proses pembelajaran seperti komputer, Over Head Proyektor OHP, film, pedoman pelaksanaan pembelajaran, seperti kurikulum dan administrasi
pembelajaran. Dalam metode pembelajaran terdapat lima unsur dasar yakni yang pertama
langkah-langkah operasional pembelajaran, yang ke dua suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, yang ketiga menggambarkan seharusnya guru
memandang, memperlakukan, dan merespon peserta didik, yang ke empat semua sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, yang
terakhir adalah hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang akan dicapai.
b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Berbagai metode pembelajaran dikelompokkan berdasarkan model-model yang merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Pengertian model pembelajaran menurut Nurochim, dkk,
adalah “kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pem
belajaran.”
40
Sedangkan pengertian model pembelajaran menurut Sugandi adalah “kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.”
41
Jadi model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman pendidik untuk mencapai tujuan belajar. Model- model pembelajaran adalah sebagai berikut:
1 Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual
adalah konsep
pembelajaran yang
mengharuskan guru untuk menghubungkan antara materi pelajaran dengan situasi
40
Nurochim, dkk, Bahan Ajar Strategi Pembelajaran IPS, h.81
41
Nurul Inayah, “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ Cooperatife Integrated Reading And Composition Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII Smp Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran 20062007
”, Skripsi S1 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, 2007. h. 15
dunia nyata peserta didik. Model pembelajaran ini berusaha untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menghubungkan antara
pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan
proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran kontekstual ini didasarkan pada hasil penelitian dari John
Dewey yang menyimpulkan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang diketahui dan kegiatan
atau peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Juga dilandasi oleh teori belajar dari Jerome Brunner yang mengatakan belajar merupakan usaha
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna bagi dirinya.
42
Dalam penerapan model pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran melalui peristiwa yang
terjadi di sekelilingnya. Dalam hal ini guru lebih banyak menerapkan dengan strategi penyelesaian suatu masalah daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.
Hakekat Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
Constructivism,
bertanya Questioning,
menemukan Inquiri,
masyarakat belajar Learning Community, pemetodean Metodeing, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment.
43
Konstrukstivisme adalah membangun pemahaman peserta didik dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus diatur
menjadi proses membangun bukan menerima pengetahuan. Inquiry adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dan peserta didik belajar
42
“Metode Pembelajaran Berbasis Kontekstual”, artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari
http:wahyuti4tklarasati.blogspot.com201010metode-pembelajaran-berbasis- kontekstual.html
43
Sohibul Mutolib Al Jabaly, “ Metode Pembelajaran Kontekstual”, artkel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:pendidikanberkarakter.blogspot.com200810metode-pembelajaran-
kontekstual.html
menggunakan keterampilan berpikir kritis. Questioning adalah kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Learning
community masyarakat belajar adalah sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar, bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar
sendiri untuk bertukar pengalaman dan berbagi ide. Metodeing adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Reflection
adalah berpikir tentang apa yang telah dipelajari kemudian mencatat apa yang telah dipelajari lalu membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. Authentic
Assesment Penilaian yang sebenarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa dengan menggunakan penilaian
kinerja dan tugas-tugas yang relevan dan kontekstual. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari metode pembelajaran
kontekstual teaching
learning adalah
kerjasama, saling
menunjang, menyenangkan, belajar dengan bersemangat, pembelajaran yang terintegrasi
dengan menggunakan berbagai sumber, peserta didik berperan aktif dan kritis sedangkan guru kreatif, laporan kepada orang tua tidak hanya rapor tetapi hasil
karya siswa. Melalui metode pembelajaran kontekstual teaching learning peserta didik memperoleh pengalaman dari lingkungan sekitar.
2 Model Pembelajaran Kuantum
Menurut Herdian, “Pengembang dari Quantum Teaching adalah De Porter dan mulai dipraktekkan pada tahun 1992 dengan mengilhami rumus yang terkenal
dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi yang
mengu bah energi menjadi cahaya.”
