilitas yang diperlukan siswa, antara lain menyediakan Bahan Ajar Siswa.
2. Melakukan apersepsi dan motivasi dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran dan kegunaannya dalam mempelajari materi yang diajarkan. 3.
Membuat komunitas belajar matematika siswa kedalam kelompok- kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang siswa.
b. Aktifitas matematik:
1. Menyampaikan masalah, guru memberikan bahan ajar siswa kepada
masing-masing kelompok. 2.
Diskusi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pemahamannya kepada kelompoknya untuk masing-masing berdebat
mengenai bahan ajar dan siswa yang lain menanggapinya. dari hasil debat ini siswa bisa memahami masalah misalnya apa yang diketahui, apa
syaratnya, apa yang diketahui dari masalah apa yang ditanyakan bisa kongkrit, gambar, grafik atau verbal, apa yang ditanyakan dari masalah,
kemudian penyelesaian yang akan digunakan seperti langkah-langkah penyelesaian sehingga setiap siswa bisa menyelesaikan permasalahan
tersebut. 3.
Debat antar kelompok dilakukan setelah siswa berdiskusi dengan kelompok
masing-masing melalui
debat. Salah
satu siswa
mempresentasikan hasil temuannya kelompok lain menyanggah, menanggapi, mengomentari dan melengkapi, sehingga terbentuk solusi
terbaik berdasarkan informasi yang diberikan oleh siswa serta melakukan refleksi terhadap efektivitas seluruh kegiatan. Pada kegiatan
ini tercipta masyarakat belajar. 4.
Elaborasi, setelah debat kelas dan memperoleh kesimpulan, siswa mengerjakan soal yang bervariasi dalam kelompok masing-masing dan
dibahas bersama-sama. c.
Refleksi matematik: 1.
Menyimpulkan, pada tahap ini guru mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan pada Bahan Ajar Siswa dari materi yang telah diajarkan.
2. Mengklarifikasi, dalam hal ini guru sebagai fasilitator mengarahkan,
membimbing serta mengklarifikasi masalah melalui langkah-langkah penyelesaian masalah yang benar dan tepat.
d. Penutup:
1. Meminta siswa mengumpulkan kembali Bahan Ajar Siswa yang telah
dikerjakan. 2.
Guru menegaskan kembali materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas kepada siswa untuk memantapkan, memperdalam, dan memperluas
pengetahuan yang telah diperolehnya.
4. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan Ekspositori
adalah pendekatan
pembelajaran yang
menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran dan siswa dianggap sebagai objek
yang menerima apa yang diberikan oleh guru
29
. Proses pembelajaran dengan pendekatan ekspositori, dimulai dengan guru memberikan informasi dengan cara
guru mulai menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan keterampilannya mengenai polaaturandalil tentang konsep itu, siswa bertanya, guru memeriksa
mengecek apakah siswa sudah mengerti atau belum. Kegiatan selanjutnya ialah guru memberikan contoh-contoh soal aplikasi konsep, selajutnya meminta murid
untuk menyelesaikan soal-soal di papan tulis atau di mejanya. Siswa mungkin bekerja individual atau bekerja sama dengan teman yang duduk di sampingnya,
dan sedikit ada tanya jawab. Kemudian, kegiatan terakhir adalah siswa mencatat materi yang telah diterangkan. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan
ekspositori dapat dirinci sebagai berikut
30
: a.
Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan bahan yang akan diajarkan secara rapi dan sistematis.
b. Apersepsi, dalam tahap ini guru mengaitkan materi sebelumnya dengan materi
yang akan dibahas, bisa dengan bertanya atau memberikan ulasan secara singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah
diajarkan. c.
Penyajian, dalam tahap ini guru memberikan penjelasan materi, bisa dengan ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah dipersiapkan
diambil dari buku, teks tertentu atau ditulis oleh guru. d.
