Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Berpikir

1 Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran guru kurang menarik, guru hanya duduk depan kelas sambil menerangkan, dan menggunakan sumber belajar hanya satu buku. 2 Sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, terhadap metode pembelajaran rendah. Banyak peserta didik yang menganggap mata pelajaran IPS adalah pelajaran yang hanya menghafal, guru IPS adalah tukang cerita, dan metode pembelajaran IPS yang selalu dilakukan dengan ceramah. 3 Lingkungan belajar, yang terdiri dari tiga tempat yakni lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan tempat tinggal kurang mendukung proses pembelajaran. 4 Motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran IPS terpadu rendah, hal ini ditunjukkan dengan adanya aktivitas mengerjakan tugas rumah mata pelajaran lain atau melakukan berbagai kegiatan negatif lainnya ketika proses pembelajaran IPS terpadu. 5 Kemampuan pedagogik dan profesional guru dalam mengelola proses pembelajaran rendah, guru masih beranggapan bahwa guru adalah sumber belajar yang paling utama, sehingga guru tidak mengembangkan wawasan yang dimilikinya, dan guru hanya menggunakan sumber belajar hanya satu buku serta guru tidak menggunakan media yang relevan dengan materi pembelajaran atau guru tidak mampu mengoperasikan media-media yang tersedia, khususnya media komputerisasi. 6 Hasil belajar IPS Terpadu peserta didik rendah, hal ini ditunjukkan dengan belum tercapainya KKM yang ditetapkan yaitu 65.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka masalah yang diteliti dibatasi pada: Hasil belajar IPS Terpadu peserta didik yang rendah, hal ini diterlihat dengan banyaknya peserta didik yang belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Hal tersebut salah satu penyebabnya adalah metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran kurang menarik dan mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: ”Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa di SMP Islamiyah Ciputat kelas VII yang menggunakan metode pembelajaran Make A-match dan metode pembelajaran Team Quiz ?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa di SMP Islamiyah Ciputat kelas VII yang menggunakan metode pembelajaran Make A-match dan metode pembelajaran Team Quiz.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dilakukan dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru, dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, sehingga penelitian ini merupakan wahana untuk mengembangkan ilmu yang dimiliki oleh penulis. b. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, sehingga dapat mengembangkan penerapan metode pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. c. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang penerapan metode pembelajaran make a-match dan Team Quiz sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik, lebih berani mengemukakan pendapat, ide, gagasan, dan saran yang mereka miliki, dan memiliki motivasi untuk memperhatikan dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan. b. Bagi guru dapat menjadi salah satu acuan untuk menggunakan metode pembelajaran Make A-Match atau metode Team Quiz dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VII di SMP Islamiyah Ciputat, sebab guru merupakan pengatur dan pencipta kondisi yang menyenangkan, namun dapat memberikan pemahaman konsep terhadap peserta didik dengan strategi pembelajaran yang tepat tidak konvensional namun, bersifat variatif. c. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap administrasi pendidikan, sebagai saran bagi kepala sekolah untuk mengambil keputusan dalam pembinaan guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran. 12 BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar yang pertama menurut James O. Whittaker, belajar adalah “proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman. ” 1 John Dewey seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioral Approach, belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan reinforcement, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman Learning is a change of behaviour as a result of experience. Definisi belajar menurut Lee J. Croubach adalah “belajar itu tampak oleh perubahan tingkah laku sebagai akibat d ari pengalaman.” 2 Pengertian belajar yang lain adalah menurut Slameto yang mengemukakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh 1 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990 , h. 99 2 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 212 suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. ” 3 Dalam definisi ini dapat dipahami bahwa belajar harus menunjukan adanya perubahan perilaku yang disebabkan karena interaksi dengan lingkungan. Menurut Slameto, belajar merupakan “suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. ” 4 Sedangkan menurut Winkel belajar adalah “suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan yang terjadi tersebut bersifat secara relatif konstant. ” 5 Hamalik mendefinisikan belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru yang disebabkan pengalaman dan latihan. Menurut Hamalik pengertian belajar “merupakan proses suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan.” 6 Sedangkan pengertian belajar menurut Ahmad Sabri adalah “ perilaku berkat pengalaman dan latihan.” 7 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang perubahan tersebut berupa perubahan pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan nilai sikap, perubahan-perubahan tersebut merupakan hasil pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan pengalaman dan latihan, perubahan-perubahan tersebut bersifat tetap. Dari berbagai pendapat tersebut ada elemen-elemen penting yang menjadi ciri seseorang disebut belajar. Elemen-elemen tersebut adalah perubahan tingkah laku, adanya interaksi dengan lingkungan, dan adanya perubahan yang relatif tetap. 3 Ridwan, Kegiatan Belajar dan prestasi, artikel diakses dari http:ridwan202.wordpress.com20080423kegiatan-belajar-dan-prestasi, Pada 16 Juni 2010. 4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara, 1998 , h. 2 5 Pengertian Belajar Menurut Ahli. Artikel diakses pada 15 Juni 2011 dari http:belajarpsikologi.compengertian-belajar-menurut-ahli 6 Pengertian Belajar Mengajar, artikel diakses dari http:www.scribd.comdoc5661756520Pengertian-Belajar-Mengajar, pada 03 Juni 2011. 7 Ahmad Sabri, Strategi Belajar MengajarMicro Teaching, Jakarta, PT Ciputat Press, 2010, h. 19 Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan cognitive domain, aspek afektif afektive domain maupun aspek psikomotorik psychomotoric domain. Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu sebagai berikut: 1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menguasai tehnik menemukan pengetahuan dan tidak hanya memperoleh pengetahuan. 2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang nyata tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi konflik. 3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka. 4. Learning to be adalah individu diharuskan untuk mengembangkan aspek pribadinya secara optimal dan seimbang, untuk menghadapi tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks. Tuntutan perkembangan kehidupan global, tidak hanya menuntut berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia yang utuh dan unggul. Keunggulan tersebut diperkuat dengan moral yang kuat. 8 Keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua, ketiga dan keempat. Empat pilar tersebut di atas akan membentuk peserta didik yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu menyelesaikan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan yang ada di masyarakat. Keempat pilar tersebut yakni learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, serta sosial. 8 Agus Suhani, Empat Pilar Belajar Menurut UNESCO, artikel diakses pada 04 April 2011 dari http:agussambeng.blogspot.com201010empat-pilar-belajar-menurut-unesco.html