44
Dalam hal ini makna dari pembelajaran quantum adalah adanya interaksi-interaksi yang dapat mengubah kemampuan dan
bakat alamiah peserta didik yang berbeda-beda dalam hal ini sebagai energi menjadi ketrampilan yang bermanfaat dalam hal ini dianggap sebagai cahaya.
Karakteristik quantum teaching adalah sebagai berikut: berdasar pada psikologi kognitif, pembelajar sebagai pusat perhatian, menyeimbangkan potensi
manusia dengan lingkungan, pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-
44
Herdian, “Metode Pembelajaran Quantum,” artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:herdy07.wordpress.com
interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah pikiran dan bakat alamiah yang bermanfaat, dan memadukan konteks dan isi pembelajaran.
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian menurut Rachmad Widodo quantum teaching adalah
“berbagai macam interaksi yang terjadi di dalam dan di sekitar peristiwa belajar.
”
45
Interaksi- interaksi ini membangun landasan dan kerangka untuk belajar yang dapat
mengubah kemampuan dan bakat siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi peserta didik. Quantum Teaching ini juga menerapkan percepatan belajar dengan
menhilangkankan hambatan-hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan
pengajaran yang sesuai, cara penyajian yang efektif, dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Di samping itu Quantum Teaching juga memudahkan
segala hal untuk menghilangkan hambatan belajar dan mengembalikan proses belajar ke keadaan yang mudah dan alami.
Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan model pembelajaran quantum adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kelas
mengandung dan menyampaikan pesan tentang belajar. Belajar mempunyai tujuan yang terukur. Model pembelajaran quantum menghendaki agar siswa belajar
dengan mengalami sesuatu yang terkait dengan informasi yang sedang dipelajarinya. Belajar merupakan suatu rangkaian usaha siswa dalam mencapai
tujuan-tujuan belajar, dan usaha itu sendiri mengandung resiko. Oleh sebab itu siswa-siswa pantas memperoleh pengakuan terutama dari guru atas usaha, kerja
keras, kecakapan, dan kepercayaan diri siswa. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran quantum merupakan model
pembelajaran yang dapat mengubah potensi yang ada di diri siswa menjadi hal yang bermanfaat dengan menggunakan lingkungan yang terkait dengan materi
yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam belajar.
45
Rachmad Widodo, “Model Pembelajaran,” artikel diakses pada Artikel diakses pada 21 Juni
2010 dari
http:www.infogue.comviewstory20091013pengertian_dan_macam_model_pembelajaran?url =http:wyw1d.wordpress.com20091012model-pembelajaran.
3 Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran yang lain adalah model pembelajaran tematik. Pengertian tema menurut Departemen Pendidikan Nasional
, “tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
”
46
Sedangkan m
enurut Kunandar, “tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.”
47
Di dalam pembelajaran, tema diberikan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh,
memperkaya perbendaharaan pengetahuan peserta didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam
beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali pertemuan. Dengan model pembelajaran tematik diharapkan peserta didik dapat
memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dipahami. Pelaksanaan model
pembelajaran tematik ini, berawal guru memilih tema yang berkaitan dengan materi pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi pokok bahasan yang
harus dikembangkan. Tema yang dipilih diharapkan peserta didik dapat memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu sehingga mampu mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
Beberapa keuntungan dari pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut yang pertama pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan sehingga kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi. Yang
kedua peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas sehingga lebih bersemangat
belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. Yang ketiga guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat
46
Tarmid zi Ramadhan, “Pembelajaran Tematik,” artikel diakses pada 27 Februari 2011
dari http:tarmizi.wordpress.com20081204metode-pembelajaran-tematik-kelebihan-dan- kelemahannya
47
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. h.311.
dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
pengayaan. Menurut Kunandar kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah
sebagai berikut: 1.
Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3.
Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4.
Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan
orang lain. 7.
Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
48
Selain terdapat beberapa kelebihan pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila
dilakukan oleh guru tunggal. Contohnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan
merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang
inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai.
Karakteristik model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut berpusat pada peserta didik yang terlibat langsung sebagai subjek belajar sedangkan guru
sebagai fasilitator. Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung sehingga siswa dapat memahami hal-hal yang lebih abstrak. Dalam pembelajaran
tematik pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Pembelajaran tematik menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik
menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
48
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. h.315
Dalam pembelajaran tematik tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan. Tema yang dipilih hendaknya dekat dengan kehidupan peserta didik, dari tema
yang paling sederhana hingga yang lebih sulit, tema tersebut hendaknya menarik minat untuk belajar, tema yang dipilih seharusnya adalah peristiwa-peristiwa yang
sedang terjadi. Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai
berikut: penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator, menentukan tema, menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema
pemersatu, sebelum pelaksanaan pembelajaran guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
4 Model Pembelajaran PAIKEM
Model pembelajaran PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Yang dimaksud dengan aktif
menurut A.Tarmidzi Ramadhan adalah “suasana kelas yang peserta didiknya aktif
bertanya dan mengungkapkan gagasan. ”
49
Menurut Agus Suprijono, inovatif dalam hal ini adalah
“proses pembelajaran yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar”.
50
Kreatif adalah pembelajaran seharusnya dapat mengembangkan pemikiran kritis kemampuan berpikir tentang hal-hal yang baru dan menghasilkan penyelesaian
tentang suatu masalah. Efektif adalah memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat. Menyenangkan dalam hal ini adalah pembelajaran
diciptakan sebagai kondisi yang peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan ikhlas tanpa ada beban dalam diri peserta didik tersebut.
Menurut Bustamam Ismail ada empat prinsip utama dalam proses pembelajaran PAIKEM. Prinsip utama tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, proses Interaksi dalam hal ini adalah siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, dan
49
A.Tarmizi Ramadhan, “Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
,” artikel
diakses pada
Jum’at 3
Juni 2011
dari http:tarmizi.wordpress.com20081111pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-
menyenangkan
50
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasinya, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009 h. X
lingkungan. Kedua, proses Komunikasi siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui
cerita, dialog atau melalui simulasi role-play. Ketiga, proses Refleksi, siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka
telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan. Keempat, proses Eksplorasi siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua
indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan wawancara.
51
Berdasarkan pendapat di atas model pembelajaran PAIKEM merupakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk mengungkapkan ide
dan gagasanya sehingga dapat menemukan dan memahami materi pelajaran sendiri. Model pembelajaran PAIKEM juga menekankan adanya interaksi antar
siswa dengan siswa yang lain atau dengan sumber belajar sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan dan dapat saling bertukar ide.
5 Model Pembelajaran Kolaboratif
Menurut Ted Panitz, “pembelajaran kolaboratif adalah filsafat interaksi
dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai
tujuan bersama.”
52
Dari pendapat tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa kolaborasi adalah sekelompok orang yang saling menghormati dan menghargai
kemampuan dan sumbangan setiap anggota kelompok. Di kelompok tersebut terdapat pembagian kewenangan dan penerimaan tanggung jawab di antara para
anggota kelompok untuk melaksanakan tindakan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengembangkan kerjasama, interaksi, berbagi ide dan gagasan, saling membina
antar peserta didik atau dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Inti dari pembelajaran kolaboratif adalah adanya saling belajar dan membelajarkan
saling bertukar pikiran, bertanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, keberhasilan kelompok adalah keberhasilan inividu begitu juga sebaliknya.
