Penyimpangan Maksim Kualitas Penyimpangan Prinsip Kerja Sama

A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai mahalnya harga duku. K Nada, cara, semangat : A bertanya dengan nada santai dan mengejek, sedangkan B membalas pernyataan A dengan nada santai. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Akrab dan Kasar Jorok G Jenis bahasa : Argumentasi Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di pasar buah dalam keadaan yang ramai. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim kualitas, karena masing masing peserta tutur memberikan informasi yang tidak sesuai dengan fakta. Penutur A bertanya mengenai harga duku sekilo, dan dia beranggapan bahwa duku sekilo seharga sepuluh ribu adalah harga yang mahal, maka dia mengatakan duku sebesar-besar upil, begitu pula dengan penutur B yang mengatakan kalau upilnya sebesar buah duku, maka bagaimana dengan hidungnya. Duku sebesar-besar upil mengandung makna sebaliknya, artinya duku tersebut sangatlah kecil sehingga diumpamakan seperti upil, begitu pula sebaliknya, tidak pernah ada upil yang besarnya seperti buah duku. Penutur A bermaksud menyindir lawan tuturnya B, sehingga mengatakan duku sebesar-besar upil, begitu pula dengan penutur B, yang juga bermaksud menyindir lawan tuturnya A dengan mengatakan kalau upilnya sebesar buah duku, maka bagaimana dengan hidungnya. Wacana humor di atas telah memanfaatkan teori pertentangan, sehingga makna figuratif yang disampaikan berlawanan dengan makna literalnya. Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Do not say what you believe to be false and do not say that which you lack adequate evi dence,” yang diartikan oleh Nadar Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar; jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. 32 Teori Grice tersebut memberikan penjelasan bahwa dengan maksim kualitas ini, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas bertutur. Fakta kebahasaan tersebut harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas, konkrit, nyata, dan terukur. Sebuah tuturan akan dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila tuturan itu sesuai dengan faktanya, sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, tidak mengada-ada, tidak dibuat-buat, tidak rekayasa, sehingga informasi yang demikian itu menjadi sangat tidak sesuai dengan kenyataannya, ketidaksesuaian yang demikian itu akan menjadikan kualitas pertuturan semakin rendah. 33 Jadi, sesuai dengan maksim ini, selalu berusahalah agar dalam praktik bertutur sapa yang sebenarnya, kualitas pertuturan itu benar- benar dijaga. Caranya, selalu sampaikanlah pernyataan itu sesuai dengan fakta dan keadaan sesungguhnya. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai maksim kualitas, peneliti menemukan sepuluh 10 kata kunci, yaitu: informasi yang diberikan benar, berdasarkan bukti-bukti yang memadai, jelas, konkrit, dan terukur, sesuai dengan fakta, tidak mengada-ada, tidak rekayasa, tidak dibuat-buat, dan jangan diujarkana bila kekurangan data yang akurat.

