Pematuhan Prinsip Kerja Sama

bahwa anaknya bukan sedang menjalani kuliah, tapi berprofesi sebagai penjual teh botol dan bakso.

2. Penyimpangan Prinsip Kerja Sama

Apabila di dalam praktik bertutur sapa terdapat pihak tertentu yang menjawab pertanyaan secara berlebihan, tidak logis, tidak relevan, taksa, ambigu, dan berbelit-belit, maka akan timbul kelucuan dan kejenakaan. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa kejenakaan atau kelucuan dalam aktivitas bertutur dapat diperoleh, salah satunya dengan menyelewengkan maksim dalam prinsip kerja sama Grice.

a Penyimpangan Maksim Kuantitas

Pertuturan dianggap menyimpang dari maksim kuantitas apabila peserta tutur memberikan informasi yang berlebihan dan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Contoh : 8 Anak pertama saya yang perempuan sudah melahirkan Penambahan informasi seperti ditunjukkan pada tuturan 8 menyebabkan tuturan menjadi berlebihan, karena kehadiran kata perempuan dalam 8 justru menerangkan sesuatu yang sudah jelas, hal ini bertentangan dengan maksim kuantitas. Selain memberikan informasi yang berlebihan, percakapan dianggap menyimpang dari maksim kuantitas apabila penutur memberikan informasi tidak sesuai dengan kebutuhan lawan tutur. 9 Doni : Siapa istri Mas Joko ? Joko : Mbakyu 29 Joko dalam tuturan di atas telah menyimpang dari maksim kuantitas, karena memberikan jawaban yang tidak informatif dan sesuai dengan kebutuhan Doni. Dalam hal ini, Doni tidak menanyakan panggilan 29 Wijana, Kartun, h. 79 sapaan yang umum digunakan untuk memanggil seorang perempuan yang berusia lebih tua dalam bahasa Jawa, tetapi nama perempuan itu.

b Penyimpangan Maksim Kualitas

Sebuah ujaran dikatakan menyimpang dari maksim kualitas, apabila peserta tutur memberikan informasi yang salah dan tidak logis.Dalam wacana humor, sering kali penyimpangan itu terjadi untuk menimbulkan sebuah kelucuan. 10 Mamat : Din, kenapa kamu goyang-goyangin perut seperti itu ? Udin : Gue habis minum obat Mamat : Ya, kenapa ? Udin : Tadi obatnya lupa dikocok. Jadi, gua kocok aja di perut sekarang. PKL=HDCCJ: 64183 Ujaran 10 di atas, Udin telah memberikan jawaban yang menyimpang dari maksim kualitas, karena tidak mungkin jika dengan menggoyang-goyang perut sama saja dengan mengkocok obat. Obat akan dengan sendirinya larut ke dalam perut, tanpa dikocok terlebih dahulu.

c Penyimpangan Maksim Relevansi

Agar pembicaraan selalu relevan, maka penutur harus membangun konteks yang kurang lebih sama dengan konteks yang dibangun oleh lawan tuturnya. Jika tidak, penutur dan lawan tutur akan terperangkap dalam kesalahpahaman. 11 A : Pak, tadi ada tabrakan motor lawan mobil di depan kecamatan B : mana yang menang? Komentar B terhadap pernyataan A tidak ada relevansinya, dengan demikian B telah menyimpang dari maksim relevansi. Sebab dalam peristiwa tabrakan tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, kedua pihak sama-sama mengalami kerugian. Di luar maksud melucu jawaban B pada pertuturan 11 di atas sukar dicari hubungan implikasionalnya. 30