51
Bustamam Ismail, “Pengembangan model Pembelajaran PAIKEM dengan Pendekatan
SETS, Artikel diakses pada 3 Juni 2011 dari http:hbis.wordpress.com20100704pengembangan- model-pembelajaran-paikem-dengan-pendekatan-sets
52
“Pembelajaran Kolaboratif”, artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:ruhcitra.wordpress.com20080809pembelajaran-kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif dilandasi oleh pandangan bahwa pengetahuan diperoleh sebagai dari proses konstruksi yang berkesinambungan di dalam diri setiap peserta
didik. Pembelajaran kolaboratif menciptakan lingkungan sosial yang kondusif
untuk terlaksananya interaksi yang memadukan segenap kemauan dan kemampuan belajar peserta didik. Lingkungan sosial yang dibentuk berupa
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima peserta didik pada setiap kelas dengan anggota-anggota kelompok yang sedapat mungkin tidak
bersifat homogen. Anggota-anggota suatu kelompok diupayakan terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan, siswa yang relatif aktif dan yang kurang aktif, siswa
yang relatif pintar dan yang kurang pintar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif
adalah peserta didik belajar secara berkelompok dan bekerjasama, sehingga keberhasilan individu tergantung pada keberhasilan kelompoknya, pengetahuan
diperoleh melalui interaksi antara panca indra dan anggota kelompoknya. Menurut Johnsons
terdapat lima unsur dasar agar dalam suatu kelompok terjadi pembelajaran kolaboratif, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran ini setiap peserta
didik harus merasa bahwa ia bergantung secara positif dan terikat dengan antarsesama anggota kelompoknya dengan tanggung jawab untuk
menguasai bahan pelajaran dan memastikan bahwa semua anggota kelompoknya pun menguasainya.
2. Interaksi langsung antar peserta didik. Hasil belajar yang terbaik dapat
diperoleh dengan adanya komunikasi verbal antar anggota kelompok yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling
berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar.
3. Pertanggungjawaban individu. Agar dalam suatu kelompok dapat
menyumbang, mendukung dan membantu satu sama lain, setiap anggota dituntut harus menguasai materi yang dijadikan pokok bahasan. Dengan
demikian setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari pokok bahasan dan bertanggung jawab pula terhadap hasil
belajar kelompok.
4. Keterampilan berkolaborasi. Keterampilan sosial peserta didik sangat
penting dalam pembelajaran. Siswa dituntut mempunyai keterampilan berkolaborasi, sehingga dalam kelompok tercipta interaksi yang dinamis
untuk saling belajar dan membelajarkan sebagai bagian dari proses belajar kolaboratif.
5. Keefektifan proses kelompok. Peserta didik memproses keefektifan
kelompok belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat
menyumbang belajar dan mana yang tidak serta membuat keputusan- keputusan tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah.
53
Ada banyak macam metode pembelajaran yang termasuk ke dalam model pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh para ahli maupun
praktisi pendidikan yaitu sebagai berikut Learning Together, Teams-Games- Tournament
TGT, Group
Investigation GI,
Academic-Constructive Controversy AC, Jigsaw Proscedure JP, Student Team Achievement Divisions
STAD, Complex Instruction CI, Team Accelerated Instruction TAI, Cooperative Learning Stuctures CLS, Cooperative Integrated Reading and
Composition CIRC. Dapat disimpulkan bahwa belajar yang kolaboratif sebagai proses untuk
meningkatkan tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Para pelajar bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan
informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator, yang memberikan dukungan
tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
6 Model Pembelajaran Kooperatif
a Latar Belakang Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu penekanan
pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran, Vigotsky mengemukakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam diskusi atau
kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
dimana pebelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu materi pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam
53
“Pembelajaran Kolaboratif”, artikel diakses pada 27 Februari 2011 dari http:ruhcitra.wordpress.com20080809pembelajaran-kolaboratif
kelompok belum menguasai bahan pembelajaran yang diberikan, sehingga keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan individu.
b Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara
bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelomponya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok
kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan pengertian tersebut, menurut Slavin,
kooperatif learning adalah “model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan bekerja sama yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan strukur anggotanya yang bersifat heterogen,
keberhasilan dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik aktivitas secara individual maupun secara kelompok.”
