Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran think talk write (TTW) dan numbered head togher (NHT) di SMP Islamiyah Ciputat

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

ISMI LUTFIYAH

NIM : 107015000360

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./2011 M.


(2)

METODE PEMBELAJARAN THr {K TALK WnrTE (TTW' DAnr NUMBERED HEAD TOGETHER (NIIT) DI SMP ISLAMTYAH CIPUTAT

SKRIPSI

I)isusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Bidang llmu Pengetahuan Sosial

Oleh

ISNII LUTTTYAH I\IM: 107015000360

JURUSAI\I PENDIDIKAIY ILMU PENGETAHUAIY SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBTYAII DAI\I KEGURUAN

uNrvERsrTAs

rsLAM r\EGERT

(rm{)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA r432W2011M


(3)

Islamiyah Ciputat disusun oleh Ismi Lutfiyah, NIM: 107015000360 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 9 September 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

J akarta, I 3 Septemb er 2011 Panitia Uj ian Munaqasyah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Tanggal

Drs. H. Nurochim. MM NrP. 19590715 198403 1003 Sekretaris Sidang

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd NIP. 1 973 0 42420080r r0r2 Penguji I

Drs. A. Banadjid

NIP. 19541224198 103 1004 Penguji II

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd NIP. I 9730 42420080t t0t2

tTt

'h N,

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Svarif Hidavatullah Jakarta

eall t--'7---^ 4

a---{ - a

{ \


(4)

SURAT PERNYATAAN

KARYA SENDIRI

Saya yang bertandatangan di bawah ini, N a m a

Tempat/Tgl.Lahir NIM

Jurusan / Prodi Judul Skripsi

Ismi Lutfiyah

Jal€rt4 24 Desember 1989 107015000360

Pendidikan IPS / Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa dengan Menggunakan

Dosen Pembimbing

Metode Pembelajaran Think Talk Wite (TTW) dan Ntnnbered

Head Together (NHT) di SMP Islamiyah Ciputat.

: Drs. H. Nurochim, MM.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakart4 13 September 201 I Mahasiswa Ybs.

Ismi Lutfiyah


(5)

i

Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Dan

Numbered Head Together (NHT) Di SMP Islamiyah Ciputat. Skripsi.

Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2011.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan

Numbered Head Together (NHT) di SMP Islamiyah Ciputat. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran

Think Talk Write (TTW)dan Numbered Head Together (NHT).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu cara melakukan penelitian dengan percobaan. Metode ini digunakan untuk menelaah adanya perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW)dan Numbered Head Together (NHT). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-2 dan kelas VIII-3 SMP Islamiyah Ciputat. Kelas VIII-2 terdiri dari 40 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan Think Talk Write

(TTW). Kelas VIII-3 terdiri dari 41 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan metode Numbered Head Together (NHT). Instrumen yang dipakai

adalah tes. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji “t” (uji beda),

untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dengan menggunakan metode pembelajaran

Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT) dengan diperoleh

nilai ℎ� ��< ��� � 0,46 < 1,66; 2) Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat terlihat dari mean gainnya sebesar 0,56 lebih baik daripada mean gain kelompok yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) yaitu 0,11. Dengan demikian nampak bahwa hasil belajar IPS siswa dengan menggunakanmetode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW).


(6)

Learning Student Achievement with Think Talk Write (TTW) Learning Method and Numbered Head Together (NHT): study to student of SMP Islamiyah Ciputat. Thesis. Jakarta: Social Science Education Program Faculty Of Tarbiyah And Teaching Science Of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN). 2011.

The objective of this research is to examine the defference of social science education learning student achievement with Think Talk Write (TTW) and Numbered Head Together (NHT) of SMP Islamiyah Ciputat, to compare the defference social science education learning student achievement by Think Talk Write (TTW) and Numbered Head Together (NHT), and know student’s response with cooperative learning applied.

The research is held 81 students from class VIII of Islamiyah Ciputat that device to two group of experiment and control with the number of experiment group is 40 student and the number of control group is 41 student. Data were collected from test (30 items), and observation to know learning method process, using experiment design. Analyse data with t-test at signification 5 %.

The results of this research: 1) There is nothing the defference of social science education learning student achievement with Think Talk Write (TTW)

learning method and Numbered Head Together (NHT), and obtained value ℎ� ��

0,46 and ��1,66. 2) The result show that at signification 5 % with mean gain Numbered Head Together (NHT) 0,56 and mean gain Think Talk Write (TTW) 0,11 hence can be said that Numbered Head Together (NHT) learning method is better than Think Talk Write (TTW) learning method.


(7)

ii

hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebenaran.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini selesai berkat adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan juga sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, pengarahan, ilmu serta motivasinya kepada penulis, semoga kebaikan beliau dibalas oleh Allah SWT.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah sabar dan ikhlas mendidik penulis, semoga ilmu yang diberikan dapat bertambah dan bermanfaat.