d Penyimpangan Maksim Cara

Dalam maksim cara, peserta tutur hendaknya bertutur secara jelas, tidak ambigu, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal di atas dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama Grice karena tidak mematuhi maksim cara. 12 Ayu : Kamu datang ke sini mau apa? Desi : Mengambil hak saya 13 Doni : “Ayo, cepat ditutup” Agus : “ Sebentar dulu, masih panas.” Kedua tuturan 12 dan 13 di atas telah menyimpang dari maksim cara. Penutur Desi 12 tidak menaati maksim cara karena bersifat ambigu. Kata hak saya bisa mengacu pada hak sepatu bisa juga pada sesuatu yang menjadi miliknya. 31 Begitu juga Tuturan Doni yang be rbunyi : “Ayo cepat ditutup” sama sekali tidak memberikan kejelasan tentang apa yang sebenarnya diminta oleh si mitra tutur. Kata „ditutup‟di atas mengandung kadar ketaksaan dan kekaburan sangat tinggi dan maknanya pun menjadi sangat kabur. Demikian pula tuturan yang disampaikan oleh Agus 13, yakni “Sebentar dulu, masih panas” mengandung kadar ketaksaan cukup tinggi. Kata „panas‟ pada tuturan itu dapat mendatangkan banyak kemungkinan persepsi penafsiran karena di dalam tuturan itu tidak jelas apa sebenarnya yang masih panas. 32 Untuk menjelaskan maksim-maksim tersebut, Grice membuat ilustrasi sebagai berikut : 30 Chaer, Kesantunan Berbahasa, h. 36 31 Ibid,. 32 Kunjana, Pragmatik Kesantunan Imperatif, h. 57 a Kuantitas: Jika anda membantu saya memperbaiki mobil, saya mengharapkan konstribusi anda sesuai kebutuhan, tidak lebih, tidak juga kurang. Misalnya, kalau pada saat tertentu saya memerlukan empat sekrup, saya ingin anda memberikan kepada saya empat sekrup bukannya dua atau enam. b Kualitas: Saya mengharapkan konstribusi anda sungguh-sungguh, bukan palsu. Kalau saya memerlukan gula sebagai bahan pembuat kue yang anda minta saya membuatnya, saya tidak mengharapkan anda memberikan garam kepada saya; kalau saya memerlukan sendok, saya ingin sendok sungguhan bukan sendok mainan yang terbuat dari karet. c Relasi: Saya menginginkan konstribusi pasangan saya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada setiap tahapan transaksi, seandainya saya sedang membuat adonan kue, saya tidak mengharapkan diberi buku atau lampin walaupun konstribusi barang-barang ini mungkin sesuai untuk tahapan berikutnya. d Cara : Saya mengharapkan pasangan saya menjelaskan konstribusi apa yang diberikannya dan melaksanakan tindakannya secara beralasan. 33 Ketika seseorang bertutur dalam suatu proses komunikasi dia mengharapkan tanggapan dari lawan tuturnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketika penutur ingin meminta sesuatu, harapannya adalah sesuatu yang diminta akan diperoleh. Banyak faktor yang menyebabkan satu proses komunikasi menjadi gagal, di antaranya: 1 Lawan tutur tidak mempunyai pengetahuan Proses komunikasi atau pertuturan akan gagal apabila lawan tutur tidak mempunyai pengetahuan mengenai objek yang dibicarakan. 2 Lawan tutur tidak sadar Suatu proses pertuturan melibatkan penutur, lawan tutur dan pesan atau objek yang dituturkan; tetapi dengan syarat lawan tutur harus 33 Nadar, Pragmatik Penelitian Pragmatik, h. 26

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Acara Debat TV One serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

2 9 186

PRINSIP KERJA SAMA TUTURAN ANTARTOKOH DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

1 4 34

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI MNC TV Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk

0 7 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk Teks A

0 5 12

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA NOVEL HUMOR BUKAN 3 IDIOT KARYA BOIM LEBON Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Novel Humor Bukan 3 Idiot Karya Boim Lebon.

0 3 17

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA NOVEL HUMOR BUKAN 3 IDIOT KARYA BOIM LEBON Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Novel Humor Bukan 3 Idiot Karya Boim Lebon.

0 2 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK “MESEM” Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Wacana Humor Dalam Rubrik “Mesem” Surat Kabar Harian Warta Jateng.

0 1 12

Pelanggaran Maksim Kerja Sama Dalam Dialog Humor Pada Laman www.humour.com.

0 0 5

View of IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG HUMOR

0 0 8

PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG ANTARTOKOH PADA NOVEL “RANTAU 1 MUARA” KARYA AHMAD FUADI

0 1 9