Contoh:
ْ ْيِعَتْسَ -
َ ْ َ ْعَت
9 Mad Layyin
Yaitu huruf layyin dan
yang berikutnya ada huruf sukun bukan asli lantaran wakaf.
Contoh:
ِف ْ َخ –
ْف ْ َخ ْ َ
– ْ ْ َ
f. Hukum Tafkhim dan Tarqiq Tafkhim
menurut bahasa
ialah at-tasmin,
artinya menebalkan atau menggemukkan. Sedangkan menurut istilah,
Tafkhim adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Yang dibaca tafkhim
adalah sebagai berikut: 1 Huruf-
huruf isti’la –
– –
ط –
- 2
Huruf ra’ yang dibaca tebal yang berada di awal kata atau di tengahnya dan
Ra’ dibaca tebal yang berada di akhir kalimah
3 Lam pada lafadz
ه
Tarqiq menurut
bahasa ialah
at-tanhif, artinya
mengkuruskan atau menipiskan. Sedangkan menurut istilah tarqiq adalah mengucapkan huuf dengan ringantipis sehingga tidak
sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya. Yang dibaca tarqiq adalah sebagai berikut:
1 Hur uf istifal yaitu huruf hijaiyyah selain huruf isti’la
2 Ra’ yang berada di awal atau di tengah kata dan Ra’
yang berada di akhir kata 3 Lam lafadz jalalah jika sebelumnya didahului huruf
yang berharakat kasrah. 4 Alif jika tidak terletak sesudah huruf i
sti’la atau tidak terletak sesudah lam lafadz
ه .
47
47
Aiman Rusydi, Panduan Ilmu Tajwid Bergambar, Solo: Zam-zam, 2015, h.102 -113
C. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Peran Guru Al- Qur’an dalam Menanggulangi Kesulitan Belajar
Membaca Al- Qur’an pada Santriwati MTs. Pondok Pesantren Al-
Amanah Al-Gontori Perigi Baru Pondok Aren Tangerang Selatan yang ditulis oleh Siti Hajar Mahasiswa Jurusan PAI FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru al- Qur’an sudah berhasil, karena para santriwati yang mengalami kesulitan
belajar membaca al- Qur’an dibimbing secara maksimal oleh para guru
al- Qur’an.
2. Penerapan Metode Iqro untuk Peningkatan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Siswa Kelas III SDN Caringin Nyalindung Sukabumi yang
ditulis oleh Suryana Mahasiswa Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebelum diterapkannya metode, presentase nilai
ketuntasan belajar siswa hanya 43. Namun setelah penerapan metode ketuntasan belajar siswa menjadi 100.
D. Kerangka Berfikir
Program tahsin qiraah merupakan salah satu program yang
dilaksanakan di LTTQ Masjid Fathullah yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-
Qur’an. Untuk meningkatkan kemampuan membaca al-
Qur’an, maka harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor
ekternal. Jika penerapan program ini terlaksana dengan baik, maka
kemampuan membaca al- Qur’an mahasiswa yang belajar membaca al-
Qur’an di LTTQ pun akan meningkat sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dan makhraj huruf yang baik dan benar. Demikian pula mutu LTTQ
sebagai lembaga yang memfokuskan pengajaran al- Qur’an juga akan baik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an
LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Kota Tanggerang Selatan. Sedangkan waktu
penelitian ini yaitu dilakukan selama tiga bulan, dimulai dari bulan Januari-Maret 2016.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriftif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih independen tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara
variabel satu dengan variabel yang lain.
1
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau kejadian.
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, h. 234 36
Apa yang akan dimasukkan melalui deskripsi tergantung pada pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti.
2
Penelitian deskriftif biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesa, melainkan untuk mencari
informasi untuk mengambil kesimpulan. Berdasarkan proses sifat dan analisis datanya, penelitian ini bersifat eksploratif bertujan untuk
menggambarkan keadaan atau status fenomena. Karena penelitian ini menggambarkan suatu gejala nyata yang ada di lapangan, maka tidak ada
intervensi dari peneliti.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan elemen yang akan ditarik kesimpulannya. Elemen populasi merupakan satuan dari objek
yang diamati dalam kajian, bisa berupa orang, waktu, benda, atau sesuatu yang lain.