4. Kedua orang tua tercinta Bapak Matripan dan Ibu Aminah yang tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis dalam kehidupan. 5. Kakakku tercinta, Ahmad Rifa’i, Ahmad Junaidi, Abdur Rohman dan adik tercinta Ahmad Ilyas dan Suhaela Rifani yang selama ini selalu memberikan motivasi, do’a dan kasih sayang untuk bisa menyelesaikan skripsi secepatnya. 6. Sahabatku tersayang dan juga sahabat seperjuangan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Konsentrasi Sosiologi-Antropologi angkatan 2007 yaitu Nurlela, Siti Ngaisah, Reyita Mardati Sakinah, Nurlita Marya, Raga Wiranata,


(8)

iii Pendidikan IPS tidak terlupakan.

7. Mudalih S. Ag, selaku kepala sekolah SMP Islamiyah Ciputat serta guru bidang studi IPS yaitu Ibu Wiwi Tarwiyah SE, yang mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Juli 2011


(9)

iv

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTARISI ... iv

DAFTARTABEL ... vii

DAFTARLAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Perumusan Masalah ... 7

E.Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10

A.Deskripsi Teoritis ... 10

1. Hasil Belajar IPS ... 10

a. Pengertian Belajar ... 10

b. Prinsip-Prinsip Belajar ... 12

c. Teori-Teori Belajar ... 14

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar .... 15

e. Pengertian Hasil Belajar ... 16

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 18

g. Hakikat IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) ... 20


(10)

v

c. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif ... 31

d. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 33

e. Metode Pembelajaran Think Talk Write ... 34

f. Metode Pembelajaran Numbered Head Together ... 40

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

C.Kerangka Berpikir ... 44

D.Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 47

B.Metode Penelitian ... 47

C.Desain Penelitian ... 48

D.Populasi Dan Sampel ... 48

E.Teknik Pengumpulan Data ... 49

F. Instrumen Penelitian ... 50

1. Definisi Konseptual ... 50

2. Definisi Operasional ... 50

G.Uji Coba Instrumen ... 51

a. Uji Validitas ... 51

b. Uji Reliabilitas ... 51

c. Uji Taraf Kesukaran Soal ... 51

d. Daya Pembeda ... 52

H.Teknik Analisis Data ... 52

I. Analisis Data ... 54

J. Hipotesis Statistik ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A.Deskripsi Data ... 56


(11)

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A.Kesimpulan ... 71

B.Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(12)

vii

Tabel 2. Desain Penelitian ... 48

Tabel 3. Indeks Tingkat Kesukaran Soal ... 52

Tabel 4. Kriteria Daya Beda ... 52

Tabel 5. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Islamiyah Ciputat ... 58

Tabel 6. Struktur Organisasi SMP Islamiyah Ciputat ... 60

Tabel 7. Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Think Talk Write ... 63

Tabel 8. Data hasil Posttest Siswa Kelompok Think Talk Write ... 63

Tabel 9. Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Numbered Head Together ... 63


(13)

viii

Lampiran 2. Uji Normalitas Pretest Think Talk Write (TTW) Lampiran 3. Uji Normalitas Postest Think Talk Write (TTW)

Lampiran 4. Uji Normalitas Pretest Numbered Head Together (NHT) Lampiran 5. Uji Normalitas Postest Numbered Head Together (NHT) Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas VIII.2 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas VIII.3 Lampiran 8. Kisi-Kisi Soal

Lampiran 9. Uji-t (Uji Beda Rata-rata) Lampiran 10. Uji Homogenitas

Lampiran 11. N-Gain Metode Think Talk Write (TTW)

Lampiran 12. N-Gain Metode Numbered Head Together (NHT) Lampiran 13. Soal Pretest

Lampiran 14. Soal Postest

Lampiran 15. Kunci Jawaban Soal

Lampiran 16. Lembar Observasi Metode Think Talk Write (TTW)

Lampiran 17. Lembar Observasi Metode Numbered Head Together (NHT) Lampiran 18. Wawancara Awal dengan Guru

Lampiran 19. Wawancara Awal dengan Siswa

Lampiran 20. Pelaksanaan Metode Think Talk Write (TTW)


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam menghadapi perkembangan zaman. Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia merupakan tugas besar dan memerlukan waktu yang panjang. Meningkatkan sumber daya manusia tidak lain harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah. Masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara tersebut memperlakukan pendidikan.

Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan inovatif. Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan zaman diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.


(15)

Menurut Kunandar ”pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban

manusia di dunia.”1

Berdasarkan definisi tersebut hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sementara itu, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, maka komponen yang terkait dalam dunia pendidikan seperti keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Meningkatkan kualitas pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam suatu proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini merupakan tugas bagi masing-masing sekolah dan yang paling utama adalah bagi guru sebagai tenaga pengajar. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Sebagai komponen dibidang pendidikan, seorang

1

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapai Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed.1, h. v.

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: DEPAG RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007), h. 5.