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam mengerjakan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. Berdasarkan kutipan berikut ini, dalam belajar peserta didik seharusnya dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, minat yang harus ditingkatkan dan dibimbing supaya tujuan instruksional dapat dicapai. Belajar juga harus bisa memperkuat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. Belajar perlu ada interaksi antara peserta didik dan lingkungan. Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto adalah sebagai berikut: Dalam belajar peserta didik harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan efektif. Belajar perlu ada interaksi peserta didik dengan lingkungannya. 9 Untuk menertibkan diri dalam belajar seseorang harus mempunyai prinsip. Seperti yang diketahui prinsip belajar memang kompleks, tetapi dapat juga dianalisis dan dirinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar. Seperti yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik meliputi belajar adalah suatu proses aktif dalam hal ini terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara peserta didik dan lingkungan. Belajar harus memiliki tujuan yang jelas bagi peserta didik. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Selalu ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu peserta didik harus sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat. Belajar memerlukan bimbingan baik itu dari guru atau panduan dari buku pelajaran itu sendiri. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, daripada hanya pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan penyelesaian masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh 9 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, Jakarta: Kencana. 2009, h. 63 pengertian-pengertian. Belajar memerlukan latihan dan pengulangan, agar materi pelajaran yang dipelajari dapat dikuasai. Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip belajar adalah dalam belajar, peserta didik harus terlibat aktif sehingga dapat memahami materi pelajaran sendiri. Adanya peningkatan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan belajar. Dalam belajar harus ada hubungan yang dinamis antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga dapat memahami materi pelajaran yang terkait dengan hal-hal yang kontekstual. Belajar perlu latihan dan pengulangan, sehingga pemahaman yang diperoleh selalu diingat oleh peserta didik. Belajar yang paling efektif adalah belajar yang berpikiran kritis, daripada hanya menghafal materi.

c. Teori-Teori Belajar

Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan para ahli. Berikut ini adalah beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran dalam sistem pendidikan. 1. Teori Belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ausubel, belajar akan menghasilkan manfaat bila peserta didik mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Ausubel, ”belajar bermakna merupakan suatu proses menghubungkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui peserta d idik.” 10 Dalam hal ini belajar akan bermanfaat jika ada hubungan antara pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dengan apa yang ditemukan dalam kehidupan seseorang tersebut. Jika seseorang mendapatkan pengetahuan baru tanpa ada pengetahuan sebelumnya, maka akan sulit untuk memahami pengetahuan baru tersebut. Sebaliknya pengetahuan lama yang tidak dihubungkan dengan pengetahuan baru maka tidak akan berkembang. 10 Trianto, Metode-Metode Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, h. 25. 2. Teori Belajar yang dikemukakan oleh Piaget. Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang melalui beberapa tahapan, yaitu sensorimotor sampai dengan usia 2 tahun, Concreteoperations usia 2-11 tahun, dan formal –operations setelah usia 11 tahun. Pada tahap sensorimotor pengetahuan yang diperoleh masih sangat terbatas sejalan dengan perkembangan fisik dari anak tersebut. Pada tahap Concrete-operations anak sudah mulai belajar simbol yang merupakan representasi dari obyek tertentu. Anak mulai belajar menghubungkan suatu obyek dengan simbol tertentu. Sedangkan pada tahap formal –operations pengetahuan yang diperoleh anak semakin kompleks, karena anak telah banyak perbendaharaan kata dan memahami arti serta dapat mengasosiasikan dengan kata-kata lainnya. Dalam tahap ini anak sudah dapat merangkum atau mengkombinasikan dua konsep atau lebih untuk membentuk suatu aturan. Menurut Piaget, ”pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting untuk perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.” 11 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif berkembang sesuai dengan pertambahan usia sehingga dalam memberikan materi pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia individu dan metode yang digunakan juga harus disesuaikan. 3. Teori Conditioning. Menurut Baharuddin ”teori Conditioning dikembangkan oleh Pavlov, yang mengemukakan teori bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. ” 12 Yang paling penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang dilakukan secara terus menerus, sehingga memperoleh pemahaman dan tidak mudah dilupakan tentang materi pelajaran. Berdasarkan teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat conditions yang kemudian menimbulkan reaksi response. Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue 11 Trianto, Metode-Metode Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, h. 14. 12 Baharuddin Dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Yogyakarta:Ar- Ruzz Media, 2007, h. 58. terus-menerus. Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis. 4. Teori Connectinism Thorndike. Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yakni Trial and error mencoba dan gagal, dalam hal ini Thorndike mengembangkan hukum Law of effect, yaitu ”segala tingkah laku manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respons secara refleks, dan stimulus yang terjadi mempengaruhi perilaku selanjutnya. ” 13 Dalam teori ini dapat dipahami bahwa sebuah tindakan jika menghasilkan perubahan yang memuaskan maka ada kemungkinan tindakan tersebut diulang kembali, namun jika suatu tindakan menimbulkan ketidakpuasan maka tindakan tersebut cenderung dihentikan. Dalam proses belajar juga, jika seseorang mempelajari suatu materi pelajaran dan merasa bahwa materi pelajaran tersebut penting untuk dipelajari maka seseorang tersebut akan mempelajari materi pelajaran tersebut. Oleh sebab itu pendidik harus membuat kondisi bahwa materi pelajaran yang disampaikan merupakan materi yang penting, sehingga peserta didik tertarik untuk belajar. 5. Teori Psikology Gestalt. Faktor penting dalam belajar adalah pemahaman. Dengan belajar dapat memahami hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Menurut Anwar Kholil ”belajar dilaksanakan dengan sadar dan memiliki tujuan.” 14 6. Teori Vygotsky. Berdasarkan pendapat Vygotsky, hasil belajar dapat berkembang ketika para peserta didik mendapatkan ide baru, dan berinteraksi dengan individu lainnya sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Selama proses interaksi terjadi, baik interaksi antara guru dengan siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi sehingga pendapat dapat berkembang. Pendapat Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: 1 bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit 13 Baharuddin Dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran, h. 65 14 http:digilib.unnes.ac.idgsdlcollectskripsiarchivesHASH01b7f5610c3c.dirdoc.pdf, Akses Jum’at 5 November 2010 mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; 2 bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; 3 peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa. 15 Berdasarkan beberapa teori belajar yang sudah dikemukakan di atas, seharusnya pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Dalam hal ini materi pelajaran akan bermanfaat jika ada interaksi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka guru harus menerapkan metode yang dapat menerapkan pengetahuan peserta didik, sehingga tidak hanya menjadi pengetahuan yang abstrak. Dalam teori belajar pengalaman sangat penting untuk perkembangan pengetahuan, maka dalam penerapan metode seharusnya lebih menekankan aspek melihat dan mengalami langsung tentang materi pelajaran. Teori belajar yang lain adalah adanya latihan, setelah mendapatkan pengetahuan seharusnya langsung ada penerapan. Yang tidak kalah penting adalah dalam belajar seharusnya ada interaksi dan kerjasama antara individu yang menjadi komponen proses pembelajaran, sehingga saling bertukar informasi dan ide antar individu.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Dalam belajar ada faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor- faktor tersebut ada yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada yang berasal dari luar diri orang yang belajar. Faktor yang berasal dari luar diri pembelajar adalah waktu, udara, letak tempat belajar yang bising, alat-alat peraga yang digunakan dalam belajar sebagai media belajar sehingga belajar tidak bersifat memperkenalkan materi saja. Menurut Sumadi Suryabrata, ”faktor-faktor tersebut disebut faktor nonsosial dalam belajar.” 16 Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar adalah pendekatan belajar. Pendekatan belajar merupakan cara dalam menyampaikan materi belajar. Muhibin Syah berpendapat bahwa 15 Anwar Kholil, “Teori Vygotsky tentang Pentingnya Strategi Belajar,” artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:anwarholil.blogspot.com200804teori-vygotsky-tentang- pentingnya.html 16 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 233. ”pendekatan belajar merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia yang mempengaruhi belajar.” 17 Pendekatan belajar dapat berupa penyampaian materi secara berulang-ulang, melibatkan siswa dalam penelitian ilmiah, atau melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Sumadi Suryabrata, ”faktor-faktor yang berasal dari dalam diri manusia adalah faktor fisiologis dan psikologis. ” 18 Faktor fisiologis berupa kondisi jasmani yang sehat dalam hal ini dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi dan kondisi kesehatan. Kondisi fisiologis juga termasuk kondisi fungsi-fungsi pancaindera. Faktor lain yang berasal dari dalam diri pembelajar adalah keadaaan psikologis pembelajar seperti motivasi yang mendorong seseorang untuk melaksanakan aktivitas belajar, minat, cita-cita, sifat manusia yang ingin mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia yang berupa kondisi fungsi pancaindera, motivasi, minat, cita-cita, dan sifat manusia yang ingin mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar adalah kondisi tempat belajar, sarana dan prasarana, metode pembelajaran, lingkungan belajar, dan pendidik.