c. Penyimpangan Maksim Relevansi

Agar pembicaraan selalu relevan, diharapkan setiap peserta tutur mempunyai latar belakang pengetahuan yang sama sehingga topik pembicaraan mudah untuk dipahami pada setiap tahapan komunikasi. Jika terdapat peserta tutur yang tidak faham dengan konteks saat ujaran terjadi, maka ujaran tersebut bisa menyimpang dari maksim relevansi. 16. Si Markus Orang Mana 32 Nadar, loc. cit 33 Rahardi, Sosiopragmatik, h. 24 A : Gara-gara si Markus banyak koruptor divonis bebas. B : Ngomong-ngomong emang si Markus orang mana ? HDCCJ: 139215 S Waktu, tempat, suasana : Siang hari, di jalan, suasana sepi. P Peserta tutur : A dan B Anonim E Maksud dan tujuan : A memberitahukan bahwa banyak koruptor divonis bebas disebabkan oleh markus, sedangkan B ingin mengetahui tentang markus. ABentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai banyaknya koruptor yang divonis bebas karena markus. K Nada, cara, semangat : A menyampaikan informasi dengan sungguh-sungguh, sedangkan B menanyakan tentang markus dengan nada penasaran. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Akrab G Jenis bahasa : Eksposisi Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di sebuah jalan dalam keadaan sepi. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim relevansi, karena penutur B tidak memiliki pengetahuan tentang markus, sehingga dia menanyakan markus orang mana kepada lawan tuturnya A. Markus merupakan „singkatan dari makelar kasus yang dapat diartikan sebagai seorang perantara yang mengenal penjahat sekaligus memiliki hubungan dengan penegak keadilan Polisi, KPK, Jaksa ’ dan biasanya makelar kasus memberikan informasi yang dia ketahui tentang penjahat kepada para penegak hukum. Namun, makelar kasus yang disebut di atas adalah makelar yang tidak lagi menempatkan etika dan kaidah hukum, karena berupaya merekayasa sebuah perkara hukum untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Wacana humor di atas telah memanfaatkan teori ketidaksejajaran, sehingga tidak kongruen dengan objek pertuturan. Selain itu, makna figuratif yang dibangun oleh B telah berlawanan dengan makna literatif yang diasumsikan oleh A. Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice 1975: 45 yang berbunyi “Be relevant”, yang diartikan oleh Nadar Harap relevan. 34 Teori Grice yang mengatakan bahwa dalam maksim relevansi, peserta tutur hendaknya memberikan informasi atau jawaban yang relevan dengan topik pembicaraan, bahwa sebuah pernyataan P dinyatakan relevan dengan sebuah pernyataan Q jika P dan Q, bersama-sama dengan pengetahuan latar belakang, menghasilkan informasi baru yang bukan hanya diperoleh dari P dan Q. Interpretasi itu berarti bahwa relevansi antara pernyataan A dan pernyataan B tidak hanya dalam wujud tuturan bersifat langsung, tetapi juga bersifat tidak langsung. 35 17. Bekas Pejabat MA : Bapak X, dosen kita yang baru itu kenapa ya kalau mengajar duduk saja di kursi, nggak pernah berdiri? MU : Yah, kamu belum tahu? MA : Belum tahu kenapa? MU : Dia kan bekas pejabat MA : Apa hubungannya? MU : Kalau dia pergi berdiri dia takut kursinya diambil orang lain. HDCCJ: 150220 S Waktu, tempat, suasana : Pagi hari, di koperasi kampus, suasana ramai P Peserta tutur : MA dan MU Anonim E Maksud dan tujuan : MA penasaran dengan dosen baru yang mengajarnya hanya duduk saja di kursi, sedangkan MU memberikan informasi 34 Nadar, loc. cit 35 Suhartono, op. cit., h. 4.5 kepada MA bahwa dosen baru tersebut adalah bekas pejabat. A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai dosen baru yang mengajarnya hanya duduk di kursi dihubungkan dengan bekas pejabat. K Nada, cara, semangat : MA bertanya dengan nada serius dan penasaran, sedangkan MU menjawab pertanyaan MA dengan nada santai. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Akrab dan terbuka G Jenis bahasa : Eksposisi Konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di koperasi kampus dalam keadaan ramai. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim relevansi, karena penutur MU memberikan informasi yang tidak relevan dengan topik pembicaraan. Penutur MA bertanya mengenai dosen baru yang cara mengajarnya hanya duduk saja di kursi, tidak pernah berdiri, sedangkan penutur MU memberikan informasi bahwa dosen tersebut adalah bekas pejabat, sehingga dia tidak mau berdiri karena takut kursinya diambil oleh orang lain. Jika penutur MU merupakan peserta tutur yang cooperative, maka tidak seharusnya dia menghubungkan cara mengajar dengan duduk di kursi dengan bekas pejabat yang kursinya takut diambil orang lain. Wacana humor di atas telah memanfaatkan teori ketidaksejajaran , sehingga makna literal kata „duduk’ yang diasumsikan oleh MA berlawanan dengan makna figuratif yang diasumsikan oleh MU. Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice 1975: 45 yang berbunyi “Be relevant”, yang diartikan oleh Nadar Harap relevan. 36 Teori relevansi tersebut menjelaskan bahwa sebagai seorang yang kooperatif di dalam berkomunikasi, penutur dan lawan tutur dituntut selalu 36 Nadar, loc. cit

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Acara Debat TV One serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

2 9 186

PRINSIP KERJA SAMA TUTURAN ANTARTOKOH DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

1 4 34

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI MNC TV Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk

0 7 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk Teks A

0 5 12

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA NOVEL HUMOR BUKAN 3 IDIOT KARYA BOIM LEBON Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Novel Humor Bukan 3 Idiot Karya Boim Lebon.

0 3 17

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA NOVEL HUMOR BUKAN 3 IDIOT KARYA BOIM LEBON Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Novel Humor Bukan 3 Idiot Karya Boim Lebon.

0 2 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK “MESEM” Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Wacana Humor Dalam Rubrik “Mesem” Surat Kabar Harian Warta Jateng.

0 1 12

Pelanggaran Maksim Kerja Sama Dalam Dialog Humor Pada Laman www.humour.com.

0 0 5

View of IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG HUMOR

0 0 8

PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG ANTARTOKOH PADA NOVEL “RANTAU 1 MUARA” KARYA AHMAD FUADI

0 1 9