Faktor-faktor di atas menurut Jalaludin banyak mempengaruhi kecenderungan yang menimbulkan sikap masa bodoh dan anggapan
bahwa belajar membaca al- Qur’an sulit.
27
Faktor-faktor tersebut masih dialami oleh beberapa mahasiswa yang belum lancar dalam membaca
al- Qur’an dengan baik dan benar.
B. Pembelajaran Tahsin Qiraah
1. Pengertian Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid adalah suatu pengetahuan tentang cara membaca al- Qur’an dengan baik dan benar. Yakni sesuai dengan makhrojnya,
panjang-pendeknya, tebal-tipisnya, mendengung-tidaknya, serta titik- komanya.
28
Ilmu tajwid menurut bahasa artinya membaguskan bacaan sedangkan menurut istilah yaitu:
ِإ َُقَحَتْسُمَك َُقَح ِِئ اَطْع ِأ َعَم ِ ِجَرََْ ْنِم ٍؼْرَح ِّلُك ُجاَرْخ
Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi hak dan mustahaknya.”
Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersama dengan huruf tersebut, seperti
Al Jahr, Isti’la’, Istifal dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahak huruf adalah
sifat yang nampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqi q, ikfa’ dan
lain sebagainya.
29
2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum membaca al- Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
adalah fardhu „ain bagi setiap muslim.
30
Para ulama mengatakan
27
Jalaludin, Metode Tunjuk Silang Membaca Al- Qur’an, Jakarta: Kalam Mulia, 1998,
h. 23
28
Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Bogor: Cahaya Islam. 2006, h.531
29
Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al- Qur’an, Jakarta: Markaz
Al Quran, 2011, Cet. XXI, h. 17
30
Ummi Rif’ah, Pedoman Tilawah Al-Qur’an, Bekasi: Syukur Press, 2001, h. 12
bahwa orang yang membaca al- Qur’an tanpa memperhatikan kaidah
bacaan maka ia berdosa.
31
Adapun alasan hukumnya fardhu „ain, Imam Ibn Al-Jazari mengatakan:
ٌـِز ََ ٌمْتَح ِدْيِوْجَتلِب ُذْخَِْاَك ٌِثآ َفآْرُقْلا ِدِّوَُُ ََْ ْنَم
ل ِإْلا ِِب َُنَِِ َك َََزْػنَأ ُ
َلَصَك اَْػيَلِإ ُِْم اَذَك
“Membaca al-Qur’an dengan tajwid hukumnya wajib, siapa yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa, kerena dengan
tajwidlah Allah menurunkan al- Qur’an, dan dengan demikian pula
al- Qur’an sampai kepada kita dari-Nya.”
32
Sedangkan hukum mengajari seorang muslim untuk mempelajari al-
Qur’an adalah tugas seseorang yang mengenal al- Qur’an dan hukumnya adalah fardhu kifayah. Harus ada wakil
diantara mereka yang dididik untuk mengenal al- Qur’an dan ilmu-
ilmunya, bila mereka enggan untuk belajar maka berdosa.
33
3. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid
Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan dalam membaca al-
Qur’an. Ada dua jenis kesalahan dalam membaca al-
Qur’an yaitu: a. Kesalahan yang jelas
يلجا نحللا
Yaitu salah dalam pengucapan lafadz sehingga merusak teori bacaan baik merusak makna ataupun tidak, seperti
berubahnya huruf atau harakat . Ulama tajwid sepakat bahwa
kesalahan jaly ini hukumya haram. Contoh :
31
Ibrahim Ad-daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur’ani, Terj. Masyru’uka ma’ al-
Qur’an oleh Nurihsan dan Yasir Maqashid, Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2007, h. 82
32
Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al- Qur’an, Jakarta: Markaz
Al Quran, 2011, Cet. 21, h. 19
33
Abu Zakariya Yahya, Menjaga Kemuliaan Al- Qur’an Adab dan Tata Caranya, Terj.
Al-Tibyan Fi Adab Hamalat Al- Qur’an oleh Tarmana Ahmad Qosim, Bandung: Al-Bayan, 1996,
cet. I, h.54
َتػْمَعْػنَأ
artinya telah engkau berikan ni’mat kalau terbaca
ُتػْمَعْػنَأ
artinya telah saya berikan ni’mat
ٌرْػيِثَك
artinya banyak kalau terbaca
ٌرْػيِسَك
artinya pecah 2. Kesalahan yang samar
يفخا نحللا
Yaitu salah dalam pengucapan lafadz sehingga merusak teori bacaan, tetapi tidak sampai merusak makna seperti
meninggalkan ghunnah, kurang panjang dalam membaca mad wajib, mad lazim dan lain-lain.