e. Hasil Belajar

Ada beberapa definisi hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, antara lain adalah pengertian hasil belajar menurut Kunandar yakni ”kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar, hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap.” 19 Pengertian hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono adalah, ”hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi peserta didik dan dari sisi guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum 17 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2009, h.136 18 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 235. 19 Kunandar Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007, h.229. belajar.” 20 Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Poerwanto hasil belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar seperti yang dinyatakan dalam rapor. Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai peserta didik melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan yang diperoleh oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut berdasarkan pada hal-hal yang dipelajari oleh para peserta didik. Jika peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep, atau jika mempelajari tentang sebab akibat tentang suatu peristiwa, maka perubahan tingkah lakunya adalah kemampuan menganalisis tentang sebab akibat suatu peristiwa. Pada proses pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh para peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Istiqomah mengutip beberapa pendapat tentang pengertian tujuan pembelajaran menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: Menurut Robert F. Mager tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel menyebutkan 20 Indra Munawar, “ Hasil Belajar Pengertian dan Definisi,” artikel diakses pada Senin 25 Oktober 2010dari http:indramunawar.blogspot.com200906hasil-belajar-pengertian-dan- definisi.html, bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Sementara itu, berdasarkan Standar Proses dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 21 Tujuan pembelajaran adalah gambaran tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dijelaskan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri peserta didik setelah mengalami pengalaman belajar. Perumusan tujuan pembelajaran di dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan karena adanya beberapa alasan. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut yang pertama adalah memberikan arah kegiatan pembelajaran. Bagi guru, tujuan pembelajaran akan mengarahkan pemilihan strategi, metode dan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan bagi peserta didik, tujuan itu mengarahkan para peserta untuk melakukan kegiatan belajar yang diharapkan dan mampu mengunakan waktu dengan baik. Yang kedua adalah untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu atau tidak perlu pemberian pembelajaran pembinaan bagi para peserta didik. Dengan tujuan pembelajaran itu guru akan mengetahui seberapa jauh peserta didik telah menguasai tujuan pembelajaran tertentu dan tujuan pembelajaran mana yang belum dikuasai. Yang ketiga sebagai bahan komunikasi. Dengan tujuan pembelajaran guru dapat mengkomunikasikan tujuan pembelajarannya kepada para peserta didik sehingga peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Gagne perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk: 21 Istiqomah,”Taksonomi Dan Tujuan Pembelajaran,”artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:materibidan.blogspot.com201005taksonomi-dan-tujuan-pembelajaran.html, 1. Informasi verbal: yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun lisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan pengertian tentang suatu konsep. 2. Kecakapan intelektual: yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan, memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah. 3. Strategi kognitif: yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara –cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran. 4. Sikap: yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak. 5. Kecakapan motorik: ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik. 22 Menurut Benjamin S. Bloom hasil belajar dikelompokkam dalam tiga ranah yaitu: ”ranah kognitif cognitive domain, ranah afektif affective domain, dan ranah psikomotor psychomotor domain.” 23 Hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berhubungan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, perilaku, dan ketrampilan yang bersifat tetap dalam bentuk penguasaan informasi, penguasaan 22 “Pengertian Belajar dan Perubahan Perilaku dalam Belajar,” artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:cafestudi061.wordpress.com20080911pengertian-belajar-dan- perubahan-perilaku-dalam-belajar, 23 http:spesialis-torch.comcontentview2032, Akses 16 Juni 2010 ketrampilan pemecahan masalah dan penerapan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan peran individu tersebut di masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah semua kemampuan yang dicapai peserta didik berupa perubahan perilaku, pemahaman dan pengetahuan, dan ketrampilan yang bermanfaat setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, perubahan perilaku dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih terarah.

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan atau intelegensi, bakat, minat dan motivasi. Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono bakat adalah “ kondisi dalam diri seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, pengetahuan, dan ketrampilan.” 24 Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat seseorang. Selain kecerdasan dan bakat, minat juga merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan memahami beberapa kegiatan. Menurut Winkel minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang menggeluti dalam bidang itu. Menurut Slameto mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang. Minat belajar yang telah dimiliki peserta didik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi 24 Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi, 2007, h.85 terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan tindakan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. Hal yang penting yang menjadi faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi. Menurut Arifuddin motivasi dapat diartikan “sebagai kekuatan energi seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri motivasi intrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik.” 25 Motivasi sangat terkait dengan belajar. Dengan motivasi inilah peserta didik menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi juga kualitas hasil belajar peserta didik kemungkinan dapat diwujudkan. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan peserta didik untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar para peserta didik adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya di luar diri peserta didik, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, dan lingkungan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar peserta didik, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong peserta didik untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan peserta didik, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan peserta didik kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan 25 Arifuddin, “Hubungan Antara Motivasi Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Di Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Singaraja ”, artikel diakses pada Kamis 21 Oktober 2010 dari http:lambitu.wordpress.com20091028hubungan-antara-motivasi-dengan- prestasi-belajar-peserta didik-pada-mata-pelajaran-geografi-di-kelas-xi-ips-sma-negeri-2-singaraja memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Selain orang tua dan sekolah, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat para peserta didik tersebut tinggal. Menurut Abu Ahmadi, ”lingkungan ada dua macam yakni lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami berupa kondisi suhu, udara, dan pencahayaan. Lingkungan sosial berupa keadaan orang lain yang berada di sekelilingnya, lingkungan sosial yang lainnya adalah berupa suasana lingkungan yang bising atau tenang, atau lingkungan belajar yang dekat dengan pasar”. 26 Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern, yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu, dan faktor ekstern yakni faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor intern dalam hal ini adalah kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. Faktor ekstern yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah pengalaman, keadaan keluarga, dan lingkungan.