(16)

guru dituntut berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru juga dituntut kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan berkualitas dan prestasi yang dicapai siswa memuaskan. Metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan, karena pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

Pengertian metode pembelajaran menurut Zurinal Z dan Wahdi Sayuti adalah sebagai berikut:

metode pembelajaran merupakan cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks

transfer of knowledge dan transfer of values. Metode tersebut, membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal.3

Pada dasarnya keberhasilan pendidikan menurut Kunandar yaitu

salah satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Seorang guru dituntut terampil membelajarkan siswa, termasuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran seperti membuat satuan pelajaran, melaksanakan strategi belajar mengajar, memilih dan menggunakan media serta alat bantu pengajaran, serta memilih dan menggunakan metode-metode mengajar.4

Seiring dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai tahun 2006 lalu, guru tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center). Hal ini nampaknya masih banyak diterapkan di ruang-ruang kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran yang paling praktis dan tidak menyita waktu. Praktik-praktik pembelajaran cenderung masih mengabaikan gagasan, konsep dan kemampuan berpikir

3

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 122

4

Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed. 1, h. 59


(17)

siswa, aktivitas guru lebih menonjol daripada siswa dan terbatas pada hafalan semata. Pembelajaran masih bersifat ekspositoris, sehingga belum mampu membangkitkan budaya belajar pada diri siswa. Hal ini menyebabkan siswa cenderung jenuh, bosan dan akhirnya kurang tertarik terhadap pembelajaran yang berlangsung. Hal ini berpengaruh terhadap ketercapaian hasil belajar siswa.

Untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya, seorang guru dituntut melakukan perubahan dalam cara mengajarnya. Misalnya dengan mengubah dari sekadar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berkaitan dengan fakta, pemahaman konsep dan juga berisi teori-teori. Mata pelajaran IPS dianggap para siswa sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan. Padahal dalam mata pelajaran IPS, siswa dituntut berpikir kritis dalam memahami konsep realita sosial yang terjadi. Semua itu tidak terlepas dari penguasaan siswa terhadap konsep-konsep IPS. Hal ini merupakan tantangan bagi seorang guru untuk mengubah anggapan tersebut agar pelajaran IPS dapat menjadi menyenangkan dan mudah sehingga siswa tertarik untuk mempelajari IPS dan mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Islamiyah Ciputat, pembelajaran IPS yang dilakukan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah dan pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru IPS tidak menyadari bahwa metode pembelajaran konvensional yang dilakukan sangat membosankan dan sangat monoton sehingga para siswa menjadi kurang antusias, cenderung pasif, dan kurang tertarik dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu dalam pembelajaran guru juga tidak menggunakan media yang menarik.

Pembelajaran IPS banyak dilakukan dengan hanya memberi konsep-konsep materi IPS semata dengan mengacu pada buku paket saja, tanpa ada pengolahan materi pelajaran yang melibatkan potensi siswa dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa siswa pada


(18)

saat penelitian pendahuluan mengenai pembelajaran IPS yang umumnya mengaku bahwa belajar IPS itu sulit, karena banyak materi yang harus dihafalkan dan juga pelajaran IPS sangat membosankan dan membuat para siswa merasa ngantuk karena harus mendengarkan ceramah saja dari guru IPS yang bersangkutan. Dalam hal ini membuat pembelajaran IPS menjadi kurang kondusif karena kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar yang dicapai sebagian siswa cenderung rendah, tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 64. Kenyataannya di lapangan, guru merasa kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran IPS karena guru sudah terbiasa dengan metode ceramah yang dirasa paling mudah dilaksanakan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan perbaikan terhadap strategi pembelajaran yang berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan guru, yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu dari banyak model pembelajaran yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif lebih melibatkan siswa secara langsung untuk aktif dalam pembelajaran. Jadi, dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPS.

Hal ini mengacu pada konsep Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

1995 tentang Standar Nasional Pendidikan, “bahwa proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan pendidikan suatu pendidikan bangsa memerlukan proses dan waktu

secara bertahap.”5

Salah satu metode pembelajaran yang bersifat kooperatif dan berpusat pada siswa, di mana para siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran yaitu metode pembelajaran “Think Talk Write (TTW)”. Metode

Think Talk Write (TTW) merupakan strategi pembelajaran yang

5

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas (Metode, Landasan Teoritis-Praktis dan Penerapannya, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), cet. 1, h. 1.


(19)

diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis.

Metode Think Talk Write dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara dan menulis siswa yang dikelompokkan secara heterogen kemudian diberikan permasalahan untuk dipikirkan, didiskusikan dalam kelompok dan kelasnya kemudian dicari solusi. Dengan menggunakan metode pembelajaran Think

Talk Write, dimungkinkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Karena

metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok dan pada akhirnya dituliskan dalam bahasa sendiri dari hasil belajar yang diperoleh para siswa.

Selain metode Think Talk Write (TTW), metode Numbered Head Together (NHT) juga merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Metode Numbered Head Together ini juga merupakan metode pembelajaran kooperatif yang secara khusus membantu peninjauan konsep-konsep yang diajarkan, yang bertujuan untuk memproses informasi, komunikasi, mengembangkan pemikiran, tinjauan ulang dari materi dan pengetahuan.

Dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW)

dan Numbered Head Together (NHT), dimungkinkan para siswa tidak merasa

jenuh dengan pelajaran IPS dan dengan metode ini juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai seberapa besar perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT), seperti yang dirumuskan dalam skripsi yang berjudul:

”Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Metode

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Dan Numbered Head Together (NHT) di SMP Islamiyah Ciputat”.


