Dalam kurikulum 1984 Pragmatik ditambahkan sebagai suatu komponen “Kegiatan berbahasa” dan sebagai perwujudan konsep serta tujuan
“kemampuan komunikatif” untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Contoh-
contoh yang diberikan berupa fungsi komunikasi, dan digambarkan sebagai berikut:
a. Di sekolah Dasar
1 Mengungkapkan perasaan tentang suatu hal atau peristiwa.
2 Memberitahukan suatu hal melalui telepon dan dengan surat pribadi.
b. Di Sekolah Menengah Pertama
1 Mengungkapkan informasi faktual tentang sesuatu kejadian.
2 Menyampaikan pesan penting melalui telepon atau telegram dan surat
yang semiformal. c.
Di Sekolah Menengah Atas 1
Tata krama berdiskusi, umpamanya mempersilahkan peserta rapat mengemukakan pendapat atau sanggahan.
2 Menyatakan kurang setuju dengan pendapat orang lain dalam rapat
atau pertemuan yang semiformal atau dalam surat yang formal.
14
2. Prinsip Kerja Sama
Peserta tutur di dalam aktivitas bertutur harus berusaha agar apa yang dikatakannya cukup relevan, jelas, dan mudah dipahami dengan situasi yang
ada dalam percakapan itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada kaidah-kaidah yang harus ditaati oleh peserta tutur agar percakapan dapat
berjalan lancar. Kaidah-kaidah ini, di dalam kajian pragmatik dikenal sebagai prinsip kerja sama.
15
Prinsip kerja sama didasari oleh asumsi bahwa dalam berkomunikasi, penutur dan petutur bersedia bekerja sama.
16
Bagi Grice, Kerjasama membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita sendiri terhadap percakapan
dan bagaimana kita mulai menginterpretasikan kontribusi-kontribusi orang
14
Bambang Kaswanti Purwo, Bulir-Bulir Sastra Bahasa, Yogyakarta: Kanisius, 1991, h. 77
15
Kushartanti dkk, Pesona Bahasa, Jakarta : Gramedia, cet. 3, 2009, h. 106
16
Suhartono dan Yuniseffendri, Pragmatik, Jakarta: Universitas Terbuka, cet. 3, 2011, h. 4.4
lain.
17
Jadi, prinsip kerja sama bisa membantu peserta tutur untuk tercapainya maksud dan tujuan dalam berkomunikasi. Rumusan prinsip kerja sama
tersebut bunyinya sebagai berikut : “Make your conversational contribution such as is required, at the stage
at which it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engage
d”.
18
Berikanlah kontribusi percakapan Anda sesuai yang diperlukan, pada tahap di mana itu terjadi, sesuai dengan tujuan pembicaraan di mana Anda
terlibat. Pada banyak kesempatan, asumsi kerja sama dapat dinyatakan sebagai
suatu prinsip kerja sama dalam percakapan dan dapat dirinci ke dalam empat sub-prinsip, yang disebut maksim.
19
Maksim adalah prinsip yang harus ditaati oleh peserta pertuturan dalam berinteraksi, baik secara tekstual maupun
interpersonal dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi.
20
Prinsip kerja sama di dalam aktivitas bertutur itu seluruhnya meliputi empat maksim,
yaitu 1 maksim kuantitas maxim of quantity, 2 maksim kualitas maxim of quality, 3 maksim relevansi maxim of relevancy, 4 maksim pelaksanaan
maxim of manner. Selanjutnya prinsip kerja sama ini dijabarkan oleh Grice sebagai berikut :
a. Maksim Kuantitas: 1 Berikanlah informasi anda sesuai kebutuhan dalam
rangka tujuan atau maksud pertuturan; 2 Jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan.
b. Maksim Kualitas: 1 Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar; 2
Jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai
c. Maksim Relevansi: Harap relevan
17
Louise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, cet. 1,2007 h. 14
18
Yan Huang, Pragmatics,New York : Oxford University Press, 2007, h. 25
19
George Yule, Pragmatik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, cet. 1, 2006, h. 63
20
Kushartanti dkk, Pesona Bahasa, h. 106
d. Maksim Cara: 1 Hindari ungkapan yang tidak jelas; 2 Hindari ungkapan
yang membingungkan dan ambigu; 3 Hindari ungkapan yang berkepanjangan; 4 Ungkapkan sesuatu secara runtut.
21
1. Pematuhan Prinsip Kerja Sama
a Maksim Kuantitas
Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif
mungkin. Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur.
22
Maksim kuantitas menuntut penggunaan potensi bahasa itu dalam bentuk ujaran yang hemat.“Hemat”
di sini berarti bahwa untuk mencapai tujuan komunikasi itu penggunaan kata, struktur dan makna dengan secukupnya saja, dan tidak
boros.
23
Contoh :
1 Anak pertama saya sudah melahirkan
Ujaran 1 di atas dianggap mematuhi maksim kuantitas karena memberikan konstribusi yang secukupnya. Dikatakan demikian, karena
setiap orang pasti tahu bahwa hanya kaum perempuan yang bisa melahirkan. Selain itu, di dalam maksim kuantitas lawan tutur diharapkan
memberikan informasi yang relatif memadai dan sesuai yang dibutuhkan oleh mitra tutur.
Contoh : 2
A : Sudah makan belum ? B : Sudah
A : Di mana ? B : Di Pesanggrahan
Ujaran 2 di atas dianggap mematuhi maksim kuantitas. Karena B menjawab semua pertanyaan A dengan seinformatif mungkin dan
21
Nadar, Pragmatik Penelitian Pragmatik, h. 24
22
Kunjana, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, h. 53
23
Tagor, Paradigma Bahasa, h. 130
mencukupi pada setiap tahapan komunikasi serta sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan oleh A.
b Maksim Kualitas
Dengan maksim kualitas ini, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta yang
sebenarnya di dalam aktivitas bertutur yang sesungguhnya. Fakta kebahasaan yang demikian itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-
bukti yang jelas, konkrit, nyata dan terukur. Maka sebuah tuturan akan dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila tuturan itu sesuai
dengan faktanya, sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, tidak mengada-ada, tidak dibuat-buat, dan tidak rekayasa.
24
Contoh : 3
Guru : Deny, apa ibu kota Jawa Timur? Deny: Surabaya, Pak
Pertuturan 3 sudah mematuhi maksim kualitas karena Deny
menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh gurunya bahwa kata Surabaya memang menjadi Ibu kota bagi Jawa Timur.
c Maksim Hubungan relevansi
Maksim relevansi
mengharuskan setiap
peserta percakapan
memberikan kontribusi
yang relevan
dengan masalah
pembicaraan.
25
Maksim Hubungan yang mengatakan „usahakan agar informasi yang diberikan ada relevansinya‟ telah menghasilkan berbagai
interpretasi. Beberapa di antaranya mengartikan maksim ini sebagai „sejenis keinformatifan yang khusus‟.
26
Contoh : 4
A : Kak, ada telepon untuk Kakak B : Kakak sedang di kamar mandi, Dek.
5 A : Jam berapa sekarang, Bu?
24
Kunjana, Sosiopragmatik, h. 24
25
Wijana dan Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik, h. 46
26
Geoffrey Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, h. 144