g. IPS Terpadu

Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SDMISDLB sampai SMPMTsSMPLB termasuk SMK atau MAK. IPS mengkaji serangkaian peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMPMTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis. 26 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Pustaka Setia, 2005, h. 105 Pada dasarnya studi sosial lebih banyak menekankan pada studi hubungan manusia dengan lingkungnnya. Menurut Barr, “studi sosial pada hakekatnya merupakan kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem hidup bermasyarakat. Kajian tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran IPS di sekolah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik, berdasarkan nilai- nilai kemasyarakatan yang berlaku dan perlu dikembangkan.” 27 Menurut Sapriya, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS “merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji serangkaian peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.” 28 Bahan-bahan pembelajaran IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang bertujuan untuk kepentingan kewarganegaraan. Materi dipilih secara selektif, sehingga relevan dan mampu membantu peserta didik memahami banyak manusia dan berbagai hal yang berkaitan dengan interrelasinya, baik yang terjadi pada masa lalu, masa kini, maupun masa datang. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. IPS perlu difokuskan kepada upaya untuk menyediakan pengalaman belajar yang dapat membantu peserta didik dalam hal memahami bahwa lingkungan fisik menentukan bagaimana manusia hidup, memahami bagaimana manusia berusaha menyesuaikan dan menggunakan sumber lingkungan, 27 Tanto Sukardi,. “Menggagas Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Yang Kontruktivis.” Kajian Ilmu Sosial, Vol. 1 No. 2 Oktober 2007: h. 19 28 Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Bandung:UPI Press, 2006, h. memahami perubahan masyarakat, peserta didik harus mampu terlibat dalam perubahan sosial dan kebudayaan di dalam masyarakat, memahami dampak dari perkembangan saling ketergantungan antar manusia, dan memahami serta menghargai persamaan semua ras, agama, dan kebudayaan. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi yang pertama manusia, tempat, dan lingkungan, yang ke dua waktu, keberlanjutan, dan perubahan, yang ketiga sistem sosial dan budaya, yang ke empat adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Masing-masing mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk mata pelajaran IPS. Menurut Wahidmurni, salah satu karakteristik mata pelajaran IPS pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditekankan bahwa: Substansi mata pelajaran IPS merupakan IPS terpadu, maka tuntutannya adalah guru IPS harus memahami dan menerapkan metode-metode pembelajaran terpadu. Karakteristik mata pelajaran IPS lainnya adalah bahwa masalah-masalah sosial kemasyarakatan sebagai obyek kajian IPS selalu berkembang terus menerus, maka sebagai guru mata pelajaran IPS dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan tersebut agar apa yang diajarkannya merupakan hal-hal yang baru sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman. 29 Mata Pelajaran IPS dalam kurikulum 2006 merupakan IPS Terpadu yang merupakan gabungan antara berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, yang terdiri atas beberapa bagian disiplin ilmu seperti Geografi, Sosiologi, Ekonomi, dan Sejarah, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan dampak terhadap guru yang mengajar di kelas. Guru harus menerapkan berbagai metode pembelajaran, menggunakan media yang relevan, memberikan informasi yang terbaru dan bermanfaat khususnya yang terkait dengan mata pelajaran IPS. Berdasarkan beberapa pengertian yang sudah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa IPS terpadu merupakan mata pelajaran gabungan disiplin ilmu-ilmu sosial, yang objek kajiannya adalah peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial dan kewarganegaraan, 29 Wahidmurni, “Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Pada Satuan Pendidikan MISD Dan MTs.SMP.” Artikel diakses pada 6 April 2011 dari http:tarbiyah.uin- malang.ac.idindex.php?option=com_contentview=articleid=89:pembelajaranipsterpaducatid =62:artikelItemid=128. dengan tujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. IPS merupakan harapan untuk terbentuknya sikap warga negara yang diharapkan sesuai dengan tuntutan masyarakat.

h. Hasil Belajar IPS Terpadu

Sesuai dengan tujuan dari penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007, yakni “untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. ” 30 Melaui proses pembelajaran, diharapkan ada peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, yang dapat dilihat salah satunya adalah melalui penilaian hasil belajar. Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007, ”penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. ” 31 Dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, dengan menggunakan tes atau nontes. Standar dalam penilaian pendidikan meliputi mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007, “ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan 30 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 31 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan dapat berupa ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah atau madrasah, dan ujian nasional.” 32 Berdasarkan hal tersebut, pencapaian kompetensi peserta didik diukur melalui proses ulangan harian, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah atau madrasah, dan ujian nasional. Hasil belajar IPS adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran IPS berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi peserta didik untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik serta terciptanya integrasi sosial, serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil tes formatif, subsumatif dan sumatif, hasil kerja performance, penugasan proyek, hasil kerja produk, portofolio, sikap serta penilaian diri. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS, dalam proses pembelajaran harus menggunakan metode yang menarik sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Diperlukan metode pembelajaran interaktif yang dilakukan dengan, guru lebih banyak memberikan peran kepada peserta didik sebagai subjek belajar, dan guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan peserta didik secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang sudah ditentukan. Agar hasil belajar IPS meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan hasil belajar IPS Terpadu adalah tercapainya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS Terpadu kelas Tujuh VII SMPMTs., semester genap beradasarkan Standar Isi, Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006. 32 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 Tabel 1 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS Terpadu kelas Tujuh: 33 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 4. Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya 4.1 Menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan 4.2 Membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan objek geografi 4.3 Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk 4.4 Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan- peninggalannya 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa 6. Memahami kegiatan ekonomi masyarakat 6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi 6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barangjasa 6.3 Mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi, sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi 6.4 Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan 33 Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006

