Maksim Kualitas Pematuhan prinsip kerja sama

A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai tokoh Betawi yang terkenal. K Nada, cara, semangat : Guru bertanya dengan nada serius dan semangat, sedangkan siswa I, siswa II, dan siswa III juga menjawab dengan nada yang semangat. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Ramah dan Jujur G Jalur bahasa : Eksposisi Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di kelas dengan suasana yang tenang. Peserta tutur terdiri dari guru dan beberapa murid. Pertuturan di atas dianggap mematuhi maksim kualitas, karena penutur siswa I, siswa II, dan siswa III menjawab pertanyaan gurunya dengan jujur, benar, dan tepat. Tokoh betawi yang terkenal adalah Mohamad Husni Thamrin, beliau lahir tanggal 16 Februari 1894 di Weltevreden, Batavia. Selama hidupnya beliau menjabat sebagai anggota VolkreadDewan Rakyat, dan pada tanggal 11 Januari 1941 beliau menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Namun, pertanyaan terakhir yang diberikan guru mengenai kapan Mohamad Husni Thamrin wafat, siswa III memberikan jawaban yang diyakini benar dan tidak mengada-ngada, bahwa dia mengatakan kalau Mohamad Husni Thamrin meninggal ketika kakeknya dilahirkan, hal tersebut dia ketahui dari ibunya. Jadi, pertuturan terakhir tetap dikatakan mematuhi maksim kualitas, karena siswa III mengatakan sesuatu yang diketah ui dan diyakini benar dengan merujuk kepada “Kata ibu saya, ketika kakek lahir.” Hal ini sesuai dengan teori Grice 1975: 45 yang mengatakan “Do not say what you believe to be false, do not say that for which you lack adequate evidence” yang diartikan oleh Nadar Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar, jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. 10 Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim kualiti sebagai inti dari kaidah konversasi yang mengatur konversasi dengan ketentuan: 1 Jangan diujarkan bila tidak benar, dan 2 Jangan diujarkan bila kekurangan data yang akurat maksim kualiti yang pertama adalah self- evident ‘percaya diri’ PD, sedangkan maksim yang kedua bila kita percaya mempunyai bukti yang kuat untuk suatu pernyataan, kita akan mengujarkannya dengan yakin. 11 Namun, kadang kala penutur tidak merasa yakin dengan apa yang diinformasikannya. Ada cara untuk mengungkapkan keraguan seperti itu tanpa harus menyalahi maksim kualitas. Ungkapan di awal kalimat sepeti setahu saya, kalau tidak salah dengar, katanya, dan sebagainya, menunjukkan pembatas yang memenuhi maksim kualitas. 12 Hal ini terdapat pada dialog di atas, ketika guru menanyakan kepada siswa III tentang kapan wafatnya Muhammad Husni Thamrin, maka siswa III menjawab dengan tanpa ragu dan yakin, dengan menunjukkan pembatas maksim kualitas, yaitu „kata ibu saya’. 6. Status Sosial Sopir Domang : Kabarnya status sosial seorang sopir sangat tergantung pada status sosial majikannya. Daman : Maksudmu? Domang : Ya, status sosial sopir mobil Presiden tentu lebih tinggi dari status sosial sopir Menteri; dan status sosial sopir Menteri lebih tinggi dari status sosial sopir mobil Camat. Daman : Jadi, status sosial sopir mobil tinja gimana? HDCCJ: 110203 S Waktu, tempat, suasana : Siang hari, di warung nasi, suasana ramai. P Peserta tutur : Domang dan Daman E Maksud dan tujuan : Domang ingin memberitahukan bahwa status sosial seorang sopir sangat tergantung 10 Nadar, loc. cit 11 Fatimah Djajasudarma, op. cit., h. 92 12 Kushartanti, op. cit., h. 107 kepada status sosial majikannya, sedangkan Daman mendengarkan pernyataan Domang dengan menanyakan status sosial mobil tinja A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai status sosial sopir yang bergantung kepada status sosial majikannya. K Nada, cara, semangat : Domang memberikan informasi dengan semangat yang menyala-nyala, sedangkan Daman menanggapi pernyataan Domang dengan santai. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Ramah dan bersahabat G Jenis bahasa : Narasi Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di sebuah warung dengan suasana yang ramai. Peserta tutur terdiri dari Domang dan Daman. Pertuturan di atas disampaikan dengan jenis bahasa berupa narasi dan dianggap telah mematuhi prinsip kerja sama yang berupa maksim kualitas, karena penutur Domang memberikan informasi yang benar mengenai status sosial seorang sopir, bahwa profesi menjadi sopir itu bisa berbeda tingkat kehormatannya tergantung kepada siapa majikannya. Namun di akhir percakapan, tuturan Daman yang menanyakan bagaimana status sosial sopir mobil tinja, tidak mendapatkan jawaban dari Domang, karena disinilah letak kelucuan humor di atas, Jika akan dijawab sopir mobil tinja sama halnya dengan sopir angkot, maupun sopir taksi, karena kat a „tinja’ bukanlah disamakan dengan nama majikan yang sama halnya dengan presiden, menteri dan camat. Mobil tinja adalah sejenis kendaraan sama halnya dengan angkutan umum, bis, maupun taksi. Hal ini sesuai dengan teori Grice 1975: 45 yang berbunyi “Do not say what you believe to be false, do not say that for which you lack adequate evidence” yang diartikan oleh Nadar Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar, jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. 13 Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim ini menghendaki agar peserta pertuturan itu mengatakan hal yang sebenarnya; hal yang sesuai dengan data dan fakta. 14 Di dalam berbicara secara kooperatif, masing- masing peserta percakapan harus berusaha sedemikian rupa agar mengatakan sesuatu yang sebenarnya. Peserta tindak tutur hendaknya mengatakan sesuatu berdasarkan atas bukti-bukti yang memadai. Dari data yang terkumpul, terlihat bahwa oposisi logis dan tidak logis merupakan aspek penting di dalam penciptaan dialog. 15

c. Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharapkan setiap peserta tutur dapat memberikan informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik pembicaraan. Jika peserta tutur mampu memberikan informasi yang relevan dan ada hubungan implikasionalnya pada setiap tahapan pertuturan, maka dianggap telah mematuhi maksim relevansi. 7. Pemuda Berkharisma Nina : Kudengar kamu tidak mau punya pacar pemuda berkharisma. Memang kenapa? Nani : Harapanku, minimal punya pacar berinova. Syukur- syukur kalau dapat yang ber-BMW. HDCCJ: 88194 S Waktu, tempat, suasana : Siang hari, di depan rumah para penutur, suasana sunyi. P Peserta tutur : Nina dan Nani E Maksud dan tujuan : Nina ingin mengetahui alasan Nani tidak mau punya pacar pemuda yang mempunyai motor karisma, dan Nani memberitahukan 13 Nadar, loc. cit 14 Chaer, Kesantunan Berbahasa, h. 35 15 I Dewa Putu, Kartun, h. 81-82 bahwa minimal dia punya pacar yang mempunyai mobil inova atau BMW. A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai tipe pacar yang diharapkan. K Nada, cara, semangat : Nina dan Nani berdialog dengan nada yang santai I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Akrab dan terbuka G Jenis bahasa : Narasi Pertuturan di atas telah mematuhi maksim relevansi karena penutur Nani memberikan jawaban yang relevan dengan pertanyaan lawan tuturnya Nina. Pemuda berkharisma yang dimaksud adalah pemuda yang mempunyai kendaraan motor bermerek “Karisma”. Nina menanyakan bahwa mengapa Nani tidak mau punya pacar yang mempunyai motor “karisma”, karena ada pengetahuan yang dimiliki bersama oleh Nina dan Nani, maka Nani langsung menjawab bahwa harapannya adalah mempunyai pacar yang berinova atau syukur-syukur yang ber-BMW, pacar yang berinova dan ber-BMW maksudnya adalah pemuda yang mempunyai mobil merek “Inova” atau “BMW”. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Grice 1975: 45 yang berbunyi “Be relevant”, yang diartikan oleh Nadar Harap relevan. 16 Teori Grice yang mengatakan bahwa dalam maksim relevansi, peserta tutur hendaknya memberikan informasi atau jawaban yang relevan dengan topik pembicaraan, bahwa sebuah pernyataan P dinyatakan relevan dengan sebuah pernyataan Q jika P dan Q, bersama-sama dengan pengetahuan latar belakang, menghasilkan informasi baru yang bukan hanya diperoleh dari P dan Q. Interpretasi itu berarti bahwa relevansi antara pernyataan A 16 Nadar, loc. cit dan pernyataan B tidak hanya dalam wujud tuturan bersifat langsung, tetapi juga bersifat tidak langsung. 17 8. Tidak Lihat Ada Bapak Petugas : Apakah kamu tidak melihat ada larangan membelok? Pengemudi : Lihat, Pak Petugas : Tapi, mengapa kamu belok juga? Pengemudi : Karena saya tidak melihat ada bapak HDCCJ: 23170 S Waktu, tempat, suasana : Malam hari, di jalan raya, suasana ramai P Peserta tutur : Petugas dan pengemudi E Maksud dan tujuan : Petugas ingin mengetahui mengapa pengemudi tetap melanggar meskipun sudah ada tanda larangan membelok, dan pengemudi berargumen bahwa dia tidak melihat ada petugas di jalan raya. A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, dan isi ujaran mengenai pelanggaran lalu lintas. K Nada, cara, semangat : Petugas bertanya dengan nada serius, dan pengemudi menjawab pertanyaan petugas dengan khawatir. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Tegas G Jenis bahasa : Argumentasi Konteks pertuturan di atas terjadi pada malam hari, di jalan raya dengan keadaan lalu lintas yang masih ramai. Peserta tutur terdiri dari petugas dan pengemudi. Masalah dari percakapan di atas ialah adanya seorang pengemudi yang melanggar lalu lintas berupa larangan berbelok. Petugas bertanya dengan nada serius “Tapi, mengapa kamu belok juga?”, 17 Suhartono, op. cit., h. 4.5 maka pengemudi menjawab dengan rasa khawatir “Karena saya tidak melihat ada bapak”, sekilas jika diperhatikan, jawaban yang diberikan pengemudi “karena saya tidak melihat ada bapak” tidak relevan dengan pertanyaan petugas yang menanyakan mengapa masih berbelok juga kalau sudah melihat tanda dilarang berbelok. Namun, jika diteliti jawaban yang diberikan oleh pengemudi tersebut ada hubungan implikasionalnya, yaitu seringnya orang mematuhi lalu lintas hanya karena ada petugas atau polisi. Jadi, pertuturan di atas dianggap mematuhi maksim relevansi, karena ada hubungan implikasional di dalamnya, secara tidak langsung petugas memahami bahwa orang mematuhi lalu lintas jika ada petugas atau polisi saja, kalau tidak ada petugas maupun polisi yang mengatur lalu lintas, biasanya orang akan dengan seenaknya melanggar peraturan lalu lintas. Hal ini sesuai dengan teori Grice 1975: 45 yang berbunyi “Be relevant”, yang diartikan oleh Nadar Harap relevan. 18 Teori Grice tersebut mengatakan bahwa maksim relevansi mengharuskan setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang relevan dengan masalah atau tajuk pertuturan. Perhatikan contoh pertuturan 1 dan 2 berikut: 1. A : Bu, ada telepon untuk Ibu B : Ibu sedang di kamar mandi, Nak. 2. A : Bu, bus yang ke arah Kebayoran yang mana? B : Coba tanya pada petugas lalu lintas itu. Sepintas jawaban B pada pertuturan 1 dan 2 tidak berhubungan. Namun bila disimak baik-baik hubungan itu ada. Jawaban B pada pertuturan 1 mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa saat itu si B tidak dapat menerima telepon secara langsung karena sedang berada di kamar mandi. Maka B secara tidak langsung meminta agar si A menerima telepon itu. Begitu juga konstribusi B pada pertuturan 2 yang memang secara eksplisif menjawab pertanyaan A. Akan tetapi dengan pengetahuan 18 Nadar, loc. cit.

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Acara Debat TV One serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

2 9 186

PRINSIP KERJA SAMA TUTURAN ANTARTOKOH DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

1 4 34

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI MNC TV Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk

0 7 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk Teks A

0 5 12

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA NOVEL HUMOR BUKAN 3 IDIOT KARYA BOIM LEBON Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Novel Humor Bukan 3 Idiot Karya Boim Lebon.

0 3 17

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA NOVEL HUMOR BUKAN 3 IDIOT KARYA BOIM LEBON Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Novel Humor Bukan 3 Idiot Karya Boim Lebon.

0 2 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK “MESEM” Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Wacana Humor Dalam Rubrik “Mesem” Surat Kabar Harian Warta Jateng.

0 1 12

Pelanggaran Maksim Kerja Sama Dalam Dialog Humor Pada Laman www.humour.com.

0 0 5

View of IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG HUMOR

0 0 8

PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG ANTARTOKOH PADA NOVEL “RANTAU 1 MUARA” KARYA AHMAD FUADI

0 1 9