PENUTUP Peran Program Pembelajaran Tahsin Qiraah Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur'an Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hdayatullah Jakarta
ditunjukan kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab sebelum turunnya al-
Qur’an, bahkan sampai akhir ayatnya. Perintah ini juga berlaku untuk seluruh umat manusia, karena realisasi perintah
tersebut merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi
”.
2
Membaca al- Qur’an merupakan pekerjaan yang utama yang
mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti al-
Qur’an yang terambil dari kata
qara‟a – yaqra‟u – qira‟atan – wa- qur‟anan yang secara harfiah berari bacaan.
3
Allah SWT menilainya sebagai ibadah bagi siapapun yang membacanya. Pahala yang Allah berikan tidak dihitung per ayat atau
perkata, melainkan perhuruf, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
َ وَ ع َ نَ
َ باَ ن ََ م
َ سَ ع َ وَ د
ََ ر َ ض
َ يَ َ ل
ََ ع َ َ َ
َ ق َ لا
ََ ر َ سَ
و َ لَ
َ ل َ
َ مَ:َم َ نَ
َ قَ ر ََ أَ
َ حَ ر َ ف
َ مَا َ نََ
َ كَ ت ا
َ ب َ
َ ل ََ ف
َ لَ َ َ ح
َ سَ َ ة
َ وَ، َ لا
َ سَ َ ةََ
بَ ع َ ش
َ رَ َ أَ مَ ث
َ لَا َ لَ،ا
ََ أ َ قَ و
َ ل َمآَ:
َ حَ ر َ ف
،َ َ وَ ل
َ ک َ نَ
َ أََ: َ ل
َ ف َ
َ حَ ر َ ف
،َ َ وَ ل
َ مَ َ حَ ر
َ ف ،َ
َ وَ م َ م يَ
َ حَ ر َ ف
يذمرلاَ اورَ. َ
“Dari Ibnu Mas‟ud R.A, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah al-
Qur‟an maka akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan di balas dengan
sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, namun alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim adalah
satu huruf.” HR. At-Tirmidzi
4
Agar pahala yang mengalir dari huruf-hurufnya mengalir terus, Allah memberikan rambu-rambu bagi pembaca al-
Qur’an untuk tidak membacanya dengan asal membaca, tetapi harus membacanya dengan
tartil atau yang populer dikalangan masyarakat lebih dikenal dengan istilah bacaan yang baik dan benar. Seperti firman Allah SWT dalam surah
Al-Muzzammil, yaitu:
2
Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur‟an, Bandung: Mizan, 1994, cet. VI, h.167
3
M. Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al- Qur‟an 1, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000, h. 20
4
Imam Nawawi, Terjemah Shahih Riyadhush Sholihin Edisi 2, dari Riyadhush Sholihin oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007, Cet. III, h. 156
“Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit daripadanya. Yaitu seperduanya atau
kurangi sedikit dari seperduanya. Atau lebihkan dari seperdua itu. Dan bacalah al-
Qur‟an dengan tartil perlahan-lahan.” QS. Al- Muzzammil 73: 1-4
5
Cara membaca al- Qur’an sudah diatur oleh-Nya sejak diturunkan
melalui ayat di atas. Maka wajar jika Rasulullah SAW pernah ditegur ketika tergesa-gesa untuk menguasai cara membacanya. Misalnya ayat
yang berbunyi:
...
...
“...dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur‟an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu ...” QS. Thaha 20:114
6
Maka dari itu, untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih mendalam dari segi bacaannya diperlukan penguasaan dan penerapan
terhadap ilmu membaca al- Qur’an yaitu ilmu tajwid. Dengan mempelajari
ilmu tajwid, seseorang diharapkan dapat membaca ayat-ayat al- Qur’an
dengan baik dan benar, baik dari segi melafalkan makharijul huruf tempat keluarnya huruf maupun mempraktikan hukum bacaan tajwidnya serta
mampu memelihara bacaan ayat-ayat al- Qur’an dari kekeliruan yang dapat
merubah arti dan maksudnya. Untuk tetap menjaga keaslian ashalah bacaan al-
Qur’an seperti yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril,
maka Rasulullah pun mengajarkannya kepada para sahabat. Para sahabat
5
Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: PT. Diponegoro
2004, h. 574
6
Ibid., h. 320
kemu dian mengajarkan kepada para tabi’in, dan demikian seterusnya al-
Qur’an diajarkan secara turun temurun dalam keadaan asli tanpa terkurangi huruf-hurufnya, kalimat-kalimatnya, bahkan sampai teknis
membacanya. Seseorang yang sedang belajar membaca al- Qur’an
memerlukan seorang guru untuk membimbinnya selama proses belajar, yaitu guru yang benar-benar mampu mengajarkan al-
Qur’an sesuai dengan makhraj huruf dan kaidah tajwid yang baik dan benar.
Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Majid Khon, “seorang
murid harus berguru secara musyafahah, artinya antara murid dan guru harus bertemu langsung, saling melihat gerakan bibir masing-masing pada
saat membaca al- Qur’an, karena murid tidak akan dapat membaca secara
fashih sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf tanpa memperlihatkan bibirnya atau mulutnya pada saat membaca al-
Qur’an dan begitupun sebaliknya
”.
7
Di Indonesia, umumnya mulai dari SDMI, SMPMTS dan SMAMA sudah diajarkan membaca al-
Qur’an yang dikemas dalam mata pelajaran Agama Islam. Dan dalam beberapa lingkungan masyarakat
pelajaran membaca al- Qur’an pun diajarkan di surau-surau, mushala,
masjid dan pondok pesantren mulai dari anak se-usia pra sekolah dasar dengan menggunakan berbagai metode
. Usaha untuk memberantas buta
huruf al- Qur’an pun telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
tokoh agama, diantaranya didirikan Taman Pendidikan Al- Qur’an TPA
atau lembaga al- Qur’an lainnya.
Melalui penjelasan di atas penulis berasumsi bahwa sudah seharusnya untuk tingkatan mahasiswa memiliki dan menguasai
kemampuan membaca al- Qur’an yang telah dipelajari dari sejak kecil.
Terlebih lagi sebagai mahasiswa yang berkuliah di Perguruan Tinggi yang berlandaskan keagamaan seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
Abdul Majid Khon, Praktikum Qiraat, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, cet. II, h. 35
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharuskan mahir dalam membaca al-
Qur’an dengan baik dan benar, karena akan menjadi masalah bagi mahasiswa yang bersangkutan dan juga institut terkait apabila ia tidak
bisa membaca al- Qur’an dengan baik dan benar. Diharapkan setelah lulus
nantinya mahasiswa tersebut dapat menuntun dan membimbing masyarakat dalam hal keagamaan khusunya mengajarkan al-
Qur’an. Berkaitan dengan itu, pihak kampus membuat program Praktikum Ibadah
dan Qiraah PIQI berupa tes seputar keagamaan, baca tulis dan hafalan al- Qur’an yang dijadikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan membaca
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada realitanya masih banyak yang belum bisa melafalkan makhraj huruf al-
Qur’an dengan fasih dan masih banyak juga yang belum bisa membaca dengan kaidah ilmu tajwid
yang baik dan benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim dari Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI tahun 2008, bahwa hasil
tes membaca al- Qur’an calon Mahasiswa UIN Jakarta dari 11.747 peserta,
15 diantaranya dikategorikan memiliki kemampuan membaca antara rendah sampai dengan sedang. Kategori tersebut diambil berdasarkan skor
50 dari salah satu komponen materi tes masuk UIN Jakarta tahun 2005.
8
Salah satu penyebabnya, karena tidak semua input mahasiswa berasal dari Pesantren atau Aliyah yang sudah menguasai ilmu membaca al-
Qur’an. Mahasiswa yang belum menguasi ilmu membaca al-
Qur’an memerlukan bimbingan agar ia dapat belajar membaca al-
Qur’an sebelum ia lulus dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun dikarenakan
keterbatasan waktu, mereka tidak bisa mengandalkan waktu yang disediakan oleh kampus saja. Oleh karena itu, mereka harus belajar di luar
waktu kuliah. Maka dari itu untuk menampung mahasiwa yang ingin
8
E. Badri dan Munawiroh, Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Al- Qur‟an pada
siswa SMA, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2008, h. 3
belajar al- Qur’an, bidang kelembagaan Masjid Fathullah mendirikan
lembaga yang bergerak di bidang pembelajaran al- Qur’an yang diberi
nama Le mbaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an LTTQ. Tujuan LTTQ
didirikan yaitu sebagai wadah bagi masyarakat umum dan mahasiswa yang berada di wilayah Ciputat untuk belajar al-
Qur’an. Salah satu program LTTQ yang mendukung keinginan-keinginan tersebut yakni
melalui program pembelajaran tahsin al-Qiraah yang dilaksanakan seminggu dua kali dibawah bimbingan guru yang menguasai ilmu
membaca al- Qur’an.
Dari pemaparan berbagai masalah di atas kemudian penulis merasa perlu menindaklanjutinya dengan meneliti lebih jauh lagi terkait masalah-
masalah di atas yang telah dipaparkan. Penelitian ini akan memusatkan penelitian kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
belajar tahsin di LTTQ Masjid Fathullah, sehingga penelitian ini diberi judul:
“Peran Program Pembelajaran Tahsin Qiraah Terhadap Kemampuan Membaca Al-
Qur‟an Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hi
dayatullah Jakarta.”