2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal ini sesuai dengan tuntutan terhadap guru dan tenaga kependidikan dalam undang-undang No. 20 tahun 2000 pasal 40, yang berbunyi sebagai berikut: Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis dan Peraturan Pemerintah No.19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1. Dalam Peraturan Pemerintah No.19 ayat 1 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberi ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. 34 Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang artinya adalah cara atau jalan yang ditempuh. Dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, metode berkaitan dengan masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Oemar Hamalik, “fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.” 35 Menurut Indrawati dan Wawan Setiawan metode pembelajaran dapat diartikan sebagai “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.” 36 Menurut Wina Sanjaya metode adalah “cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.” 37 Dalam pengertian ini metode 34 Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif , Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Untuk Guru SD, Bandung: PPPPTK IPA, 2009, h. 9 35 “Pengertian Metode,” artikel diakses pada 3 November 2010 dari http:ktiptk.blogspirit.com, 36 Rachmad Widodo, “Metode Pembelajaran”, artikel diakses pada 21 Juni 2010 dari http:www.infogue.comviewstory20091013pengertian_dan_macam_metode_pembelajaran?ur l=http:wyw1d.wordpress.com20091012metode-pembelajaran. 37 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, h. 147 merupakan penerapan suatu rencana. Rencana dalam proses pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, direalisasikan dengan penerapan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Syaiful B. Djamarah metode memiliki kedudukan sebagai “ alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar, menyiasati perbedaan individual anak didik, untuk mencapai tujuan pembelajaran.” 38 Peserta didik yang memiliki karakter yang berbeda-beda, tingkat kecerdasan yang berbeda-beda, tujuan yang berbeda, sedangkan tuntutannya sama yakni memahami materi pelajaran, maka dalam hal ini peran metode pembelajaran sangat penting. Semakin tepat dalam menentukan metode pembelajaran, semakin efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pemilihan metode harus disesuaikan dengan tujuan intruksional khusus, karena salah satu tujuan menggunakan metode pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan. Menurut Pupuh Fathurrohman Dan M.Sobry Sutikno, dalam memilih media harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut “ tujuan yang hendak dicapai, materi pelajaran, peserta didik, situasi, fasilitas yang tersedia” 39 Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru. Perangkat-perangkat itu meliputi buku pedoman bagi guru dan para peserta didik, lembar kerja peserta didik, media yang dipakai untuk membantu terlaksanakannya 38 Pupuh Fathurrohman Dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman Konsep UmumKonsep Islami, Bandung: Retika Aditama, 2007, h.55. 39 Pupuh Fathurrohman Dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman Konsep UmumKonsep Islami. h. 60 proses pembelajaran seperti komputer, Over Head Proyektor OHP, film, pedoman pelaksanaan pembelajaran, seperti kurikulum dan administrasi pembelajaran. Dalam metode pembelajaran terdapat lima unsur dasar yakni yang pertama langkah-langkah operasional pembelajaran, yang ke dua suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, yang ketiga menggambarkan seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon peserta didik, yang ke empat semua sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, yang terakhir adalah hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Berbagai metode pembelajaran dikelompokkan berdasarkan model-model yang merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Pengertian model pembelajaran menurut Nurochim, dkk, adalah “kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pem belajaran.” 40 Sedangkan pengertian model pembelajaran menurut Sugandi adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.” 41 Jadi model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman pendidik untuk mencapai tujuan belajar. Model- model pembelajaran adalah sebagai berikut: 1 Model Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mengharuskan guru untuk menghubungkan antara materi pelajaran dengan situasi 40 Nurochim, dkk, Bahan Ajar Strategi Pembelajaran IPS, h.81 41 Nurul Inayah, “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ Cooperatife Integrated Reading And Composition Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII Smp Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran 20062007 ”, Skripsi S1 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, 2007. h. 15 dunia nyata peserta didik. Model pembelajaran ini berusaha untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran kontekstual ini didasarkan pada hasil penelitian dari John Dewey yang menyimpulkan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang diketahui dan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Juga dilandasi oleh teori belajar dari Jerome Brunner yang mengatakan belajar merupakan usaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya. 42 Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran melalui peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Dalam hal ini guru lebih banyak menerapkan dengan strategi penyelesaian suatu masalah daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik. Hakekat Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme Constructivism, bertanya Questioning, menemukan Inquiri, masyarakat belajar Learning Community, pemetodean Metodeing, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment. 43 Konstrukstivisme adalah membangun pemahaman peserta didik dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus diatur menjadi proses membangun bukan menerima pengetahuan. Inquiry adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dan peserta didik belajar 42 “Metode Pembelajaran Berbasis Kontekstual”, artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:wahyuti4tklarasati.blogspot.com201010metode-pembelajaran-berbasis- kontekstual.html 43 Sohibul Mutolib Al Jabaly, “ Metode Pembelajaran Kontekstual”, artkel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:pendidikanberkarakter.blogspot.com200810metode-pembelajaran- kontekstual.html menggunakan keterampilan berpikir kritis. Questioning adalah kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Learning community masyarakat belajar adalah sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar, bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri untuk bertukar pengalaman dan berbagi ide. Metodeing adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Reflection adalah berpikir tentang apa yang telah dipelajari kemudian mencatat apa yang telah dipelajari lalu membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. Authentic Assesment Penilaian yang sebenarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa dengan menggunakan penilaian kinerja dan tugas-tugas yang relevan dan kontekstual. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari metode pembelajaran kontekstual teaching learning adalah kerjasama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan bersemangat, pembelajaran yang terintegrasi dengan menggunakan berbagai sumber, peserta didik berperan aktif dan kritis sedangkan guru kreatif, laporan kepada orang tua tidak hanya rapor tetapi hasil karya siswa. Melalui metode pembelajaran kontekstual teaching learning peserta didik memperoleh pengalaman dari lingkungan sekitar. 2 Model Pembelajaran Kuantum Menurut Herdian, “Pengembang dari Quantum Teaching adalah De Porter dan mulai dipraktekkan pada tahun 1992 dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi yang mengu bah energi menjadi cahaya.” 44 Dalam hal ini makna dari pembelajaran quantum adalah adanya interaksi-interaksi yang dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah peserta didik yang berbeda-beda dalam hal ini sebagai energi menjadi ketrampilan yang bermanfaat dalam hal ini dianggap sebagai cahaya. Karakteristik quantum teaching adalah sebagai berikut: berdasar pada psikologi kognitif, pembelajar sebagai pusat perhatian, menyeimbangkan potensi manusia dengan lingkungan, pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi- 44 Herdian, “Metode Pembelajaran Quantum,” artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:herdy07.wordpress.com interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah pikiran dan bakat alamiah yang bermanfaat, dan memadukan konteks dan isi pembelajaran. Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian menurut Rachmad Widodo quantum teaching adalah “berbagai macam interaksi yang terjadi di dalam dan di sekitar peristiwa belajar. ” 45 Interaksi- interaksi ini membangun landasan dan kerangka untuk belajar yang dapat mengubah kemampuan dan bakat siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi peserta didik. Quantum Teaching ini juga menerapkan percepatan belajar dengan menhilangkankan hambatan-hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara penyajian yang efektif, dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Di samping itu Quantum Teaching juga memudahkan segala hal untuk menghilangkan hambatan belajar dan mengembalikan proses belajar ke keadaan yang mudah dan alami. Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan model pembelajaran quantum adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kelas mengandung dan menyampaikan pesan tentang belajar. Belajar mempunyai tujuan yang terukur. Model pembelajaran quantum menghendaki agar siswa belajar dengan mengalami sesuatu yang terkait dengan informasi yang sedang dipelajarinya. Belajar merupakan suatu rangkaian usaha siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar, dan usaha itu sendiri mengandung resiko. Oleh sebab itu siswa-siswa pantas memperoleh pengakuan terutama dari guru atas usaha, kerja keras, kecakapan, dan kepercayaan diri siswa. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran quantum merupakan model pembelajaran yang dapat mengubah potensi yang ada di diri siswa menjadi hal yang bermanfaat dengan menggunakan lingkungan yang terkait dengan materi yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam belajar. 45 Rachmad Widodo, “Model Pembelajaran,” artikel diakses pada Artikel diakses pada 21 Juni 2010 dari http:www.infogue.comviewstory20091013pengertian_dan_macam_model_pembelajaran?url =http:wyw1d.wordpress.com20091012model-pembelajaran. 3 Model Pembelajaran Tematik Model pembelajaran yang lain adalah model pembelajaran tematik. Pengertian tema menurut Departemen Pendidikan Nasional , “tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. ” 46 Sedangkan m enurut Kunandar, “tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” 47 Di dalam pembelajaran, tema diberikan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan pengetahuan peserta didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali pertemuan. Dengan model pembelajaran tematik diharapkan peserta didik dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dipahami. Pelaksanaan model pembelajaran tematik ini, berawal guru memilih tema yang berkaitan dengan materi pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi pokok bahasan yang harus dikembangkan. Tema yang dipilih diharapkan peserta didik dapat memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu sehingga mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama. Beberapa keuntungan dari pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut yang pertama pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan sehingga kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi. Yang kedua peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas sehingga lebih bersemangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. Yang ketiga guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat 46 Tarmid zi Ramadhan, “Pembelajaran Tematik,” artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:tarmizi.wordpress.com20081204metode-pembelajaran-tematik-kelebihan-dan- kelemahannya 47 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. h.311. dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Menurut Kunandar kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: 1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. 