(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Beberapa siswa menganggap bahwa pelajaran IPS itu sulit, karena banyak hafalan

2. Kemunculan rasa bosan siswa akibat metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat monoton dan kurang menarik

3. Siswa hanya menggunakan buku paket saja sebagai acuan belajar

4. Hasil belajar IPS siswa rendah, banyak siswa yang belum mencapai KKM yaitu 64.

5. Kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan 6. Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar IPS

sehingga diperlukan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa berpikir dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan pemahaman IPS.

7. Belum diketahui perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT).

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka masalah yang diteliti dibatasi pada: ”Ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk

Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka perumusan


(21)

siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT) di SMP Islamiyah Ciputat?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran

Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT) di SMP Islamiyah Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dilakukan agar dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penerapan pembelajaran kooperatif dengan Metode Think Talk Write (TTW) dan metode Numbered Heads Together (NHT) untuk peningkatan minat dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS.

b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori pembelajaran kooperatif.

c. Menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi peneliti di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan yang sejenis atau bersangkutan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam metode pembelajaran di sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan belajar mengajar optimal.


(22)

2) Hasil pengembangan ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran IPS bagi para guru IPS yang lain. b. Bagi Guru

1) Sebagai masukan bagi guru IPS dalam menentukan metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi yang bersangkutan, dalam rangka peningkatan minat dan hasil belajar siswa.

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan

pembelajaran.

3) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPS. 4) Dapat mengembangkan metode dalam pembelajaran IPS agar lebih

bervariatif sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta didiknya.

c. Bagi siswa

1) Mendapatkan kemudahan dalam belajar dan lebih mudah memahami materi IPS yang disampaikan oleh guru.

2) Dapat menikmati model pembelajaran yang tidak seperti biasanya sehingga mereka tidak jenuh dan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

3) Meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

d. Bagi peneliti

1) Menerapkan ilmu yang telah diterima di bangku kuliah khususnya yang bersangkutan dengan pendidikan.

2) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan metode

Think Talk Write (TTW) dan metode Numbered Heads Together

(NHT).

3) Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru IPS sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan.


(23)

10

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritis 1. Hasil Belajar IPS

a. Pengertian Belajar

Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Dan juga banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu.

Ada beberapa pendapat tentang belajar, yang pertama pengertian belajar menurut Zikri Neni Iska:

pengertian umum belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup (survived).1

1

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi


(24)

Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein,

”belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan”.2

Sedangkan menurut Oemar Hamalik, ”belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami”.3

Pengertian belajar menurut Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti yaitu: belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.4

Menurut S. Nasution ”belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.”5 Menurut Sarlito Wirawan Sarwono ”belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi”.6 Menurut Alisuf Sabri ” belajar merupakan faktor penentu proses perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia adalah diperoleh melalui belajar”.7

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, ”belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dari pengalaman individu dalam

2

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. 3, h. 10.

3

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2, h. 27.

4

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 117.

5

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 35

6

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h. 45.

7

M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah), ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. 2, h. 54


(25)

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotor”.8 Menurut Abu Ahmadi, ”belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan”.9 Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, ”belajar adalah perubahan yang

terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu”.10

Pengertian belajar lain menurut Masitoh dan Laksmi Dewi,

”belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif dan

psikomotor”.11

Menurut Yatim Riyanto mendefinisikan bahwa ”belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi”.12

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari pengalaman dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Dalam uraian terdahulu telah ditegaskan, bahwa mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan

8

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), ed. 2, h. 13.

9

Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 17.

10

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 6.

11

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009), h. 3.

12

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed. 1, cet. 1, h. 6.


(26)

menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid.

Menurut Yatim Riyanto, “prinsip-prinsip belajar merupakan konsep-konsep ataupun asas yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar, dan ini mengandung maksud bahwa pendidik akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip belajar.”13

Prinsip-prinsip belajar menurut Kunandar adalah sebagai berikut bahwa dalam belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri pada siswa. Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan perilaku siswa. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi dan melalui penguatan. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti.14

Sedangkan prinsip-prinsip belajar menurut Slameto yaitu

bahwa prasyarat yang diperlukan untuk belajar yaitu bahwa dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional, belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. Dan juga belajar perlu ada interaksi siswa

dengan lingkungannya.”15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah dalam belajar, peserta didik harus terlibat aktif sehingga dapat memahami materi pelajaran sendiri. Adanya peningkatan minat, mempunyai landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi bagi peserta didik, dengan harapan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan tumbuhnya proses belajar antara

13

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran …, h. 62.

14

Kunandar, Guru Profesional…, h. 302.

