Penyimpangan Maksim Relevansi Penyimpangan Prinsip Kerja Sama

kepada MA bahwa dosen baru tersebut adalah bekas pejabat. A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai dosen baru yang mengajarnya hanya duduk di kursi dihubungkan dengan bekas pejabat. K Nada, cara, semangat : MA bertanya dengan nada serius dan penasaran, sedangkan MU menjawab pertanyaan MA dengan nada santai. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Akrab dan terbuka G Jenis bahasa : Eksposisi Konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di koperasi kampus dalam keadaan ramai. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim relevansi, karena penutur MU memberikan informasi yang tidak relevan dengan topik pembicaraan. Penutur MA bertanya mengenai dosen baru yang cara mengajarnya hanya duduk saja di kursi, tidak pernah berdiri, sedangkan penutur MU memberikan informasi bahwa dosen tersebut adalah bekas pejabat, sehingga dia tidak mau berdiri karena takut kursinya diambil oleh orang lain. Jika penutur MU merupakan peserta tutur yang cooperative, maka tidak seharusnya dia menghubungkan cara mengajar dengan duduk di kursi dengan bekas pejabat yang kursinya takut diambil orang lain. Wacana humor di atas telah memanfaatkan teori ketidaksejajaran , sehingga makna literal kata „duduk’ yang diasumsikan oleh MA berlawanan dengan makna figuratif yang diasumsikan oleh MU. Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice 1975: 45 yang berbunyi “Be relevant”, yang diartikan oleh Nadar Harap relevan. 36 Teori relevansi tersebut menjelaskan bahwa sebagai seorang yang kooperatif di dalam berkomunikasi, penutur dan lawan tutur dituntut selalu 36 Nadar, loc. cit relevan mengemukakan maksud dan ide-idenya. Konstribusi-konstribusi yang diberikan harus berkaitan atau sesuai dengan topik-topik yang sedang diperbincangkan. Di dalam berbicara penutur mengutarakan tuturannya sedemikian rupa sehingga tuturan itu hanya memiliki satu tafsiran yang relevan dengan konteks pembicaraan. Konteks dalam hal ini tidaklah terbatas pada informasi mengenai lingkungan fisik tuturan yang langsung dihadapinya, atau yang mendahuluinya, tetapi meliputi pula harapan- harapan, dugaan-dugaan, kepercayaan, kenangan, asumsi-asumsi budaya, keyakinan terhadap keadaan mental pembicara. Agar pembicaraan selalu relevan maka penutur harus membangun mengkonstruksi konteks yang kurang lebih sama dengan konteks yang dibangun oleh lawan bicaranya. Jika tidak, mereka akan terperangkap dalam kesalahpahaman. Untuk jelasnya dapat disimak wacana 1 dan 2 berikut ini: 1. + Gamsut kok lima jari diacungin semua. - Maju satu-satu belum tentu menang…. Lebih baik main keroyok. 2. + Akulah manusia enam juta dolar - Biyuh-biyuh, kalau begitu kenalpotnya aja harga berapa? Dalam kartun 1 dan 2 tampak tokoh - memberikan tanggapan yang menyimpang dari konteks yang diajukan oleh lawan bicaranya +. Dalam 1 tokoh - menghubungkan gamsut dengan orang berkelahi, sedangkan dalam 2 menghubungkan manusia enam juta dolar dengan kendaraan. 37 Dengan demikian, pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim relevansi, karena tidak sesuai dengan teori Grice, yaitu penutur MU menghubungkan kursi yang dibuat untuk tempat duduk dengan kursi jabatan, hal ini membuat bingung lawan tuturnya MA karena tidak sesuai dengan topik pembicaraan. 18. Yang Paling Bersih Pak RT : Saya sebagai ketua RT menyarankan Saudara-saudara untuk memilih calon gubernur yang paling bersih dalam pilkada nanti 37 I Dewa Putu, Kartun, h. 85-87 Warga : Kalau itu saran Bapak tentu yang harus kita pilih adalah cagub X. Pak RT : Kenapa dia Saudara anggap paling bersih? Warga : Karena istrinya banyak. Jadi, dia paling sering mandi. HDCCJ: 78189 S Waktu, tempat, suasana : Pagi hari, di balai warga, suasana ramai. P Peserta tutur : Pak RT dan warga E Maksud dan tujuan : Pak RT menyarankan kepada warganya untuk memilih gubernur yang paling bersih, sedangkan warga mengusulkan agar memilih cagub X karena paling sering mandi. A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai pemilihan calon gubernur. K Nada, cara, semangat : Pak RT memberitahukan dengan nada semangat menyala-nyala, sedangkan warga menanggapi informasi pak RT dengan nada santai. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Sopan dan jujur G Jenis bahasa : Narasi Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim relevansi, karena penutur warga memberikan informasi yang tidak relevan dengan masalah yang sedang dibicarakan. Konteks pembicaraan di atas mengenai pemilihan calon gubernur yang paling bersih. Pak RT menyarankan agar warga memilih cagub yang paling bersih maksudnya adalah cagub yang jujur, baik, dan tidak pernah korupsi. Sedangkan menurut warga cagub yang paling bersih dianggap dari segi kebersihan fisik, sehingga dia menyarankan untuk memilih cagub X karena istrinya banyak, dan tentunya dialah yang paling sering mandi. Wacana humor di atas memanfaatkan teori pertentangan, sehingga makna literal tentang „yang paling bersih’ berlawanan dengan makna figuratifnya yaitu „yang paling sering mandi’. Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice 1975: 45 yang berbunyi “Be relevant”, yang diartikan oleh Nadar Harap relevan. 38 Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam maksim relevansi dengan tegas dinyatakan bahwa agar dapat terjalin kerja sama yang sungguh-sungguh baik antara penutur dan mitra tutur dalam praktik bertutur sapa hendaknya masing-masing dapat memberikan konstribusi yang benar-benar relevan dengan sesuatu yang sedang dipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan konstribusi relevan yang demikian itu, akan dapat dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama Grice. 39 Dengan demikian, pertuturan di atas dianggap menyimpang dari teori Grice, bahwa penutur telah menghubungkan pemimpin yang bersih bukan dari segisifat batin melainkan dari segi dlohir fisik. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan menegnai maksim relevansi, peneliti menemukan dua 2 kata kunci, yaitu: Informasi yang disampaikan sesuai dengan topik pembicaraan dan masing-masing peserta tutur mempunyai latar belakang yang sama.