3
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti program
pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah yang berjumlah 47 orang mahasiswa.
Sampel merupakan sekelompok objek, orang, peristiwa dan sebagainya yang merupakan representasi dari keseluruhan. Selain itu,
sampel adalah suatu kelompok yang lebih kecil atau bagian dari populasi secara keseluruhan.
4
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, “apabila subjek kurang
dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selajutnya jika jumlah subjeknya besar,
2
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, h. 174
3
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian, Bandung: PT. Refika Aditama, 2014, h. 93
4
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta: Kencana, 2013, h. 57
dapat diambil antara 10-15 atau lebih, tergantung dari segi waktu,tenaga dan dana.”
5
Maka dari itu, penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah keseluruhan jumlah
populasi yaitu sebanyak 47 orang mahasiswa yang mengikuti program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ Masjid Fathullah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selanjutnya disebut responden.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Penelitian perpustakaan Library research, yaitu mengadakan kajian dengan mencari dan membaca buku-buku untuk mendalami
teori dan masalah yang diteliti. b. Penelitian lapangan Field research, yaitu mengadakan penelitian
lapangan atau objek penelitian di LTTQ Masjid Fathullah.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Observasi,
yaitu cara
pengumpulan data
dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.
6
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti ikut serta dalam
kegiatan obyeknya sebagaimana yang lain dan tidak nampak perbedaan dalam bersikap. Peneliti ikut serta dalam proses
pembelajaran tahsin qiraah guna mengamati keadaan guru, lingkungan belajar dan proses pembelajaran. Serta mengamati
mengenai perubahan kemampuan membaca responden.
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 107
6
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda, 2011, cet. VII, h. 220
b. Dokumentasi Suharsimi Arikunto mengatakan,
“dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.”
7
Peneliti melakukan pendokumentasian dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis yang terkait dengan
aspek-aspek yang diteliti. Adapun dokumen-dokemen yang diperlukan, yaitu:
1 Sejarah berdirinya LTTQ Masjid Fathullah 2 VISI dan MISI LTTQ Masjid Fathullah
3 Jumlah peserta LTTQ Masjid Fathullah 4 Staf pengajar program pembelajaran
5 Struktur pengurus LTTQ Masjid Fathullah b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informan dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu.
8
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah peneliti melakukan tatap muka dengan responden menggunakan pedoman wawancara yang
telah disiapkan lebih dahulu. ”
9
Peneliti mengadakan tanya jawab dengan ketua LTTQ untuk mengetahui gambaran umum mengenai LTTQ dan program-
program pembelajaran, khususnya program tahsin qiraaah. Serta mengadakan tanya jawab kepada instruktur guru program tahsin
qiraah untuk mengatahui gambaran tentang proses pembelajaran
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, cet. XV, h. 274
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2011, cet. XIII, h. 137
9
Ibid., h. 138
tahsin qiraah dan kepada ketua LTTQ untuk mengetahui mengenai gambaran umum program pembelajaran tahsin qiraah di LTTQ.
c. Angket Angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner
dapat berupa petanyaanpernyataan terbuka atau tertutup yang dapat dikirim secara langsung atau tidak.
10
Sedangkan Suharsimi Arikunto menyatakan, “angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis
kepada seseorang dalam penelitian ini disebut responden, dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis.”
11
Angket yang akan disebar dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang peran program
pembelajaran tahsin qiraah bagi mahasiswa yang mengikuti program pembelajaran kelas tahsin dasar di LTTQ Masjid
Fathullah. Angket ini akan dibuat dengan berisikan 20 item pertanyaan.
Selanjutnya, untuk
mempermudah perhitunga
presentase maka akan diberikan skor untuk masing-masing jawaba, yaitu:
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang-kadang = 2 Tidak Pernah = 1
10
Ibid., h. 142
11
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, h. 135