15


(27)

peserta didik dan pendidik menjadi dinamis dan terarah. Dalam belajar, perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. Belajar yang paling efektif adalah belajar yang berpikiran kritis, daripada hanya menghafal materi.

c. Teori-Teori Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Proses perubahan tingkah laku atau proses belajar yang terjadi pada diri individu itu merupakan proses internal psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata. Oleh karena terjadinya proses belajar itu tidak dapat diketahui secara jelas, maka timbullah perbedaan pendapat dikalangan para ahli psikologi, sehingga akibatnya terjadi bermacam-macam teori belajar. Berikut ini akan diuraikan tentang beberapa teori belajar, yaitu:

1) Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Menurut teori konstruktivis ini, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

2) Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang melalui empat tingkatan, yaitu sensorimotor (lahir sampai usia 2 tahun), praoperasional (usia 2 sampai 7 tahun), operasi konkrit (7 sampai


(28)

11 tahun dan operasi formal (usia 11 tahun sampai dewasa). 3) Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Belajar bermakna menurut teori Ausubel yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.16

Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar di sekolah, teori-teori belajar tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa agar tujuan pendidikan sekolah dapat tercapai dengan baik dan juga agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah. Menurut Zikri Neni Iska, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar yaitu:

faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang belajar/faktor internal dan juga faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang belajar/faktor eksternal. Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang belajar yaitu fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera. Dan juga psikologi, yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognisi. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor luar diri seseorang yang belajar yaitu lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial. Dan juga instrumental yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana prasarana, administrasi dan manajemen.17

Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar yang berasal dari luar diri seseorang yang belajar adalah faktor keluarga. Menurut

pandangan sosiologis, keluarga adalah “Lembaga sosial terkecil dari

16

Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. 1, h. 26

17


(29)

masyarakat ”.18

keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keadaan keluarga akan sangat menentukan berhasil tidaknya anak dalam menjalin proses belajarnya. Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, terdiri dari tiga aspek, yakni :

a. Kondisi ekonomi keluarga.

b. Hubungan emosional orang tua dan anak. c. Cara mendidik anak19

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa terbentuknya suatu pembelajaran yang efektif yang dimiliki oleh para siswa akan tumbuh tidak hanya dari faktor yang berasal dari kondisi badan siswa yang belajar. Proses pembelajaran yang efektif itu juga akan tumbuh diikuti dengan faktor-faktor yang berasal dari luar diri atau lingkungan para siswa tersebut yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi proses belajarnya, agar dia mudah dalam menangkap dan memahami pelajaran dan juga mudah mengingat pelajaran tersebut.

e. Hasil Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dalam belajar di antaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pengertian tentang hasil belajar yaitu:

Menurut Kunandar, hasil belajar adalah

kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar

18

http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t111-ciri-dan-proses-belajar-serta-faktor-yang-mempengaruhi-kesulitan-belajar, diakses tanggal 3 Juli 2011.

19 http://cybercounselingstain.bigforumpro.com/t111-ciri-dan-proses-belajar-serta-faktor-yang-mempengaruhi-kesulitan-belajar, diakses tanggal 3 Juli 2011.


(30)

dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.20

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a). keterampilan dan kebiasaan, (b). pengetahuan dan pengertian, (c). Sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikolotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Yang kedua yaitu ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir yaitu ranah psikomotoris yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni, (a) gerakan reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.21

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris “hasil belajar adalah suatu pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang

dilakukan dalam waktu tertentu.”22

Sedangkan pengertian hasil belajar

menurut Oemar Hamalik bahwa “hasil-hasil belajar adalah pola-pola

20

Kunandar, Guru Profesional…, h. 229.

21

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 15, h. 22.

22

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), cet. 1, h. 14.


(31)

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,

abilitas dan keterampilan.”23

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal

a) Faktor Biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta tidur yang cukup.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu

23


(32)

bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.24

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari dalam diri seseorang siswa adalah kelelahan, kondisi siswa yang sudah lelah dan tidak bertenaga dalam mengikuti kegiatan pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar siswa tersebut.25

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya, maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b) Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c) Faktor Lingkungan Masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.26

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu, dan faktor ekstern yakni faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor internal dalam hal ini adalah kesehatan fisik, intelegensi, kemauan, bakat, kecerdasan dan juga

24

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2011.

25 http://harminingsih.blogspot.com/2008/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html,

diakses tanggal 3 Juli 2011.

26

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2011.


(33)

kelelahan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal dalam hal ini adalah keadaan keluarga, lingkungan sekolah dan juga lingkungan masyarakat.

g. Hakikat IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) 1) Pengertian IPS

Sesuai dengan kurikulum 2006, bahwa IPS itu merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP, di mana IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Dalam kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdapat beberapa istilah yang kadang-kadang sering diartikan secara tumpang-tindih antara satu dengan yang lain. Istilah-istilah tersebut adalah Studi Sosial (social studies), ilmu-ilmu sosial (social sciences) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Meskipun pada masing-masing istilah itu sama-sama terdapat kata-kata “social”,

tetapi dalam pengertian dan maknanya ada perbedaan.

Studi sosial merupakan program pendidikan yang dikembangkan dari ilmu-ilmu sosial, yang dalam mengkaji gejala-gejala dan masalah-masalah sosial yang bersangkut paut dengan kehidupan manusia, studi sosial biasanya menggunakan bidang keilmuan yang termasuk ke dalam lingkup disiplin ilmu-ilmu social (social sciences).