54
Dalam hal ini, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan
aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative Learning juga dapat
diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Made Wena adalah “saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab
individu untuk mencapai keberhasilan kelompok, ketrampilan menjalin hubungan antarpribadi.”
55
Dalam Wikipedia, “pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang
54
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 4
55
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara, 2009 h. 191
untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar peserta didik. Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky yang menekankan pada interaksi sosial
sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif .”
56
Menurut Holubec yang dikutip oleh Yusti Arini mengemukakan belajar kooperatif adalah sebagai berikut.
Belajar koopertif merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi
yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Sementara itu, Bruner dalam Siberman menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan
kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan.
57
Pembelajaran kooperatif menurut Made Wena adalah “siswa membentuk
kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, siswa yang pandai mengajar siswa yang kurang pandai, siswa yang kurang pandai
belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang memotivasinya, siswa yang kurang aktif harus berpartisipasi aktif supaya diterima
oleh anggota kelompokknya.”
58
Jadi inti dari model pembelajaran kooperatif adalah adanya kerjasama antar anggota kelompok peserta didik yang memiliki karakteristik dan
kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Namun pembelajaran kooperatif tidak hanya belajar kelompok, tetapi
ada tanggung jawab yang bersifat kooperatif sehingga terjadi interaksi aktif antar anggota kelompok untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif diskusi dan komunikasi dikembangkan, hal ini bertujuan untuk peserta didik saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
56
Wikipedia, “Pembelajaran Kooperatif, “Artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:id.wikipedia.orgwikiPembelajaran_kooperatif
57
Yusti Arini, “Metode Pembelajaran Kooperatif Coopertive Learning Dan Aplikasinya Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran
,” artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:yusti-arini.blogspot.com200908metode-pembelajaran-kooperatif.html
58
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, h. 189
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan perbedaan anggota kelompok
sebagai tempat peserta didik bekerjasama dan menyelesaikan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebaya.
Ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif adalah untuk memahami materi pelajaran para peserta didik belajar dalam kelompok secara kooperatif
yang anggota kelompoknya terdiri dari peserta didik memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, jika dalam kelas terdapat peserta didik yang
terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda pula, penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
59
Dalam model pembelajaran kooperatif, untuk mencapai tujuan pembelajaran dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok yang berbeda
tingkat kecerdasannya, ras, suku, dan budaya untuk saling berinteraksi, keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan individu. Untuk itu setiap
anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian model pembelajaran kooperatif adalah kerangka konseptual dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara membentuk kelompok yang
beranggotakan empat sampai enam orang, yang berbeda tingkat kecerdasannya, ras, suku, dan budaya untuk saling berinteraksi, untuk mencapai tujuan
pembelajaran, model pembelajaran kooperatif ini tidak hanya belajar kelompok, tetapi ada tanggung jawab yang bersifat kooperatif sehingga terjadi interaksi aktif
antar anggota kelompok untuk memahami materi pelajaran. Dalam pelaksanaan model kooperatif peserta didik saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir
kritis, saling menyampaikan pendapat, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
c Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan kondisi yang keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
59
Wikipedia,“Pembelajaran Kooperatif” artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:ipotes.wordpress.com20080510metode-pembelajaran-kooperatif
kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif menurut Departemen Pendidikan Nasional ada tiga tujuan seperti yang dikutip oleh Sofyan. Tujuan tersebut adalah sebagai
berikut: Tujuan pertama, yang pertama yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan
meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademiknya. Peserta didik yang lebih memahami materi pelajaran akan menjadi nara
sumber bagi yang kurang paham materi. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar peserta didik dapat
menerima teman-teman yang mempunyai berbagai perbedaan dalam belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama,
kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial
peserta didik. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mendukung teman
untuk bertanya, menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja.
