B : Tukang Koran baru saja lewat Sepintas jawaban B pada pertuturan 4 dan 5 tidak berhubungan.
Namun, bila disimak baik-baik hubungan itu ada. Jawaban B pada pertuturan 4 mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa saat itu si B
tidak dapat menerima telepon secara langsung karena sedang berada di kamar mandi. Maka B secara tidak langsung meminta agar si A menerima
telepon itu. Begitu juga kontribusi B pada pertuturan 5 yang memang tidak secara eksplisit menjawab pertanyaan A, akan tetapi dengan
pengetahuan kebiasaan tukang koran lewat, maka si A akan membuat inferensi jam berapa saat itu.
d Maksim Cara
Maksim cara ini mengharuskan penutur dan lawan berbicara secara jelas, langsung, tidak kabur, tidak ambigu, dan runtut.
27
Contoh : 6
A : Masak Peru ibu kotanya Lima, banyak amat ? B : Bukan jumlahnya, tapi namanya.
28
7 Tukang bakso
: Anak saya satu di UI, Depok, satu lagi di UIN, Ciputat
Penanya : Di fakultas apa, Pak?
Tukan bakso : bukan di fakultas
Penanya : Jadi……..?
Tukang bakso : Yang satu jualan teh botol, yang satu lagi jualan
bakso kayak saya. Tuturan di atas telah mematuhi maksim cara, karena memberikan
informasi secara jelas dan tidak kabur atau ambigu. Dalam contoh 6, B memberikan konstribusi yang tidak taksa, bahwa yang dimaksud dengan
Lima bukanlah nama bilangan, tapi merupakan nama dari Ibu Kota Peru. Sedangkan contoh 7, tukang bakso juga memberikan informasi yang jelas,
27
Chaer, Kesantunan Berbahasa, h. 36
28
Wijana, Analisis Wacana Pragmatik, h. 48
bahwa anaknya bukan sedang menjalani kuliah, tapi berprofesi sebagai penjual teh botol dan bakso.
2. Penyimpangan Prinsip Kerja Sama
Apabila di dalam praktik bertutur sapa terdapat pihak tertentu yang menjawab pertanyaan secara berlebihan, tidak logis, tidak relevan, taksa,
ambigu, dan berbelit-belit, maka akan timbul kelucuan dan kejenakaan. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa kejenakaan atau kelucuan dalam
aktivitas bertutur dapat diperoleh, salah satunya dengan menyelewengkan maksim dalam prinsip kerja sama Grice.
a Penyimpangan Maksim Kuantitas
Pertuturan dianggap menyimpang dari maksim kuantitas apabila peserta tutur memberikan informasi yang berlebihan dan tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Contoh :
8 Anak pertama saya yang perempuan sudah melahirkan
Penambahan informasi seperti ditunjukkan pada tuturan 8 menyebabkan tuturan menjadi berlebihan, karena kehadiran kata
perempuan dalam 8 justru menerangkan sesuatu yang sudah jelas, hal ini bertentangan dengan maksim kuantitas. Selain memberikan informasi
yang berlebihan, percakapan dianggap menyimpang dari maksim kuantitas apabila penutur memberikan informasi tidak sesuai dengan kebutuhan
lawan tutur. 9
Doni : Siapa istri Mas Joko ?
Joko : Mbakyu
29
Joko dalam tuturan di atas telah menyimpang dari maksim kuantitas, karena memberikan jawaban yang tidak informatif dan sesuai dengan
kebutuhan Doni. Dalam hal ini, Doni tidak menanyakan panggilan
29
Wijana, Kartun, h. 79