Menurut Dadang Supardan, ilmu sosial adalah

disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi. Istilah ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf, seorang ahli sosiologi Jerman dan penulis buku Class and Class Conflict in Industrial Society yang dikenal sebagai pencetus Teori Konflik Non-Marxis, merupakan suatu konsep yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang member perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial menunjukkan sebuah komunitas dan pendekatan yang saat


(34)

ini hanya dikalim oleh beberapa orang saja, sedangkan bentuk jamaknya, ilmu-ilmu social. Ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik, bahkan sejarah walaupun disatu sisi ia termasuk ilmu humaniora.27

Pengertian IPS Menurut Syafruddin Nurdin, yaitu

IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah. Bahkan pada sebagian Pergurua Tinggi, ada juga dikembangkan IPS ini sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran utamanya adalah pengembangan aspek teoritis, seperti yang menjadi penekanan social sciences. Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada di sekitar mereka.28

Menurut Enok Maryani, “IPS adalah bahan kajian yang terpadu (interdisipliner) yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan

psikologis untuk tujuan pembelajaran.”29

Menurut Sardjiyo, “IPS adalah bidang studi yang

mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara

terpadu.”30

Menurut Sapriya “pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara

27

Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial (Sebuah Kajian Pendekatan Struktural), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. 1, cet. 2, h. 30.

28

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. 1, h. 22.

29

Enok Maryani, Kajian Ilmu Sosial (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial), (Ciputat: FITK Jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta, 2007), h. 34.

30

Sardjiyo, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), Cet. 9, Ed. 2, h. 1.32.


(35)

ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.”31 IPS menurut Etin Solihatin dan Raharjo, yaitu:

IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga

Sosial Studies yang mengembangkan kurikulum di AS ( Marsh, 1980; Martorella, 1976). Kurikulum Pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu.32

Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.33

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai ke pendidikan menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi, yang mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat dalam segala aspek kehidupan masyarakat tersebut.

2) Ruang Lingkup IPS

IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Terpadu) meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut:

a. Geografi meliputi manusia, tempat dan lingkungan.

31

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet. 1, h. 11.

32

Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS),

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, cet. 3, h. 14.

33 http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/

, diakses pada tanggal 24 Februari 2011.


(36)

b. Sejarah meliputi waktu, keberlanjutan dan perubahan. c. Sosiologi meliputi sistem sosial dan budaya.

d. Ekonomi meliputi perilaku ekonomi dan kesejahteraan.34 Berdasarkan uraian mengenai ruang lingkup IPS, dapat disimpulkan bahwa pokok bahasan atau topik yang terdapat dalam mata pelajaran IPS tidak semata-mata didasarkan atas kepentingan ilmu-ilmu sosial seperti geografi, sosiologi, antropologi, ekonomi, ilmu politik dan sejarah secara terpisah-pisah, akan tetapi IPS merupakan gabungan dan perpaduan dari beberapa macam ilmu sosial.

3) Tujuan IPS

Setiap bidang studi yang tercantum dalam kurikulum sekolah, telah dijiwai oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) bidang studi tersebut secara keseluruhan. Tujuan ini disebut tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan institusional dan tujuan pendidikian nasional. Ada beberapa pendapat mengenai tujuan IPS, yaitu:

Menurut Sardiyo “pembelajaran IPS bertujuan untuk

membentuk warga Negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.35

Menurut Sapriya tujuan IPS yaitu

tujuan utama IPS di tingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan

34

Sardjiyo, Pendidikan IPS…, h. 2.5.

35


(37)

mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.36

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo ”tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”37

Menurut Syafruddin Nurdin, “Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial

budaya”.38

Dari beberapa pendapat di atas mengenai tujuan IPS, dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS yaitu untuk membentuk anak didik agar mampu mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

h. Hasil Belajar IPS

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang tujuan dari penilaian hasil belajar, yakni “untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.”39 Melalui proses pembelajaran, diharapkan ada peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, yang dapat dilihat salah satunya adalah melalui penilaian hasil belajar. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan

36

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep …, h. 12

37

Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning …, h. 15

38

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan …, h. 24.

39 http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf, diakses tanggal 3 Juli 2011.


(38)

indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.40

Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007, yaitu bahwa:

penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.41 Dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, dengan menggunakan tes atau nontes. Kata hasil mempunyai arti “pendapatan atau perolehan”. Dalam penelitian ini hasil diartikan sebagai pendapatan atau perolehan dari seseorang dengan menunjukkan kecakapan dan kemampuannya. Hasil belajar ini biasanya ditunjukkan melalui perolehan nilai, keterampilan, perilaku dan lain sebagainya. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah “ pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasari pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan

sejarah”. Hasil belajar IPS adalah perolehan yang dicapai peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran IPS berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi peserta didik untuk kehidupan sosialnya.

Dan untuk meningkatkan hasil belajar IPS, dalam kegiatan pembelajaran harus menarik sehingga para siswa termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus merancang proses pembelajaran yang melibatkan para siswa secara aktif sehingga tercapai hasil belajar sesuai

40 http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf, diakses tanggal 3 Juli 2011.