Evaluasi, dalam tahap ini guru memberikan pertanyaan di akhir pembelajaran dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari untuk mengetahui
seberapa jauh siswa menguasai materi yang telah diajarkan atau siswa yang disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri pokok-pokok yang telah
dipelajari lisan atau tulisan. Pendekatan ekspositori sama dengan cara mengajar yang biasa
tradisional yang sering dipakai pada pengajaran matematika
31
. Umumnya pembelajaran seperti ini lebih mengutamakan hafalan dari pada pengertian,
29
Syaiful Sagala., Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet 8, h. 78.
30
Ibid. h.79.
31
Ruseffendi, op.cit. h.290
menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Dalam kaitannya dengan pembelajaran
matematika, pendekatan ini hanya menekankan kepada siswa menghafal rumus- rumus tanpa mengetahui darimana rumus tersebut diperoleh. Hal ini berakibat
pada penguasaan siswa terhadap konsep matematika cenderung bersumber dari hafalan bukan pemahaman. Penerapan pendekatan ekspositori dalam penelitian
ini, merupakan penyesuaian dengan pendekatan yang biasa digunakan disekolah yang akan diteliti.
B. Penelitian Yang Relevan
1 Elsa Komala. 2012. Pembelajaran Pendekatan diskursif untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa sekolah menengah pertama. Hasil penelitian Elsa yaitu, menunjukkan
bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan diskursif dapat meningkatkan kemampuan self concept dan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa SMP. Pembelajaran matematika dengan pendekatan diskursif secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan self
concept dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
konvensional karena
dalam pendekatan
diskursif siswa
dituntut menyelesaikan masalah dengan berkelompok dan berdebat sehingga
mendorong siswa memperoleh pemahaman dari siswa lain sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa dapat meningkat. Langkah-langkah
dalam penelitian ini menjadi rekomendasi yang baik untuk penelitian dengan pendekatan diskursif
32
. 2
Fiqih Wulandari. 2011. Penerapan Strategi Heuristik Vee Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa.
Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII MTs Negeri Tangerang II Pamulang Tahun Ajaran 20112012
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika dengan strategi Heuristik vee dapat meningkatkan
32
Elsa Komala. “Pembelajaran Pendekatan Diskursif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa sekolah menengah pertama ”, Disertasi
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Perpustakaan UPI, 2012,tidak dipublikasikan.
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa MTs. Pembelajaran matematika dengan strategi Heuristik vee secara signifikan lebih baik dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Sikap siswa terhadap strategi Heuristik vee dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis adalah positif. Penelitian ini meneliti kemampuan pemecahan masalah matematis dengan konsep polya yaitu
memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melakukan perhitungan serta memeriksa kembali
33
. C.
Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika, yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang dan menyelesaikan model matematika, serta menafsirkan solusi yang diperoleh. Matematika dipandang mampu dalam memecahkan berbagai persoalan,
baik dalam pelajaran matematika, pelajaran lain, maupun dalam kehidupan nyata. Pemecahan masalah mengutamakan proses dalam menemukan solusi
penyelesaian dibandingkan hasil akhir sehingga menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa. Pemecahan masalah adalah suatu proses dalam
menyelesaikan masalah yang tidak rutin melalui konsep polya yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana dan memeriksa
kembali. Masalah tidak rutin ialah permasalahan yang tidak biasa ditemui dalam memecahkan masalah, sehingga dibutuhkan suatu jalan untuk menyelesaikannya.
Suatu pertanyaan matematika dianggap sebagai masalah apabila pertanyaan tersebut memuat tantangan yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin.
Proses pembelajaran yang baik tidak hanya menumpahkan informasi yang diketahui guru kepada siswa transfer of knowledge tetapi proses pembelajaran
yang bisa membuat siswa mengonstruksi pengetahuannya sendiri dari hasil penemuan. Dibutuhkan suatu pembelajaran inovatif agar proses pembelajaran
tidak hanya sekedar menerima dan menghapalkannya tetapi dapat menjadi
33
Fiqih Wulandari, Penerapan Strategi Heuristik Vee Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa, skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012,
tidak dipublikasi