Pengertian Tahsin Qiraah Metode-metode Tahsin Qiraah

mempunyai keinginan yang kuat untuk membaca al- Qur’an ia akan dengan senang hati untuk membaca al- Qur’an. c Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard, bakat adalah capacity to lear. Dengan perkataan lain, bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating. Keemampuan potensial ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. 24 Bakat merupakan kemampuan individu untuk bisa melakukan tugas tertentu melalui sedikit latihan. Bila dikaitkan dengan membaca al- Qur’an, seseorang yang berbakat akan lebih cepat menyerap informasi dan menguasai teknik seni baca al- Qur’an. d Motivasi Menu rut Noehl Nasution, “motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan seseuatu. Jadi moivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. ” 25 Berkenaan dengan motivasi belajar membaca al- Qur’an, maka hendaknya siswa bertujuan semata-mata hanya untuk mencari ilmu, pangkat dan pekerjaan. Sebab bila tujuannya mencari ilmu, maka pangkat dan pekerjaan akan mengikuti, tetapi apabila tujuannya mencari pangkat atau pekerjaan, ilmu belum tentu diperoleh dan begitupun pekerjaan. 24 Tohirin, op. cit.,h. 131 25 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, h. 200 b. Faktor Eksternal Siswa Faktor lingkungan siswa ini dibagi menjadi dua macam, yaitu lingkungan alamnon sosial dan lingkungan sosial.Yang termasuk faktor lingkungan non sosialalam ini seperti: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar, buku, alat peraga, sarana-prasarana, dsb. 26 Jika seseorang tinggal atau berada di lingkungan yang mendukung untuk mempelajari atau membaca al- Qur’an maka ia akan terbiasa atau tidak tabu untuk membaca al- Qur’an dan begitu pun sebaliknya.

9. Faktor-faktor yang dapat Melemahkan Kemampuan Membaca

Al- Qur’an Tidak semua orang Islam dapat memebaca al- Qur’an dengan baik dan benar. Menurut Jalaludin adanya kesulitan dalam mempelajari al- Qur’an disebabkan beberpa faktor penyebab antara lain: 1. Orientasi Berfikir Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi arah pemikiran orang. Kemajuan tekonologi dengan segala hasil yang disumbangkannya bagi kemudahan hidup manusia, banyak mengalihkan perhatian orang untuk hidup lebih erat dengan kebendaan. Hal itu mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran pengetahuan praktis dan menunjang prestie kehidupan. Pengetahuan tentang membaca al- Qur’an dan cara membacanya kalah bersaing dalam pikiran kebanyakan kaum muslimin. 26 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2008, h.233 2. Kesempatan dan Tenaga Arah berfikir yang materialis telah mendudukkan status wajib belajar al- Qur’an ke provinsi-provinsi semakin lebih kecil. Pengaruh ini telah menimbulkan kondisi asal-asalan. Akibatnya terjadi kelangkaan penyediaan kesempatan dan kelangkaan tenaga penngajar dan waktu yang disediakan untuk belajar al- Qur’an sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu yang mereka gunakan untuk menuntut ilmu pengetahuan lain. Akibatnya tenaga pengajar yang tersedia tidak berkembang sesuai dengan kebutuhan. 3. Metode Perkembangan teknologi telah mengubah kecenderungan masyarakat untuk menuntut ilmu penegtahuan secara lebih mudah dan lebih cepat. Untuk menampung minat ini dalam berbagai disiplin ilmu para ahli telah memanfaatkan jasa teknologi dalam media pendidikan baik media visual, audio visual dan komputer dengan cara yang tepat guna. Khusus dalam pendidikan al- Qur’an cara ini masih langka dan mahal. Metode lama dalam beberapa seginya mungkin sudah kurang serasi dengan keinginan dan kecenderungan tepat guna ini. Akibatnya metode yang demikian, berangsur-angsur kurang diminati. 4. Aksara Kitab suci al- Qur’an ditulis dengan aksara dan bahasa Arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantrenmadrasah, karena pengetahuan ini tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum ada yang buta aksara kitab sucinya. Faktor-faktor di atas menurut Jalaludin banyak mempengaruhi kecenderungan yang menimbulkan sikap masa bodoh dan anggapan bahwa belajar membaca al- Qur’an sulit. 27 Faktor-faktor tersebut masih dialami oleh beberapa mahasiswa yang belum lancar dalam membaca al- Qur’an dengan baik dan benar.

B. Pembelajaran Tahsin Qiraah

1. Pengertian Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid adalah suatu pengetahuan tentang cara membaca al- Qur’an dengan baik dan benar. Yakni sesuai dengan makhrojnya, panjang-pendeknya, tebal-tipisnya, mendengung-tidaknya, serta titik- komanya. 28 Ilmu tajwid menurut bahasa artinya membaguskan bacaan sedangkan menurut istilah yaitu: ِإ َُقَحَتْسُمَك َُقَح ِِئ اَطْع ِأ َعَم ِ ِجَرََْ ْنِم ٍؼْرَح ِّلُك ُجاَرْخ Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi hak dan mustahaknya.” Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersama dengan huruf tersebut, seperti Al Jahr, Isti’la’, Istifal dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahak huruf adalah sifat yang nampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqi q, ikfa’ dan lain sebagainya. 29

2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Hukum membaca al- Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardhu „ain bagi setiap muslim. 30 Para ulama mengatakan 27 Jalaludin, Metode Tunjuk Silang Membaca Al- Qur’an, Jakarta: Kalam Mulia, 1998, h. 23 28 Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Bogor: Cahaya Islam. 2006, h.531 29 Abdul Aziz Abdur Rauf, Al-hafidz, Lc, Pedoman Daurah Al- Qur’an, Jakarta: Markaz Al Quran, 2011, Cet. XXI, h. 17 30 Ummi Rif’ah, Pedoman Tilawah Al-Qur’an, Bekasi: Syukur Press, 2001, h. 12