41 http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf, diakses tanggal 3 Juli 2011.


(39)

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Agar hasil belajar IPS dapat meningkat, maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan para siswa secara aktif. Adapun strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan para siswa secara aktif adalah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write. Dengan metode ini diharapkan para siswa menjadi terlatih dalam suatu permasalahan kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok dan pada akhirnya dituliskan dalam bahasa sendiri dari hasil belajar yang diperoleh para siswa tersebut. Selain metode pembelajaran Think Talk Write, metode pembelajaran Numbered Head Together juga merupakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan para siswa dilatih untuk bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya.

Keberhasilan hasil belajar IPS Terpadu adalah tercapainya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS Terpadu kelas Delapan (VIII) SMP/MTs., semester genap berdasarkan Standar Isi, Permendiknas No. 22 Tahun 2006.

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Terpadu kelas Delapan:42

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Memahami usaha persiapan kemerdekaan

5.1 Mendeskripsikanperistiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya negara kesatuan RepublikIndonesia

5.2 Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia

6. Memahami pranata dan penyimpangan sosial

6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial

42


(40)

6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat

6.3 Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial

7.Memahami kegiatan

perekonomian Indonesia

7.1 Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya 7.2 Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia 7.3 Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian nasional

7.4 Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS mengandung pengertian sebagai pendapatan atau perolehan berupa kecakapan dan kemampuan terhadap ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi peserta didik untuk kehidupan sosialnya.

2. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan untuk dapat mengarahkan seorang guru dalam mendesain pembelajaran dan untuk membantu para siswa mencapai tujuan pembelajaran. Di bawah ini akan mengemukakan pengertian metode pembelajaran, yaitu:

Menurut Syaiful Djamarah dan Aswan Zein “metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin


(41)

dicapai setelah pengajaran berakhir.”43 Dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia Terbaru mendefinisikan “metode adalah suatu cara yang telah diatur dan berpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud dalam

ilmu pengetahuan dan sebagainya.”44

Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Fungsi metode menurut Akhmad Sudrajat berarti

sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat

diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.45

Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Apapun metode yang digunakan, hendaknya guru dapat membawa suasana pembelajaran yang edukatif, dapat menempatkan peserta didik agar dapat terlibat langsung secara aktif dalam menghidupkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Menurut Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, “metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks

transfer of knowledge dan transfer of values. Metode tersebut, membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga

43

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar. Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), ed. Revisi, h. 46.

44

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Amelia, 2003), cet. 1, h. 281.

45 http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/, diakses pada tanggal 16 November 2010


(42)

kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal.”46 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu kerangka yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, dengan menggunakan atau merancang metode pembelajaran itu sangat penting bagi guru untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang metode pembelajaran. karena dengan menguasai beberapa metode pembelajaran, maka seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran akhirnya dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa definisi pembelajaran kooperatif, yakni:

Menurut Kunandar “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.”47 Menurut Etin Solihatin dan Raharjo “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.”48

Menurut Yatim Riyanto, pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan

46

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan…, h. 122

47

Kunandar, Guru Profesional…, h. 337

48


(43)

sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.

Model belajar cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Model belajar cooperative learning juga mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.49

Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi “model pembelajaran

kooperatif merupakan model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan

pembelajaran.”50

Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.51 Menurut Isjoni dan Mohd Arif Ismail “pembelajaran kooperatif merupakan satu pendekatan mengajar di mana siswa bekerjasama di antara satu dengan yang lain dalam suatu kumpulan belajar yang kecil

49

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran …, h. 271.

50

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas (Metode, Landasan Teoritis-Praktis dan Penerapannya, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), cet. 1, h. 67.

51 http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm,

diakses pada tanggal 24 Februari 2011


(44)

untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan yang telah diberikan oleh guru.”52

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang dapat

membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan

meningkatkan pemahaman mengenai konsep-konsep materi yang dipelajari dengan cara bekerja bersama-sama dan membentuk kelompok-kelompok kecil.

c. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa jenis atau variasi dalam model pembelajaran kooperatif. Setidaknya terdapat lima pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, di antaranya yaitu:

1) Think-Shair-Pair (Belajar dengan Teman)

Strategi ini berguna untuk mendengarkan satu sama lain serta memiliki kesempatan waktu yang lebih banyak. Setelah berdiskusi berpasangan, siswa diharapkan akan dapat belajar berbicara dan mendengarkan orang lain. Urutan strategi pembelajaran kelompok Think-Share-Pair ini adalah sebagai berikut:

a) Siswa mendengarkan, sementara guru memberikan pertanyaan atau tugas.

b) Siswa diberi waktu untuk memikirkan jawaban atau respon secara individu.

c) Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dan membicarakan tanggapan mereka.

d) Siswa kemudian diundang untuk berbagi tanggapan dengan seluruh kelompok atau pasangan lain.

2) Numbered Heads Together (NHT)

Strategi ini berguna untuk memeriksa pemahaman, untuk meninjau, sebagai obat penawar untuk seluruh kelas menjawab pertanyaan-format.

