Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari di ruang dokter dengan keadaan yang sunyi. Pertuturan di atas dianggap telah
memenuhi maksim kuantitas, karena dokter telah menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan kebutuhan pasiennya. Namun, ketika pasien
bertanya dengan serius “Saya ini pasien ke berapa, Dok?”, dokter
menjawabnya dengan santai “O, anda pasien ke seribu”, pasien tersebut
langsung kaget dan pingsan, karena tidak adanya kognitif dalam humor yang dimiliki pasien, sehingga dia berasumsi bahwa termasuk orang yang
gagal, padahal dokter mengatakan seribu berhasil satu gagal hanyalah sebuah ilustrasi, hal inilah yang menimbulkan efek lucu dari humor di
atas. Efek kelucuan tetap ditimbulkan, namun percakapan yang dilakukan tidaklah menyimpang dari maksim kuantitas.
Hal ini sesuai dengan teori Grice 1975:45 yang mengatakan “Make your information as invormative as required for the current purposes og
exchange ”, yang diartikan oleh Nadar Berikanlah informasi Anda sesuai
kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan; jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan
3
Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim kuantitas dengan syarat ada sumbangan informasi sebatas yang diperlukan; jangan
memberikan sumbangan informasi lebih dari yang diperlukan.
4
Selanjutnya di dalam maksim kuantitas ini seorang penutur diharapkan dapat
memberikan informasi yang benar-benar cukup, memadai, dan berciri seinformatif dan sejelas mungkin. Sebuah informasi yang dianggap cukup
memadai tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh mitra tutur dalam aktivitas bertutur.
5
Dengan demikian, pertuturan di atas dianggap telah mematuhi maksim kuantitas, karena sesuai dengan teori
Grice yang dikembangkan oleh Rahardi, yaitu seorang dokter memberikan informasi dengan cukup dan sesuai kebutuhan pasiennya di setiap tahapan
pertuturan.
3
Nadar, loc. cit
4
Fatimah, op. cit., h. 92
5
Rahardi, Sosiopragmatik, h. 23-24
3. Pelebaran Kali
Warga baru : Abang berasal dari mana?
Warga lama : Dari Tanah Abang
Warga baru : Pindah ke Depok ini kenapa?
Warga lama : Rumah kami tergusur kena proyek
pelebaran jalan. Warga baru
: O, begitu Warga lama
: Abang sendiri berasal dari mana dan juga kenapa pindah ke sini?
Warga baru : Saya juga dari Tanah Abang, Kebon
Melati; Pindah ke sini karena terkena proyek pelebaran kali.
Warga lama : Oh, kita sama-sama senasib
HDCCJ: 100198
S Waktu, tempat, suasana : Sore hari, di jalan, suasana ramai. P Peserta tutur
: Warga baru dan warga lama E Maksud dan tujuan
: Warga baru ingin mengetahui asal dan alasan warga lama pindah ke Depok, begitu
pula dengan warga lama yang juga ingin mengetahui asal dan alasan warga baru
pindah ke Depok. A Bentuk dan isi ujaran
: Bentuk
ujaran merupakan
kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai
tempat tinggal asal penutur dan alasan dari masing-masing penutur pindah ke Depok.
K Nada, cara, semangat : Warga baru bertanya dengan semangat, dan
warga lama juga menyampaikan ujarannya dengan sungguh-sungguh.
I Jalur bahasa : Jalur lisan
N Normaaturan : Sopan dan terbuka
G Jalur bahasa : Narasi
Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di jalan dalam keadaan yang ramai. Peserta tutur terdiri dari warga lama dan warga
baru. Pertuturan di atas telah memenuhi maksim kuantitas, karena peserta tutur menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dengan jawaban yang
sesuai dengan kebutuhan lawan tuturnya. Ketika warga baru bertanya kepada warga lama tentang asal dan alasannya pindah ke Depok, maka
warga lama memberi jawaban sesuai dengan keinginan warga baru, begitu pula dengan warga lama yang bertanya tentang asal dan alasan warga baru
pindah ke Depok, warga baru pun juga menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh lawan tuturnya. Dari humor di atas, tidak
ada percakapan yang berlebihan, karena masing-masing dari peserta tutur menjawab semua pertanyaan sesuai kebutuhan lawan tuturnya.
Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Make your information as invormative as required for the current purposes og
exchange ”, yang diartikan oleh Nadar Berikanlah informasi Anda sesuai
kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan; jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan
6
Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang
secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Perhatikan contoh berikut:
1 + Siapa namamu?
- Ani
+ Rumahmu di mana? -
Klaten, tepatnya di Pedan + Sudah bekerja?
- Belum masih mencari-cari
Terlihat - dalam 1 bersifat kooperatif, memberikan konstribusi yang secara kuantitas memadai, atau mencukupi pada setiap tahapan
komunikasi.
7
Dengan demikian, tuturan di atas dianggap mematuhi maksim kuantitas karena sesuai dengan teori Grice, bahwa masing-masing
6
Nadar, loc. cit
7
I Dewa Putu, Analisis Wacana Pragmatik, h. 42-44
dari peserta tutur warga baru warga lama menjawab masing-masing pertanyaan yang diberikan dengan relatif memadai dan sesuai kebutuhan
penutur.
b. Maksim Kualitas
Maksim kualitas menghendaki setiap peserta tutur memberikan informasi yang benar dan logis, menyampaikan sesuatu yang nyata dan
sesuai fakta sebenarnya di dalam aktivitas bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Maksim kualitas
yang pertama membutuhkan sikap percaya diri, bahwa sesuatu yang dikatakan adalah benar, sedangkan maksim yang kedua bila kita percaya
mempunyai bukti yang kuat untuk suatu pernyataan, kita akan mengujarkannya dengan yakin.
4. Betawi Dulu dan Sekarang
A : Kalau sekelompok orang Betawi sedang bercakap-cakap
dengan wajah cerah dan penuh keriangan, apa artinya? B
: Mereka sedang mempercakapkan Betawi tempo dulu dengan kebun-kebun dan tanah luas
A : Kalau sekelompok orang Betawi sedang bercakap-cakap
dengan penuh kepiluan dan muka ditekuk apa artinya? B
: Mereka sedang membicarakan masa kini dan masa mendatang tanpa kebun, tanpa tanah, dan tanpa harapan.
KL=HDCCJ: 1161
S Waktu, tempat, suasana : Pagi hari, di depan rumah para penutur, suasana sepi.
P Peserta tutur : A dan B Anonim
E Maksud dan tujuan : A ingin mengetahui maksud dari
percakapan orang betawi yang dilakukan dengan wajah ceria dan penuh kepiluan,
sedangkan B bertujuan memberitahukan perbedaan yang dimaksud oleh A.
A Bentuk dan isi ujaran :
Bentuk ujaran
merupakan kalimat
langsung, sedangkan isi ujaran mengenai
perbedaan orang betawi yang bercakap- cakap dengan muka ceria dan penuh
kepiluan. K Nada, cara, semangat
: A bertanya dengan nada serius, sedangkan B menjawab pertanyaan A dengan semangat
yang menyala-nyala. I Jalur bahasa
: Jalur lisan N Normaaturan
: Akrab dan jujur G Jalur bahasa
: Narasi
Interpretasi konteks percakapan di atas terjadi pada pagi hari di depan rumah para penutur. Mereka sedang membicarakan kehidupan orang
Betawi dulu dan sekarang. Pertuturan di atas telah memenuhi maksim kualitas, karena penutur B memberikan infomasi yang benar dan sesuai
kenyataan dari setiap pertanyaan yang diajukan oleh A, orang-orang Betawi pada zaman dahulu bisa dikatakan termasuk golongan orang yang
mampu dan mempunyai banyak simpanan, seperti harta warisan, sawah, maupun tempat untuk bermukim. Namun sekarang simpanan mereka
lambat laut semakin sedikit, dikarenakan kebutuhan hidup yang terus meningkat, misalnya ketika ada cucu atau anaknya yang menikah, mereka
menjual sawahnya untuk dijadikan modal pernikahan, ada pula yang menjual rumah-rumah kontrakan untuk bidang bisnis atau untuk beribadah
haji ke tanah suci Mekkah. Semakin banyaknya orang perantauan dari seluruh pelosok yang merantau ke Jakarta, membuat kehidupan orang
Betawi juga semakin sempit, begitu juga dengan lahan dan rumah-rumah kontrakan mereka.
Hal ini sesuai dengan teori Grice 1975:45 dalam Nadar yang mengatakan “Do not say that for which you lack adequate evidence” yang
diartikan oleh Nadar Jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai.
8
8
Nadar, loc. cit
Teori Grice tersebut memberikan penjelasan bahwa dengan maksim kualitas ini, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu
yang nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas bertutur sesungguhnya. Fakta kebahasaan yang demikian itu harus
didukung dan diasarkan pada bukti-bukti yang jelas, konkrit, nyata, dan terukur. Maka sebuah tuturan akan dapat dikatakan memiliki kualitas yang
baik apabila tuturan itu sesuai dengan faktanya, sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, tidak mengada-ada, tidak dibuat-buat, tidak rekayasa,
sehingga informasi yang demikian itu menjadi sangat tidak sesuai dengan kenyataannya ketidaksesuaian yang demikian itu akann menjadikan
kualitas pertuturan semakin rendah. Jadi, sesuai dengan maksim ini, selalu berusahalah agar dalam praktik bertutur sapa yang sebenarnya, kualitas
pertuturan itu benar-benar dijaga. Caranya, selalu sampaikanlah pernyataan itu sesuai dengan fakta dan keadaan sesungguhnya.
9
5. Tokoh Betawi
Guru : Siapa tokoh Betawi yang terkenal?
Siswa I : Mohamad Husni Thamrin
Guru : Apa jabatannya?
Siswa II : Anggota Volkread Guru
: Kapan dia wafat? Siswa III : Kata ibu saya, ketika kakek lahir.
HDCCJ: 20169
S Waktu, tempat, suasana : Pagi hari, di kelas, suasana tenang. P Peserta tutur
: Guru, siswa I, siswa II, dan siswa III E Maksud dan tujuan
: Guru bertanya mengenai tokoh betawi yang terkenal, jabatannya, dan kapan wafatnya,
sedangkan siswa I menjawab Mohamad Husni Thamrin, siswa II menjawab sebagai
anggota Volkread, sedangkan siswa III menjawab Mohamad Husni Thamrin wafat
ketika kakeknya dilahirkan.
9
Rahardi, Sosiopragmatik, h. 24
A Bentuk dan isi ujaran :
Bentuk ujaran
merupakan kalimat
langsung, sedangkan isi ujaran mengenai tokoh Betawi yang terkenal.
K Nada, cara, semangat : Guru bertanya dengan nada serius dan
semangat, sedangkan siswa I, siswa II, dan siswa III juga menjawab dengan nada yang
semangat. I Jalur bahasa
: Jalur lisan N Normaaturan
: Ramah dan Jujur G Jalur bahasa
: Eksposisi
Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di kelas dengan suasana yang tenang. Peserta tutur terdiri dari guru dan beberapa
murid. Pertuturan di atas dianggap mematuhi maksim kualitas, karena penutur siswa I, siswa II, dan siswa III menjawab pertanyaan gurunya
dengan jujur, benar, dan tepat. Tokoh betawi yang terkenal adalah Mohamad Husni Thamrin, beliau lahir tanggal 16 Februari 1894 di
Weltevreden, Batavia. Selama hidupnya beliau menjabat sebagai anggota VolkreadDewan Rakyat, dan pada tanggal 11 Januari 1941 beliau
menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Namun, pertanyaan terakhir yang diberikan guru mengenai kapan
Mohamad Husni Thamrin wafat, siswa III memberikan jawaban yang diyakini benar dan tidak mengada-ngada, bahwa dia mengatakan kalau
Mohamad Husni Thamrin meninggal ketika kakeknya dilahirkan, hal tersebut dia ketahui dari ibunya. Jadi, pertuturan terakhir tetap dikatakan
mematuhi maksim kualitas, karena siswa III mengatakan sesuatu yang diketah
ui dan diyakini benar dengan merujuk kepada “Kata ibu saya, ketika kakek lahir.”
Hal ini sesuai dengan teori Grice 1975: 45 yang mengatakan “Do not say what you believe to be false, do not say that for which you lack
adequate evidence” yang diartikan oleh Nadar Jangan mengatakan