34
Contoh:
َءآَج
seharusnya 45 harakat terbaca 2 harakat
َفِإ
seharusnya ghunnah, terbaca tanpa ghunnah
4. Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid
Seperti dikemukakan oleh Abdul Aziz bahwa ilmu tajwid adalah ilmu yang sangat mulia. Karena keterkaiatannya secara langsung
dengan al- Qur’an. Diantara keistimewaannya, yaitu:
a.
Mempelajari dan mengajarkan al- Qur’an merupakan tolak ukur
kualitas seorang muslim. Rosulullah SAW bersabda:
َ ح َ دَ
َ ثَ ن َح مَا
َ مَحو َ دََحب
َ نَ َ غَحي
َ ل َ ن
َ حَ: َ دَ ث
َ ن َ أَا
َ بَحو ََ د
َ واَ د َ أَ:
َح نَ بَ أ َ ن
َ َُ َحعَ بَ ة
َ أَ: َحخَ ب
َ رَحِن ََ ع
َحلَ ق َ مَ ة
ََحب َ نَ
َ مَحرَ ث َ د
َ، َ ق
َ لا َِ سَ:
َحع َ ت
َ َ سَ ع
َحدَِب َحنَ
َ عَ ب َحيَ د
َ ةَ َ ُّ
َ ِد َ ث
ََ ع َحنَ
َ أ َحِبَ
َ عَحب َِدَ
َ رلا َ حح
َِن َ عَ،
َحنَ َ عَحث
َ م َ نا
ََحب َِنَ
َ عَ ف َ نا
ََ أ َ ن
َ رَ س َحوَ ل
َ َِل
َ َ ص
َ ىل َ
َ ل ََ ع
َ لَحيَِه ََ و
َ سَ ل َِمَ
َ ق َ لا
َ: َ خ
َح يَ رَ ك َحمَ
َ مَحن ََ ت
َ عَ ل َ مَ
َحلاَ ق َحر
َ نآ ََ و
َ عَ ل َ مَ ه
“Mahmud bin Ghailan menyampaiakan kepada kami dari Abu Dawud, dari Syu’bah yang menceritakan bahwa Al-Qmah bin
Mars tad berkata, “aku mendengar Sa’d bin Uabaidah
menyempaiakan dari abu Abdurrahman, dari Ustman bin Affan
34
Ummi Rif’ah, Pedoman Tilawah Al-Qur’an, Bekasi: Syukur Press, 2001, h. 14
bahwa Rasulullah SAW besabda, „Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang belajar al-
Qur’an dan mengajarkannya. HR. At- tirmidzi
35
b. Mempelajari al- Qur’an adalah sebaik-baiknya kesibukan
c. Akan turun sakinah ketentraman, rahmat malaikat dan Allah menyebut-nyebut orang yang mempelajari al-
Qur’an kepada makhluk yang ada di sisinya.
36
5. Tempo Membaca Al-Qur’an
Adapun tata cara atau tempo membaca al- Qur’an menurut para
ulama terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu: a. Membaca secara tahqiq
Tahqiq ialah tempo bacaan yang paling lambat. Menurut ulama tajwid, tempo bacaan ini diperdengarkan sebagai metode
dalam proses belajar mengajar, sehingga di harapkan murid dapat melihat dan mendengarkan cara guru membaca huruf demi huruf
menurut semestinya sesuai dengan makhrajnya, sifatnya dan hukumnya.
37
b. Membaca secara tadwir Tadwir ialah bacaan yang tidak terlalu cepat dan tidak pula
terlalu lambat. Ukuran bacaan yang digunakan dalam tadwir ini yaitu pertengahan seperti menggunakan empat harakat dari
ketentuan boleh pilih dua, empat dan enam.
38
c. Membaca secar tartil Tartil adalah bacaan yang perlahan-lahan dan jelas,
mengeluarkan setiap huruf dan makhrajnya dan menerapkan sifat- sifatnya, serta mentadaburi maknanya.”
39
d. Membaca secara hadr
35
Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Enslikopedia Hadist Terj. Jami’ At-Tirmidzi
oleh Tim Darussunah , Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2013, h. 950
36
Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al- Qur’an, Jakarta: Markaz
Al Quran, 2011, Cet. 21, h. 20
37
Ibid., h. 29
38
Ummi Rif’ah, Pedoman Tilawah Al-Qur’an, Bekasi: Syukur Press, 2001, h.15
39
Op. Cit., h. 30