d. Penyimpangan Maksim Cara

Maksim cara mengharapkan peserta tutur memberikan informasi yang langsung, jelas, tidak kabur dan tidak ambigu. Sebuah ujaran dikatakan menyimpang dari maksim cara apabila peserta tutur memberikan informasi yang berbelit-belit, membingungkan, kabur dan ambigu. 19. Keturunan Ke-8 A : Moyangku dulu adalah orang kaya raya, yang kekayaannya tidak akan habis dimakan sampai tujuh turunan. B : Lah, kamu sendiri kok jadi pengemis miskin 38 Nadar, loc. cit 39 Rahardi, Sosiopragmatik, h. 24 A : Ya, karena saya keturunan ke delapan. HDCCJ: 127211 S Waktu, tempat, situasi : Sore hari, di depan rumah para penutur, suasana sepi P Peserta tutur : A dan B Anonim E Maksud dan tujuan : A memberitahukan bahwa nenek moyangnya adalah orang kaya, dan kekayaannya tidak habis sampai tujuh turunan, sedangkan B ingin mengetahui mengapa A menjadi pengemis miskin. A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai kekayaan yang dimiliki sampai tujuh turunan, namun menjadi pengemis miskin karena turunan kedelapan. K Nadacarasemangat : A menyampaikan informasinya dengan nada semangat dan kesal, sedangkan B bertanya dengan nada mengejek. I Jalur bahasa : Jalur lisan N Normaaturan : Akrab dan terbuka G Jenis bahasa : Eksposisi Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada sore hari, di depan rumah para penutur dalam keadaan sepi. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim cara, karena penutur A menyampaikan informasi yang taksa. Dalam ujaran pertama A menyampaikan bahwa nenek moyangnya adalah orang kaya raya, sehingga kekayaannya tidak akan habis sampai tujuh turunan, artinya kekayaan yang dimiliki nenek moyangnya sangat berlimpah ruah sehingga hampir kebutuhan serta keinginannya bisa dicapai. Istilah “Tujuh turunan” merupakan istilah umum masyarakat yang digunakan untuk mengibaratkan kekayaan seseorang. Namun, ketika lawan tuturnya B bertanya mengapa A menjadi pengemis miskin, A memberi jawaban bahwa dia adalah keturunan kedelapan. Keturunan kedelapan merupakan tingkatan, bahwa dia merupakan keturunan yang kedelapan. Asumsi A yang berubah dari ujaran pertama mengenai tujuh turunan dengan ujaran yang kedua mengenai tingkatan, menjadikan tuturan yang disampaikan mengandung ketaksaan, sehingga bisa menyimpang dari maksim cara. Dengan demikian, wacana humor di atas telah memanfaatkan teori ketidaksejajaran dan ambiguitas, sehingga makna literal kata „tujuh turunan’ memiliki makna ganda dan membutuhkan penafisiran dari masing-masing peserta tutur. Ha l ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Avoid ambiguity” yang diartikan oleh Nadar Hindari ungkapan yang taksa. 40 Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa pembicara harus mengutarakan ujarannya sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh lawan bicaranya dengan menghindari kekaburan, ketaksaan, berbicara secara padat, dan langsung. Setiap peserta tindak tutur tidak dapat mengutarakan tuturannya secara kabur dan taksa atau menafsirkan sesuatu yang sebenarnya jelas sebagai sesuatu yang kabur atau taksa. 