2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. 5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama 6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik. 48 Selain terdapat beberapa kelebihan pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Contohnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai. Karakteristik model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut berpusat pada peserta didik yang terlibat langsung sebagai subjek belajar sedangkan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung sehingga siswa dapat memahami hal-hal yang lebih abstrak. Dalam pembelajaran tematik pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Pembelajaran tematik menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 48 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. h.315 Dalam pembelajaran tematik tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan. Tema yang dipilih hendaknya dekat dengan kehidupan peserta didik, dari tema yang paling sederhana hingga yang lebih sulit, tema tersebut hendaknya menarik minat untuk belajar, tema yang dipilih seharusnya adalah peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi. Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator, menentukan tema, menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu, sebelum pelaksanaan pembelajaran guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. 4 Model Pembelajaran PAIKEM Model pembelajaran PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Yang dimaksud dengan aktif menurut A.Tarmidzi Ramadhan adalah “suasana kelas yang peserta didiknya aktif bertanya dan mengungkapkan gagasan. ” 49 Menurut Agus Suprijono, inovatif dalam hal ini adalah “proses pembelajaran yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar”. 50 Kreatif adalah pembelajaran seharusnya dapat mengembangkan pemikiran kritis kemampuan berpikir tentang hal-hal yang baru dan menghasilkan penyelesaian tentang suatu masalah. Efektif adalah memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat. Menyenangkan dalam hal ini adalah pembelajaran diciptakan sebagai kondisi yang peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan ikhlas tanpa ada beban dalam diri peserta didik tersebut. Menurut Bustamam Ismail ada empat prinsip utama dalam proses pembelajaran PAIKEM. Prinsip utama tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, proses Interaksi dalam hal ini adalah siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, dan 49 A.Tarmizi Ramadhan, “Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ,” artikel diakses pada Jum’at 3 Juni 2011 dari http:tarmizi.wordpress.com20081111pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan- menyenangkan 50 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasinya, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009 h. X lingkungan. Kedua, proses Komunikasi siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play. Ketiga, proses Refleksi, siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan. Keempat, proses Eksplorasi siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan wawancara. 51 Berdasarkan pendapat di atas model pembelajaran PAIKEM merupakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasanya sehingga dapat menemukan dan memahami materi pelajaran sendiri. Model pembelajaran PAIKEM juga menekankan adanya interaksi antar siswa dengan siswa yang lain atau dengan sumber belajar sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan dan dapat saling bertukar ide. 5 Model Pembelajaran Kolaboratif Menurut Ted Panitz, “pembelajaran kolaboratif adalah filsafat interaksi dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama.” 52 Dari pendapat tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa kolaborasi adalah sekelompok orang yang saling menghormati dan menghargai kemampuan dan sumbangan setiap anggota kelompok. Di kelompok tersebut terdapat pembagian kewenangan dan penerimaan tanggung jawab di antara para anggota kelompok untuk melaksanakan tindakan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengembangkan kerjasama, interaksi, berbagi ide dan gagasan, saling membina antar peserta didik atau dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Inti dari pembelajaran kolaboratif adalah adanya saling belajar dan membelajarkan saling bertukar pikiran, bertanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, keberhasilan kelompok adalah keberhasilan inividu begitu juga sebaliknya. 51 Bustamam Ismail, “Pengembangan model Pembelajaran PAIKEM dengan Pendekatan SETS, Artikel diakses pada 3 Juni 2011 dari http:hbis.wordpress.com20100704pengembangan- model-pembelajaran-paikem-dengan-pendekatan-sets 52 “Pembelajaran Kolaboratif”, artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:ruhcitra.wordpress.com20080809pembelajaran-kolaboratif Pembelajaran kolaboratif dilandasi oleh pandangan bahwa pengetahuan diperoleh sebagai dari proses konstruksi yang berkesinambungan di dalam diri setiap peserta didik. Pembelajaran kolaboratif menciptakan lingkungan sosial yang kondusif untuk terlaksananya interaksi yang memadukan segenap kemauan dan kemampuan belajar peserta didik. Lingkungan sosial yang dibentuk berupa kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima peserta didik pada setiap kelas dengan anggota-anggota kelompok yang sedapat mungkin tidak bersifat homogen. Anggota-anggota suatu kelompok diupayakan terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan, siswa yang relatif aktif dan yang kurang aktif, siswa yang relatif pintar dan yang kurang pintar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah peserta didik belajar secara berkelompok dan bekerjasama, sehingga keberhasilan individu tergantung pada keberhasilan kelompoknya, pengetahuan diperoleh melalui interaksi antara panca indra dan anggota kelompoknya. Menurut Johnsons terdapat lima unsur dasar agar dalam suatu kelompok terjadi pembelajaran kolaboratif, yaitu: 1. Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran ini setiap peserta didik harus merasa bahwa ia bergantung secara positif dan terikat dengan antarsesama anggota kelompoknya dengan tanggung jawab untuk menguasai bahan pelajaran dan memastikan bahwa semua anggota kelompoknya pun menguasainya. 2. Interaksi langsung antar peserta didik. Hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan adanya komunikasi verbal antar anggota kelompok yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. 3. Pertanggungjawaban individu. Agar dalam suatu kelompok dapat menyumbang, mendukung dan membantu satu sama lain, setiap anggota dituntut harus menguasai materi yang dijadikan pokok bahasan. Dengan demikian setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari pokok bahasan dan bertanggung jawab pula terhadap hasil belajar kelompok. 4. Keterampilan berkolaborasi. Keterampilan sosial peserta didik sangat penting dalam pembelajaran. Siswa dituntut mempunyai keterampilan berkolaborasi, sehingga dalam kelompok tercipta interaksi yang dinamis untuk saling belajar dan membelajarkan sebagai bagian dari proses belajar kolaboratif. 5. Keefektifan proses kelompok. Peserta didik memproses keefektifan kelompok belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak serta membuat keputusan- keputusan tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah. 53 Ada banyak macam metode pembelajaran yang termasuk ke dalam model pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh para ahli maupun praktisi pendidikan yaitu sebagai berikut Learning Together, Teams-Games- Tournament TGT, Group Investigation GI, Academic-Constructive Controversy AC, Jigsaw Proscedure JP, Student Team Achievement Divisions STAD, Complex Instruction CI, Team Accelerated Instruction TAI, Cooperative Learning Stuctures CLS, Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC. Dapat disimpulkan bahwa belajar yang kolaboratif sebagai proses untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Para pelajar bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator, yang memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. 6 Model Pembelajaran Kooperatif a Latar Belakang Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran, Vigotsky mengemukakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam diskusi atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana pebelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu materi pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam 53 “Pembelajaran Kolaboratif”, artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:ruhcitra.wordpress.com20080809pembelajaran-kolaboratif kelompok belum menguasai bahan pembelajaran yang diberikan, sehingga keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan individu. b Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelomponya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan pengertian tersebut, menurut Slavin, kooperatif learning adalah “model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan bekerja sama yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan strukur anggotanya yang bersifat heterogen, keberhasilan dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik aktivitas secara individual maupun secara kelompok.” 54 Dalam hal ini, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Made Wena adalah “saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab individu untuk mencapai keberhasilan kelompok, ketrampilan menjalin hubungan antarpribadi.” 55 Dalam Wikipedia, “pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang 54 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 4 55 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara, 2009 h. 191 untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar peserta didik. Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif .” 56 Menurut Holubec yang dikutip oleh Yusti Arini mengemukakan belajar kooperatif adalah sebagai berikut. Belajar koopertif merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Sementara itu, Bruner dalam Siberman menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan. 57 Pembelajaran kooperatif menurut Made Wena adalah “siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, siswa yang pandai mengajar siswa yang kurang pandai, siswa yang kurang pandai belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang memotivasinya, siswa yang kurang aktif harus berpartisipasi aktif supaya diterima oleh anggota kelompokknya.” 58 Jadi inti dari model pembelajaran kooperatif adalah adanya kerjasama antar anggota kelompok peserta didik yang memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Namun pembelajaran kooperatif tidak hanya belajar kelompok, tetapi ada tanggung jawab yang bersifat kooperatif sehingga terjadi interaksi aktif antar anggota kelompok untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif diskusi dan komunikasi dikembangkan, hal ini bertujuan untuk peserta didik saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. 56 Wikipedia, “Pembelajaran Kooperatif, “Artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:id.wikipedia.orgwikiPembelajaran_kooperatif 57 Yusti Arini, “Metode Pembelajaran Kooperatif Coopertive Learning Dan Aplikasinya Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran ,” artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:yusti-arini.blogspot.com200908metode-pembelajaran-kooperatif.html 58 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, h. 189 Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan perbedaan anggota kelompok sebagai tempat peserta didik bekerjasama dan menyelesaikan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebaya. Ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif adalah untuk memahami materi pelajaran para peserta didik belajar dalam kelompok secara kooperatif yang anggota kelompoknya terdiri dari peserta didik memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, jika dalam kelas terdapat peserta didik yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. 59 Dalam model pembelajaran kooperatif, untuk mencapai tujuan pembelajaran dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok yang berbeda tingkat kecerdasannya, ras, suku, dan budaya untuk saling berinteraksi, keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan individu. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran kooperatif adalah kerangka konseptual dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara membentuk kelompok yang beranggotakan empat sampai enam orang, yang berbeda tingkat kecerdasannya, ras, suku, dan budaya untuk saling berinteraksi, untuk mencapai tujuan pembelajaran, model pembelajaran kooperatif ini tidak hanya belajar kelompok, tetapi ada tanggung jawab yang bersifat kooperatif sehingga terjadi interaksi aktif antar anggota kelompok untuk memahami materi pelajaran. Dalam pelaksanaan model kooperatif peserta didik saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. c Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan kondisi yang keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan 59 Wikipedia,“Pembelajaran Kooperatif” artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:ipotes.wordpress.com20080510metode-pembelajaran-kooperatif kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran sebagai berikut: Pembelajaran kooperatif menurut Departemen Pendidikan Nasional ada tiga tujuan seperti yang dikutip oleh Sofyan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: Tujuan pertama, yang pertama yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademiknya. Peserta didik yang lebih memahami materi pelajaran akan menjadi nara sumber bagi yang kurang paham materi. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar peserta didik dapat menerima teman-teman yang mempunyai berbagai perbedaan dalam belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mendukung teman untuk bertanya, menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja. 60 Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model ini dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah maupun siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi untuk bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Tujuan lain dari model pambelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. Komunikasi di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memungkinkan pebelajar yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan yang lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu dengan yang lain. Keterampilan sosial penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Banyak jenis pekerjaan di masyarakat dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung 60 Sofyan, “Metode Pembelajaran Kooperatif”, artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:forum.um.ac.idindex.php?topic=18078.0 satu sama lain dan di dalam masyarakat yang memiliki kebudayaan beragam. Atas dasar itu, tujuan penting yang lain dari pembalajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Cooper mengungkapkan keuntungan dari model pembelajaran kooperatif, antara lain: “1 peserta didik mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2 peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3 meningkatkan ingatan peserta didik, dan 4 meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.” 61 Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran kooperatif sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran karena untuk mendidik siswa bertanggung jawab dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran, kemampuan berpikir dan ingatan serta pemahaman siswa menjadi meningkat. d Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Berbagai model pemelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran memiliki krakterisktik masing-masing yang membedakan model yang satu dengan model yang lain. Karakteristik model pembelajaran kooperatif menurut Lundgren dan Arends adalah memiliki unsur-unsur sebagai berikut: Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan. yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. Siswa berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya. 62 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijabarkan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif adalah para siswa memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah 61 Wikipedia,“Pembelajaran Kooperatif” artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:ipotes.wordpress.com20080510metode-pembelajaran-kooperatif 62 Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar. h. 178 ditetapkan, para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab dengan sesame anggota kelompok, evaluasi dan penghargaan dilakukan secara berkelompok. e Prosedur Umum Pembelajaran Kooperatif Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran model pembelajaran kooperatif dipilah menjadi empat langkah, yaitu; “orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. ” 63 Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai berikut: Yang pertama adalah orientasi. Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk mengarahkan tentang apa yang akan dipelajari dan bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah dan hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Yang kedua adalah kerja kelompok. Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, atau browsing internet. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar pebelajar, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. Yang ketiga adalah tes atau kuis untuk evaluasi. Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah memahami konsep, topik, atau masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman terhadap konsep, topik, atau masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan keterampilan. 63 Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar. h. 178 Yang keempat adalah penghargaan kelompok. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif cooperative learning adalah konsep yang lebih luas, yang meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk yang lebih dibimbing oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum, belajar kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dalam hal ini guru menetapkan tugas dan pertanyaannya serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu murid dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. f Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Model Kooperatif Berikut ini dua jenis metode yang termasuk ke dalam model pembelajaran kooperatif. a Metode Make A-Match Langkah-langkah metode pembelajaran Make A-Match menurut Agus Suprijono adalah sebagai berikut: 1. Guru mempersiapkan dua kelompok kartu, yakni kartu soal dan kartu jawaban. 2. Guru membagi peserta didik menjadi tiga kelompok, yakni kelompok pembawa kartu soal, pembawa kartu jawaban, dan kelompok penilai. 3. Guru mengatur posisi kelas seperti huruf U, kelompok pembawa kartu soal dan pembawa kartu jawaban posisinya saling berhadapan. 4. Setelah masing-masing kelompok berada pada posisi yang sesuai, guru membunyikan peluit, sebagai tanda agar kelompok pembawa kartu soal dan pembawa kartu jawaban mencari pasangan pertanyaan dan jawaban yang cocok. 5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi. 6. Pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang sudah ditemukan, ditunjukkan kepada kelompok penilai, kelompok ini membaca apakah pasangan kartu soal dan jawaban tersebut merupakan pasangan kartu yang cocok. 7. Setelah penilaian dilakukan, guru mengatur kembali agar kelompok pembawa soal dan pembawa kartu jawaban menjadi satu kelompok, dan berperan sebagai kelompok penilai, sedangkan kelompok penilai pada sesi yang pertama, dibagi menjadi dua kelompok menjadi kelompok pembawa kartu soal dan kartu jawaban, pada sesi ini guru melaksanakan tahapan yang sama dari tahap 1 sampai 6. 8. Tahap terakhir guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya, guru menyimpulkan materi bersama-sama dengan siswa. 64 Melalui metode pembelajaran Make A-Match peserta didik bertanggung jawab untuk mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dimilikinya, dengan cara mencari dan berdiskusi dengan peserta didik yang lainnya, dengan demikian metode Make A-Match dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan karena ada interaksi aktif dengan teman sebaya. Kebaikan dari metode Make A-match adalah terciptanya suasana kegembiraan dalam proses pembelajaran sebab siswa akan bergerak untuk mencari pasangan dari kartu yang dimilikinya dengan bergerak juga akan mengatasi kejenuhan siswa. Model pembelajaran ini akan menumbuhkan kerjasama dan interaksi yang dinamis antar sesama siswa untuk menemukan pasangan kartu sesuai dengan waktu yang ditentukan. Selain itu model pembelajaran ini akan memunculkan gotong royong yang merata diseluruh siswa. Kelemahan dari metode Make A-match adalah jika jumlah siswa yang ada lebih dari 30 orang, akan timbul suasana yang gaduh yang tidak terkendali. Suasana ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas yang lainnya, apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Hal ini dapat diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum menerapkan model pembelajaran ini, seperti tidak membuat kegaduhan. b Metode Team Quiz Model pembelajaran aktif Tipe quiz team yang dikemukakan oleh Dalvi bahwa: “Merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. ” 65 Dalam tipe quiz team ini, diwali dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban 64 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasinya, h. 94 65 Setia Telaumbanua. Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team Kepada Siswa. Artikel diakses pada 17 Juni 2011 dari http:www.psb-psma.orgcontentblog3479-penerapan- metode-belajar-aktif-tipe-quiz-team-kepada-siswa. untuk memahami materi pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Langkah-langkah metode pembelajaran Team Quiz menurut Hisyam Zaini adalah sebagai berikut: 1. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen 2. Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok, A,B,C. 3. Sampaikan kepada peserta didik format pembelajaran yang akan disampaikan kemudian mulai presentasi. Batasi presentasi maksimal 10 menit. 4. Setelah presentasi, minta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaan- pertanyaan berkaitan dengan materi yang disampaikan. Kelompok B, dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan yang dimiliki. 5. Kelompok A sebagai pemimpin quiz memberi pertanyaan kepada kelompok B, jika kelompok B tidak bisa menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. 6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok B. 7. Jika tanya jawab sesi pertama selesai, lanjutkan pembelajaran sesi kedua, dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya, lakukan seperti proses untuk kelompok A. 8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyanya, dilanjutkan pembelajaran sesi ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai penanya. 9. Akhiri proses pembelajaran dengan menyimpulkan, tanya jawab dan penjelasan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru. 66 Metode Team Quiz menurut Melvin L. Siberman “dapat meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.” 67 Dengan peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama yakni untuk memimpin dan bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, maka kemampuan dan tanggung jawab peserta didik dapat meningkat. 66 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008 h.54-55 67 Melvin L. Siberman, 101 Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2006 h. 163

3. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar

Berdasarkan pembahasan tentang metode pembelajaran pada sub judul sebelumnya, metode pembelajaran adalah langkah efektif yang diterapkan oleh guru dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran agar didapatkan hasil pembelajaran maksimal. Untuk melakukan peningkatan hasil belajar diperlukan metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik peserta didik. Metode pembelajaran harus dikuasai oleh guru untuk menciptakan kondisi proses pembelajaran yang kondusif. Guru harus mampu untuk menerapkan metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan materi pelajaran. Metode pembelajaran adalah teknik yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal ini karena proses pembelajaran itu merupakan proses transfer ilmu dari guru ke peserta didik dan untuk hal tersebut harus ada teknik khusus agar efektif. Jika metode pembelajaran yang diterapkan tepat, maka hasil belajar dapat meningkat. Metode yang tepat akan menyebabkan peserta didik merasa nyaman dan dapat berkonsentrasi pada saat proses belajar. Peserta didik merasa ada kesinambungan antara proses di luar dan di dalam diri. Hal ini menyebabkan anak didik lebih fokus dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam penelitian yang sudah dilakukan oleh Widyaningsih metode make a-match merupakan metode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. “Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi peserta didik, di antaranya adalah mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian peserta didik, mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50. ” 68 Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, peserta didik terlihat lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu ini peserta didik dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama. 68 Tarmizi Ramadhan, “Metode Pembelajaran Kooperatif Make A-match,” artikel diakses pada 21 Oktober 2010 dari http:tarmizi.wordpress.com20081203pembelajaran-kooperatif- make-a-match, Dalam penelitian Eva Nurhayati metode Team Quiz yang diterapkan pada mata pelajaran Akuntansi lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional. Menurut Eva Nurhayati, “pengaruh pembelajaran aktif tipe quiz team terhadap hasil belajar akuntansi menunjukkan bahwa nilai hasil belajar pada kelompok eksperimen berbeda dengan nilai hasil belajar pada kelompok kontrol. Hasil belajar pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai rata-rata yang lebih baik daripada hasil belajar pada kelompok kontrol”. 69 Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan maka dapat diketahui bahwa metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam mengelola kelas dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Dengan metode yang menarif, inovatif dan kreatif maka dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, dibandingkan dengan metode yang konvensional tanpa ada variasi metode, maupun media yang digunakan.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut. Pembelajaran IPS Terpadu merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran IPS dalam mengajarkan IPS Terpadu kepada para peserta didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik tentang IPS Terpadu yang beragam agar tejadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran IPS. Dengan demikian setiap guru harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan namun peserta didik dapat memahami konsep atau materi yang disampaikan oleh guru salah satunya adalah dengan memilih metode pembelajaran yang lebih memperdayakan peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik akan lebih baik. 69 Eva Nurhayati, “Pengaruh Penggunaan Metode Belajar Aktif Tipe Team Quiz Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X AK SMK Negeri 3 Jepara”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 2007. Menurut kurikulum 2006 standar kompetensi mata pelajaran IPS SMPMTs. tujuan pembelajaran IPS yaitu: Mengembangkan pengetahuan kesejarahan, mengembangkan kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial; membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan; meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang lebih mementingkan peserta didik untuk belajar berpikir daripada hanya menghafal. 70 Pembelajaran IPS adalah untuk membentuk peserta didik yang dapat berpikir dan menyelesaikan masalah dan memiliki ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial dalam hal ini seperti memiliki kepekaan terhadap masalah- masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya pada khususnya dan lingkungan nasional sebagai lingkungan yang lebih luas. Pembelajaran IPS juga untuk membentuk peserta didik yang dapat bekerjasama dalam masyarakat yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS, maka metode pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para peserta didiknya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, sehingga pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didik sangat diperlukan. Metode pembelajaran make a-match, pembelajarannya menitikberatkan pada kemampuan mengingat, bekerja sama dan interaksi antar peserta didik, ketepatan waktu sebab dalam mencari pasangan kartu soal dan jawaban waktunya dibatasi. Proses pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga bisa memotivasi peserta didik untuk belajar sehingga hasil belajarpun meningkat. Metode pembelajaran Team Quiz salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar dan peserta didik dilatih untuk mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya. Dengan menggunakan metode Team Quiz, para peserta didik diharapkan dapat memahami materi yang dipelajari. 70 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

C. Hipotesisis Penelitian

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran think talk write (TTW) dan numbered head togher (NHT) di SMP Islamiyah Ciputat

0 5 176

Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Make A-Match Dan Metode Team Quiz Di SMP Swasta Se-Kecamatan Pamulang

0 6 30

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh Penerapan Metode Quiz Team Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di Mts Darul Ma'arif Jakarta Selatan

2 18 139

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII SEMESTER I SMP MUHAMMADIYAH 2 SUR

0 5 11