Langkah:

Siswa membentuk suatu tim dari 3-5 siswa dan diberi nomor untuk tiap siswa. Kelompok merupakan percampuran yang

52

Isjoni dan Mohd. Arif Ismail, Pembelajaran Visioner (Perpaduan Indonesia-Malaysia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet.1, h. 29


(1)

48. Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, cet. 3, h. 4.

49. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed. 1, cet. 1, h. 271.

50. Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas (Metode, Landasan Teoritis-Praktis dan Penerapannya, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), cet. 1, h. 67.

51. http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm, diakses pada tanggal 24 Februari 2011

52. Isjoni dan Mohd. Arif Ismail, Pembelajaran Visioner (Perpaduan Indonesia-Malaysia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet.1, h. 29

53. Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas (Metode, Landasan Teoritis-Praktis dan Penerapannya, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), cet. 1, h. 175-178.

54. Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed. 1, h. 337-338.

55. http://www.salamiah.co.cc/2011/02/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html, diakses pada tanggal 24 Februari 2011

56. Sam. S. Warib, Kamus Lengkap 2 Milyar Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, (Jakarta: Sandro Jaya, 2004), cet.1, h. 231 57. Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru,

(Surabaya: Amelia, 2003), cet. 1, h. 325


(2)

Indonesia-Inggris, (Jakarta: Sandro Jaya, 2004), cet.1, h. 228. 59. Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru,

(Surabaya: Amelia, 2003), cet. 1, h. 89.

60. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet. 2, h. 84.

61. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet. 2, h. 85.

62. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet. 2, h. 85.

63. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet. 2, h. 86-87.

64. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet. 2, h. 87-88.

65. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet. 2, h. 88.

66. Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. 1, h. 62.

67. Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed. 1, h. 346.

68. Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas (Metode, Landasan Teoritis-Praktis dan Penerapannya, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), cet.


(3)

1, h. 176.

69. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed. 1, cet. 1, h. 277.

70. Trianto, Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik , (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. 1, h. 63.

71. Siti Aisyah, ”Pengaruh Metode Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Retensi Siswa”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 65, t.d.

72. Maesaroh, ”Pengaruh Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 59, t.d.

73. Abdul Rahman, ”Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 75, t.d.

74. Ubaidillah, ”Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dengan Teknik Kepala Bernomor (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 67, t.d.

BAB III

1. Husaini Umar dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 139.


(4)

Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cet II, h. 116.

3. http://86irul.blogspot.com/2009/05/tes-prestasi-hasil-belajar.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2011

4. Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian SosiaL Dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cet II, h. 173. 5. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,

(Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, cet. 9, h. 210.

6. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, cet. 9, h. 211

7. Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: CV. ALFABETA, 2007), h. 140.

Jakarta, 17 Juli 2011

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. H. Nurrochim, MM NIP. 19590715 198403 1003


(5)

i ABSTRAK

ISMI LUTFIYAH. 107015000360. Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa

Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Dan

Numbered Head Together (NHT) Di SMP Islamiyah Ciputat. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2011.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT) di SMP Islamiyah Ciputat. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu cara melakukan penelitian dengan percobaan. Metode ini digunakan untuk menelaah adanya perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-2 dan kelas VIII-3 SMP Islamiyah Ciputat. Kelas VIII-2 terdiri dari 40 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan Think Talk Write (TTW). Kelas VIII-3 terdiri dari 41 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan metode Numbered Head Together (NHT). Instrumen yang dipakai adalah tes. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT) dengan diperoleh nilai ℎ� ��< �� � � 0,46 < 1,66; 2) Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat terlihat dari mean gainnya sebesar 0,56 lebih baik daripada mean gain kelompok yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) yaitu 0,11. Dengan demikian nampak bahwa hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW).


(6)

ABSTRACT

ISMI LUTFIYAH. 107015000360. The Defference of Social Science Education Learning Student Achievement with Think Talk Write (TTW) Learning Method and Numbered Head Together (NHT): study to student of SMP Islamiyah Ciputat. Thesis. Jakarta: Social Science Education Program Faculty Of Tarbiyah And Teaching Science Of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN). 2011.

The objective of this research is to examine the defference of social science education learning student achievement with Think Talk Write (TTW) and Numbered Head Together (NHT) of SMP Islamiyah Ciputat, to compare the defference social science education learning student achievement by Think Talk

Write (TTW) and Numbered Head Together (NHT), and know student’s response

with cooperative learning applied.

The research is held 81 students from class VIII of Islamiyah Ciputat that device to two group of experiment and control with the number of experiment group is 40 student and the number of control group is 41 student. Data were collected from test (30 items), and observation to know learning method process, using experiment design. Analyse data with t-test at signification 5 %.

The results of this research: 1) There is nothing the defference of social science education learning student achievement with Think Talk Write (TTW) learning method and Numbered Head Together (NHT), and obtained value ℎ� �� 0,46 and ��1,66. 2) The result show that at signification 5 % with mean gain Numbered Head Together (NHT) 0,56 and mean gain Think Talk Write (TTW) 0,11 hence can be said that Numbered Head Together (NHT) learning method is better than Think Talk Write (TTW) learning method.