41 20. Beli Satu Dikasi Satu Eneng : Bang pepayanya berapa? Abang : Murah, Neng. Empat ribu saja Eneng : Kalau saya beli satu, dikasi berapa? Abang : Kalau beli satu, ya, dikasi satu Eneng : Baik, Bang Ini duit empat ribu saya beli satu. Abang : Ini Neng, pepayanya. Terima kasih, Neng Eneng : Iya, Bang. Ini yang saya beli.Yang dikasi mana? Abang : Yang dikasi? Eneng : Tadi kan Abang bilang kalo beli satu dikasih satu. Jadi, yang dikasi mana pepayanya? Abang : Ha, Eneng nih bagaimana? Eneng : Kan Abang yang bilang, kalo beli satu, dikasi satu HDCCJ: 82191 40 Nadar, loc. cit 41 Ibid., h. 88-89 S Waktu, tempat, situasi : Pagi hari, di pasar buah, suasana ramai. P Peserta tutur : Eneng dan Abang E Maksud dan tujuan : Eneng menanyakan harga papaya, dan beranggapan kalau beli papaya satu dikasi satu, sedangkan Abang memberitahukan harga papaya dan bingung dengan pernyataan yang dibuat oleh neng. A Bentuk dan isi ujaran : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai harga papaya dan pemberian papaya jika membelinya satu. K Nadacarasemangat : Eneng dan Abang bertanya dan memberikan informasi dengan nada santai dan serius. I Jalur tuturan : Jalur lisan N Normaaturan : Sopan dan membingungkan G Jenisragam bahasa : Argumentasi Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di pasar buah dalam keadaan yang ramai. Peserta tutur terdiri dari Eneng dan Abang. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim cara, karena penutur Eneng telah membuat pernyataan yang membingungkan lawan tuturnya. Hal ini disebabkan karena pemahaman yang didapatkan dari ujaran Abang bahwa beli papaya satu dikasi satu. Kalau diperhatikan, ketika seseorang membeli papaya satu, maka yang dikasihpun juga satu. Namun di sini kata “dikasi” bisa menimbulkan makna yang ambigu yaitu sebagai pemberian atau penyerahan barang sesudah melakukan pembayaran, dan juga berarti sebagai bonus, sama halnya ujaran “Beli satu dapat dua”. Ujaran Abang yang mengatakan “beli satu dikasi satu”, sama si Eneng diasumsikan dengan makna yang kedua, yaitu jika dia membeli papaya satu maka dikasi satu dapat bonus satu. Wacana humor di atas

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Acara Debat TV One serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

2 9 186

PRINSIP KERJA SAMA TUTURAN ANTARTOKOH DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

1 4 34

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI MNC TV Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk

0 7 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA TUTURAN DIALOG WAYANG KAMPUNG SEBELAH DI Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Tuturan Dialog Wayang Kampung Sebelah Di MNC TV Dan Implikasi Pembentuk Teks A

0 5 12

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA NOVEL HUMOR BUKAN 3 IDIOT KARYA BOIM LEBON Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Novel Humor Bukan 3 Idiot Karya Boim Lebon.

0 3 17

PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA NOVEL HUMOR BUKAN 3 IDIOT KARYA BOIM LEBON Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Novel Humor Bukan 3 Idiot Karya Boim Lebon.

0 2 14

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR WACANA HUMOR DALAM RUBRIK “MESEM” Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Implikatur Wacana Humor Dalam Rubrik “Mesem” Surat Kabar Harian Warta Jateng.

0 1 12

Pelanggaran Maksim Kerja Sama Dalam Dialog Humor Pada Laman www.humour.com.

0 0 5

View of IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG HUMOR

0 0 8

PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG ANTARTOKOH PADA NOVEL “RANTAU 1 MUARA” KARYA AHMAD FUADI

0 1 9