60
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model ini dapat membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit. Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa yang memiliki kemampuan akademik yang rendah maupun siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi
untuk bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Tujuan lain dari model pambelajaran kooperatif adalah penerimaan
terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. Komunikasi di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak
cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memungkinkan pebelajar yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu dengan yang lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu
dengan yang lain. Keterampilan sosial penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Banyak
jenis pekerjaan di masyarakat dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung
60
Sofyan, “Metode Pembelajaran Kooperatif”, artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:forum.um.ac.idindex.php?topic=18078.0
satu sama lain dan di dalam masyarakat yang memiliki kebudayaan beragam. Atas dasar itu, tujuan penting yang lain dari pembalajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Cooper mengungkapkan keuntungan dari model pembelajaran kooperatif,
antara lain: “1 peserta didik mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2 peserta didik dapat mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi, 3 meningkatkan ingatan peserta didik, dan 4 meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.”
61
Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran kooperatif sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran karena untuk mendidik siswa bertanggung jawab dan
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, kemampuan berpikir dan ingatan serta pemahaman siswa menjadi meningkat.
d Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Berbagai model pemelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran memiliki krakterisktik masing-masing yang membedakan model yang satu dengan
model yang lain. Karakteristik model pembelajaran kooperatif menurut Lundgren dan Arends adalah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya
dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. Siswa haruslah berpandangan
bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan. yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
Siswa berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.
62
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijabarkan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif adalah para siswa memiliki tanggung jawab individu dan
tanggung jawab kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
61
Wikipedia,“Pembelajaran Kooperatif” artikel diakses pada 26 Februari 2011 dari http:ipotes.wordpress.com20080510metode-pembelajaran-kooperatif
62
Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar. h. 178
ditetapkan, para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab dengan sesame anggota kelompok, evaluasi dan penghargaan dilakukan secara berkelompok.
e Prosedur Umum Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran model pembelajaran kooperatif dipilah menjadi empat langkah, yaitu;
“orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan.
”
63
Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai berikut:
Yang pertama adalah orientasi. Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk mengarahkan tentang apa
yang akan dipelajari dan bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah dan hasil akhir yang
diharapkan dikuasai oleh siswa. Yang kedua adalah kerja kelompok. Pada tahap ini siswa melakukan
kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau menerapkan suatu konsep yang
dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, atau browsing internet.
Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di
luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator
bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar pebelajar, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan
bantuan pada saat diperlukan. Yang ketiga adalah tes atau kuis untuk evaluasi. Pada akhir kegiatan
kelompok diharapkan semua siswa telah memahami konsep, topik, atau masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau
kuis untuk mengetahui pemahaman terhadap konsep, topik, atau masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan
keterampilan.
63
Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar. h. 178
Yang keempat adalah penghargaan kelompok. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh
kenaikan skor dalam tes individu. Dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif cooperative learning
adalah konsep yang lebih luas, yang meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk yang lebih dibimbing oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Secara umum, belajar kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dalam hal ini guru menetapkan tugas dan pertanyaannya serta menyediakan bahan-bahan
dan informasi yang dirancang untuk membantu murid dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada
akhir tugas.
f Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Model Kooperatif
Berikut ini dua jenis metode yang termasuk ke dalam model pembelajaran kooperatif.
a Metode Make A-Match
Langkah-langkah metode pembelajaran Make A-Match menurut Agus Suprijono adalah sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan dua kelompok kartu, yakni kartu soal dan kartu
jawaban. 2.
Guru membagi peserta didik menjadi tiga kelompok, yakni kelompok pembawa kartu soal, pembawa kartu jawaban, dan kelompok penilai.
3. Guru mengatur posisi kelas seperti huruf U, kelompok pembawa kartu
soal dan pembawa kartu jawaban posisinya saling berhadapan. 4.
Setelah masing-masing kelompok berada pada posisi yang sesuai, guru membunyikan peluit, sebagai tanda agar kelompok pembawa kartu soal
dan pembawa kartu jawaban mencari pasangan pertanyaan dan jawaban yang cocok.
5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi.
6. Pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang sudah ditemukan,
ditunjukkan kepada kelompok penilai, kelompok ini membaca apakah pasangan kartu soal dan jawaban tersebut merupakan pasangan kartu
yang cocok.
7. Setelah penilaian dilakukan, guru mengatur kembali agar kelompok
pembawa soal dan pembawa kartu jawaban menjadi satu kelompok, dan berperan sebagai kelompok penilai, sedangkan kelompok penilai pada
sesi yang pertama, dibagi menjadi dua kelompok menjadi kelompok
pembawa kartu soal dan kartu jawaban, pada sesi ini guru melaksanakan tahapan yang sama dari tahap 1 sampai 6.
8. Tahap terakhir guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
bertanya, guru menyimpulkan materi bersama-sama dengan siswa.
64
Melalui metode pembelajaran Make A-Match peserta didik bertanggung jawab untuk mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dimilikinya,
dengan cara mencari dan berdiskusi dengan peserta didik yang lainnya, dengan demikian metode Make A-Match dapat menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan karena ada interaksi aktif dengan teman sebaya. Kebaikan dari metode Make A-match adalah terciptanya suasana
kegembiraan dalam proses pembelajaran sebab siswa akan bergerak untuk mencari pasangan dari kartu yang dimilikinya dengan bergerak juga akan
mengatasi kejenuhan siswa. Model pembelajaran ini akan menumbuhkan kerjasama dan interaksi yang dinamis antar sesama siswa untuk menemukan
pasangan kartu sesuai dengan waktu yang ditentukan. Selain itu model pembelajaran ini akan memunculkan gotong royong yang merata diseluruh siswa.
Kelemahan dari metode Make A-match adalah jika jumlah siswa yang ada lebih dari 30 orang, akan timbul suasana yang gaduh yang tidak terkendali.
Suasana ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas yang lainnya, apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Hal ini dapat diantisipasi dengan menyepakati
beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum menerapkan model pembelajaran ini, seperti tidak membuat kegaduhan.
b Metode Team Quiz
Model pembelajaran aktif Tipe quiz team yang dikemukakan oleh Dalvi bahwa: “Merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar. ”
65
Dalam tipe quiz team ini, diwali dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam tiga
kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban
64
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasinya, h. 94
65
Setia Telaumbanua. Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team Kepada Siswa. Artikel diakses pada 17 Juni 2011 dari http:www.psb-psma.orgcontentblog3479-penerapan-
metode-belajar-aktif-tipe-quiz-team-kepada-siswa.
untuk memahami materi pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka
terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
Langkah-langkah metode pembelajaran Team Quiz menurut Hisyam Zaini adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen
2. Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok, A,B,C.
3. Sampaikan kepada peserta didik format pembelajaran yang akan
disampaikan kemudian mulai presentasi. Batasi presentasi maksimal 10 menit.
4. Setelah presentasi, minta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan berkaitan dengan materi yang disampaikan. Kelompok B, dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan yang
dimiliki.
5. Kelompok A sebagai pemimpin quiz memberi pertanyaan kepada
kelompok B, jika kelompok B tidak bisa menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok
C tidak bisa menjawab, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok B.
7. Jika tanya jawab sesi pertama selesai, lanjutkan pembelajaran sesi
kedua, dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya, lakukan seperti proses untuk kelompok A.
8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyanya, dilanjutkan
pembelajaran sesi ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai penanya.
9. Akhiri proses pembelajaran dengan menyimpulkan, tanya jawab dan
penjelasan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru.
66
Metode Team Quiz menurut Melvin L. Siberman “dapat meningkatkan
kemampuan dan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.”
67
Dengan peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok yang memiliki tugas dan tanggung jawab
yang sama yakni untuk memimpin dan bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, maka kemampuan dan tanggung jawab peserta didik
dapat meningkat.
66
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008 h.54-55
67
Melvin L. Siberman, 101 Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2006 h. 163
3. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar