f Yakinilah bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan.
g Jangan menggunakan standar hukuman ganda.
h Jangan benci dan dendam.
i Konsisten dan konsekuen dengan hukuman.
j Jangan mengancam sesuatu yang mustahil.
k Jangan menghukum sesuai selera.
33
Penerapan peraturan sekolah dan sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan sekolah harus dilakukan secara
konsisten dan konsekuen. Artinya tidak berubah-ubah sesuai keadaan dan selera. Bertindak semena-mena dan sewenang-wenang
akan tetapi tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang dikatakan dan disusun dalam peraturan yang berlaku. Menurut
Harris Clemes dan Reynold Bean dalam Tulus Tu,u, pentingnya sikap konsisten disebabkan sebagai berikut:
a Sikap konsisten menunjukkan penerapan disiplin tidaklah
main-main. Berlaku sesuai ucapan atau aturan yang ada. b
Penerapan aturan dan hukuman yang konsisten sangat besar pengaruhnya pada anak dibanding kebimbangan dan hukuman
yang kejam. c
Sikap konsisten akan menolong dan membuat anak merasa terlindungi.
d Penerapan disiplin yang konsisten akan menghasilkan
ketertiban yang baik. e
Sikap tidak konsisten akan mengkhawatirkan anak-anak sebab mereka tidak tahu tindakan apa yang akan diberikan bagi yang
melanggar. f
Sikap tidak konsisten dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan anak.
34
33
Tulus Tu,u,Peranan Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grafindo, 2004, hal.60.
34
Ibid., hal. 61
3 Kuratif
Langkah ini merupakan upaya memulihkan, memperbaiki, meluruskan atau menyembuhkankesalahan-kesalahan dan perilaku-
perilaku salah yang bertentangan dengan disiplin sekolah. Siswa yang telah melanggar ketentuan sekolah dan telah diberi sanksi.
Disiplin perlu dibina dan dibimbing oleh guru-guru. Kesalahan tidak hanya di jawab dengan hukuman, tetapi dilanjutkan dengan
pembinaan dan pendampingan. Siswa ditolong memperbaiki, mengubah tingkah lakunya yang salah atau ada diantara mereka
yang terluka batin karena masalah disiplin tersebut. Siswa yang melanggar disiplin disebabkan oleh problem internal yang ada
dalam dirinya. Siswa-siswa ini perlu secara khusus di bina dan di bimbing agar mengalami pemulihan dan penyembuhan luka-luka
batin tersebut. Yang dapat berperan disini adalah guru-guru, bimbingan penyuluhan, wali kelas dan bidang ketertiban atau
kesiswaan. Jadi dalam penanggulangan disiplin ini diperlukan adanya
tata tertib sekolah, konsistensi dan menerapkan disiplin sekolah dan kemitraan dengan orang tua. Tindakan penanggulangan dapat
di lakukan melalui langkah prevensif, represif dan kuratif. Sanksi yang diberikan tidak boleh dilakukan secara emosional dan sesuai
selera, tetapi harus mengacu pada standar dan aturan yang ada serta bertujuan mendidik. Dengan hal-hal tersebut disiplin di sekolah
dapat ditegakkan dan dipulihkan. Siswa yang bermasalah dengan perilaku yang kurang baik dapat di tolong dan dipulihkan.
Diharapkan dengan langkah dan sikap seperti itu akan memberi dampak besar bagi kondisi kondusif sehingga tercipta hasil belajar
yang baik dan perubahan perilaku siswa yang lebih positif.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh sebab itu penulis beranggapan bahwa tingkat
kedisiplinan belajar siswa harus ditanamkan sejak dini agar tercapainya tujuan yang diinginkan.
Disiplin merupakan suatu proses belajar, perlu adanya upaya dari orang tua. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1 Melatih anak untuk berdisiplin
2 Membiasakan diri berperilaku sesuai nilai-nilai moral dan etika
3 Adanya kontrol orang tua dalam mengembangkan disiplin anak.
Ketiga upaya ini dinamakan kontrol ekternal.Kontrol yang berisonansi
dan keterbukaan
ini memudahkan
anak untuk
menginternalisasi nilai-nilai
moral.Kontrol eksternal
ini dapat
menciptakan dunia kebersamaan yang menjadi syarat esensial terjadinya penghayatan antara orang tua dan anak.
e. Korelasi Kedisiplinan Pelaksanaan Ibadah Shalat dengan
Kedisiplinan Belajar Siswa
Shalat yang dilakukan dengan tepat waktu dan khudhu akan menghasilkan penuhnya hati kita dengan kehadiran Allah.
Firman Allah: “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam
rongga dada ”.Q.S. Al Ahzab: 4
35
Jika hati seseorang telah dipenuhi dengan kehadiran Allah SWT, maka tak akan ada lagi tempat bagi sesuatu yang lain yang tak sejalan
35
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahannya, Jakarta: Tiga Serangkai, 2007, hal.418
dengan kehendak Allah SWT. Yakni tak akan ada lagi kecendrungan kepada hal-hal keduniawian yang bisa mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah dan laranganNya sejalan dengan itu , shalat yang dilakukan dengan konsisten dan berdisiplin akan
selalu memelihara kesadaran akan Tuhan dalam diri kita.Yakni perasaan bahwa kita terus menerus berada dalam pengawasan Allah SWT.
Pendeknya shalat yang benar akan membersihkan hati dan dari hati yang bersih tak akan keluar perbuatan yang tercela, kecuali hal-halyang bersih
dan baik. Hubungan pelaksanaan ibadah shalat dengan kedisiplinan siswa
sangat erat sekali terutama dalam kedisplinan waktu .Waktu merupakan rangkaian saat moment, kejadian, batas awal dan akhir peristiwa.Waktu itu
adalah salah satu dari titik sentral kehidupan, seseorang yang menyia- nyiakan waktu pada hakikatnya dia sdang mengurangi makna hidupnya.
Waktu merupakan cakrawala yang membentang netral dan sekaligus sebagai batas ketentuan, patokan, target atau kewajiban-kewajiban yang
harus diselesaikan atau dicapai oleh seseorang. Niali-nilai yang terkandung didalam waktu akan menjadi alat pemicu dirinya untuk
menampilkan wajahseseorang yang berdisiplin dengan waktu.
36
Sebagaimana firman Allah: Selanjutnya apabila kamu telah menyelesaikan shalat muingatlah Allah
ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu
36
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah, Jakarta: Gema Insani 2001, hal. 156
sebagaimana biasa sungguh shalat itu adalahkewajiban yang ditentukan waktu atas orang-orang yang beriman.Q.S. An Nisa:103
37
Pada tataran praktis siswa diajarkan untuk membiasakan perbuatan baik dan menjauhi keburukan. Dengan melaksanakan shalat seseorang
secara otomatis ia akan membiasan prilaku terpuji terutama disiplin waktu dengan cacatan shalat yang ia lakukan bermakna dalam kehidupan.Untuk
itu pihak penyelenggara sekolah sepantasnya menyediakan ruangan dan waktu untuk siswa melaksanakan salat secara berjamaah.
Dengan melaksanakan sh alat berjama’ah minimal Zuhur dan Ashar
karena kedua waktu shalat ini masih dalam waktu pembelajaran, atau shalat Duha, siswa siswi dididik beradaptasi dengan lingkungan sosialnya,
pada saat salat berjama’ah mereka dapat belajar bagaimana berkata yang baik, bersikap sopan dan santun, menghargai saudaranya semuslim, dan
terjalinnya tali persaudaraaan. Bila susasana seperti ini telah dibiasakan mereka tidak akan gagap
menghadapi kehidupan di masyarakat. Bahkan mereka dapat menjadi tauladan bagi masyarakatnya.
Shalat dilakukan 5 kali sehari semalam ialah membiaskan umat manusia untuk hidup bersih dengan symbol wudhu, disiplin waktu dengan
ditandai adzan disetiap waktu shalat, bertanggung jawab dengan simbol pengakuan di dalam bacaan doa iftitah “sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidup dan matiku untuk Allah ”, doa ini memberikan isyarat berupa
tanggung jawab atas anugrah yang Allah telah berikan. Pada saat ruku’ dan sujud umat muslim diajarkan untuk bersikap
rendah hati sikap rendah hati inilah merupakan awal kemulian seseorang. Di dalam hadits Qudsi Allah berfirman:
“Tidaklah aku menerima salat setiap orang, Aku menerima slat dari orang yang merendah demi ketinggianku, berkhusyuk demi
keagunganku, mencegah nafsunya demi larangku, melewatkan siang dan malam dalam mengingatku, tidak terus menerus dalam
pembangkanagan terhadapku, tidak bersikap angkuh terhadap
37
Departemen Agama, Op.Cit., hal. 95
mahlukku, dan selalu mengasihani yang lemah dan menghibur orang miskin demi keridhoanku. Bila ia memanggilku, aku akan
memberinya. Bila ia bersumpah dengan namaku aku akan membuatnya mampu memenuhinya. Akan aku jaga ia dengan
kekuatanku dan kubanggakan dia diantara malaikatku. Seandainya aku bagi-bagikan nurnya untuk seluruh penghuni bumi, niscaya
akan cukp bagi mereka. Perumpamaannya seperti surga firdaus, bebuahannya tidak akan rusak dan kenikmatannya tidak akan
sirna” H.R. Muslim
38
Dari matan hadis ini dapat penulis pahami bahwa, pelaksanaan salat tidak hanya sekedar melaksanakan kewajiban pada waktu-waktu
salat, melainkan tetap memaknai salat sepanjang aktivitas sehari-hari. Imam fachrurrazi menjelaskan kata shalatihim daaimuun ialah
orang-orang yang menjaga salat dengan menunaikannya diwaktunya masing-masing dan memperhatikan hal-hal yang terkait dengan
kesempurnaan salat. Hal-hal tersebut baik yang dilakukan sebelum salat dan setelah salat.Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam
proses pembentukan karakter, bila seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat terpuji, impuls-impuls positif menuju neokortek lalu tersimpan
dalam system limbic otak sehingga aktivitas yang dilakukan oleh siswa tercover secara positif.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk mendapatkan hasil yang tepat dan kepercayaan yang kuat tentang penulisan skripsi ini, maka diperlukan perbandingan dari hasil-hasil
penelitian yang relevan, yang berkaitan dengan judul skripsi penulis, antara lain penelitian yang berjudul:
1. “Hubungan shalat subuh berjamaah dengan disiplin santri di Yayasan
Pondok Pesantren Miftahul Huda Balungbang Petir Serang Banten ”. yang
telah dilakukan oleh Hasan Basri.
Berdasarkan hasil penelitian pada interpretasi secara sederhana di dapatkan korelasi yang positif dan signifikan antara shalat subuh berjamaah
38
Firdaus A.n.,325 Hadis Qudsi Pilihan,Jakarta: CV. Pedoman Ilmu, 1990, hal.23