TINJAUAN TEORITIS Regulator, dimaksudkan bahwa pemerintah Kota Malang berperan untuk

20 Sebagaimana halnya dengan negara, maka daerah dimana masing-rnasing pemerintah daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan rakyat dengan jalan melaksanakan pembangunan disegala bidang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah bahwa “Pemerintah daerah berhak dan berwenang menjalankan otonomi, seluas-Iuasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”. Pasal 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri diberikan sumber-sumber pedapatan atau penerimaan keuangan Daerah untuk membiayai seluruh aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur. Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah PAD sebagaimana datur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157, yaitu: 1 Hasil pajak daerah; Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping retribusi daerah. Pengertian pajak secara umum telah diajukan oleh para ahli, misalnya Rochmad Sumitro yang merumuskannya “Pajak lokal atau pajak daerah ialah pajak yang dipungut oleh daerah- daerah swatantra, seperti Provinsi, Kotapraja, Kabupaten, dan sebagainya”. Sedangkan Siagin merumuskannya sebagai, “pajak negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik”. Dengan demikian ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut: a Pajak daerah berasal dan pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah; b Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang; c Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang danatau peraturan hukum Lainnya; d Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik; 2 Hasil retribusi daerah; Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah. Pengertian retribusi daerah dapat ditetusuri dan pendapat-pendapat para ahli, misalnya Panitia Nasrun merumuskan retribusi daerah Josef Kaho Riwu, 2005:171 adalah pungutan daerah sebagal pembayaran pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah balk Iangsung maupun tidak Iangsung”. Dari pendapat tersebut di atas dapat diikhtisarkan ciri-ciri pokok retribusi daerah, yakni: a Retribusi dipungut oleh daerah; b Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang Iangsung dapat ditunjuk; c Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau mengenyam jasa yang disediakan daerah; 3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah dan dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri. Dalam hal ini hasil laba perusahaan daerah merupakan salah satu daripada pendapatan daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Maka sewajarnya daerah dapat pula mendirikan perusahaan yang khusus dimaksudkan untuk menambah penghasilan daerah disamping tujuan utama untuk mempertinggi produksi, yang kesemua kegiatan usahanya dititkberatkan kearah pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya serta 21 ketentraman dan kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu pengelolaan perusahaan haruslah bersifat professional dan harus tetap berpegang pada prinsip ekonomi secara umum, yakni efisiensi. Penjelasan atas UU No.5 Tahun 1962 Berdasarkan ketentuan di atas maka walaupun perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya hagi pendapatan daerah, tapi sifat utama dan perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada profit keuntungan, akan tetapi justru dalam memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum. Atau dengan perkataan lain, perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus tetap terjaimin keseimbangannya, yakni fungsi sosial dan fungsi ekonomi. 4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d, meliputi: a Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b Jasa giro; c Pendapatan bunga; d Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah Sedangkan menurut Feni Rosalia dalam Bintoro Tjokroamidjojo, 1984 sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah antara lain: a Dari pendapatan melalui pajak yang sepenuhnya diserahkan kepada daerah atau yang bukan menjadi kewenangan pemajakan pemerintah pusat dan masih ada potensinya di daerah; b Penerimaan dari jasa-jasa pelayanan daerah, misalnya retribusi, tarif perizinan tertentu, dan lain-lain; c Pendapatan-pendapatan daerah yang diperoleh dari keuntungan-keuntungan perusahaan daerah, yaitu perusahaan yang mendapat modal sebagian atau seluruh dari kekayaan daerah; d Penerimaan daerah dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dengan ini dimaksudkan sebagai bagian penerimaan pusat dan kemudian diserahkan kepada daerah; e Pendapatan daerah karena pemberian subsidi secara langsung atau yang penggunaannya ditentukan daerah tersebut; f Seiring terdapat pemberian bantuan dari pemerintah pusat yang bersifat khusus karena keadaan tertentu. Di Indonesia hal ini disebut ganjaran; g Penerimaan-penerimaan daerah yang didapat dari pinjaman-pinjaman yang dilakukan pemerintah daerah. C. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang terjadi di Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung. Efektivitas pemungutan pajak menggambarkan kinerja suatu pemerintahan. Dimana kinerja merupakan suatu prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Sedangkan efektivitas adalah mengukur hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri. Analisis efektivitas mutlak diperlukan guna mengukur sejauh mana pelaksanaan pemungutan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C di Kabupaten Tulang Bawang. Metode pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: 1. Pengukuran potensi pajak mineral bukan logam dan batuan. Pengukuran potensi pajak mineral bukan logam dan batuan atau pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut Ratu, 2010: n Pt =  = Vl x Hrg x Tr I=1 22 Dimana : Pt = Potensi penerimaan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C.  = Penjumlahan potensi dari obyek pajak ke 1 sampai ke n bahan galian golongan C VI = Volume bahan galian golongan C yang dieksploitasi dalam tontahun Hrg = Harga standar dari jenis bahan galian golongan C yang telah ditetapkan dalam Rpton Tr = Besarnya tarif pajak pengambilan dan pengolahan masing-masing bahan galian golongan C berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang no. 33 tahun 2014 Efektivitas Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Menurut Munir, dkk. 2004:151, kriteria penilaian terhadap tingkat efektivitas pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan. Tingkatan efektivitas dikategorikan sebagai berikut : Sangat efektif yaitu 100 Efektif antara 90 – 100 Cukup efektif antara 80 – 90 Kurang efektif antara 60 – 80 Tidak efektif bila 60. Efektivitas Berdasarkan target: Secara umum efektivitas menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Efektivitas menurut Halim 2002:129 menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Adapun cara untuk mengukur efektivitas penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan adalah sebagai berikut : Efektivitas Berdasarkan Potensi Efektivitas potensi adalah angka indeks atau rasio antara realisasi pajak mineral bukan logam dan batuan dengan potensi pajak mineral bukan logam dan batuan. Perhitungan efektivitas potensi dilakukan apabila jumlah potensi penerimaan pajak tidak sama dengan target penerimaan pajak. Adapun cara untuk mengukur efektivitas potensi pemungutan pajak adalah sebagai berikut Munir, dkk. 2004:150 : c. Analisis SWOT Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan, hambatan, peluang dan kebijakan perhitungan potensi pajak dan retribusi daerah, di wilayah Kabupaten Tulang Bawang. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strength dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman threats. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang opportunities dan ancaman threats dengan faktor internal kekuatan strengths dan kelemahan weakness Rangkuti, 2004:18. 23 Analisis SWOT dalam kegiatan perhitungan potensi pajak daerah dan retribusi daerah ini, merupakan analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan Strength dan kelemahan Weakness. Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang Opportunity dan tantangan Threaths. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah data sekunder dan primer antara lain: a. Data Primer Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. Data primer meliputi data kuantitatif dan data kualitatif, untuk memperoleh data kualitatif dilakukan indepht interview kepada petugas maupun para pengguna jasa pada instansi terkait. Data primer atau data pokok biasanya diperoleh penulis dengan terjun langsung ke objek penelitian dalam hal ini melakukan wawancara kepada pihak Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang dalam pencapaian realisasi penerimaan pajak dari target yang ditetapkan, serta wawancara lain dengan dinas pertambangan dan energi serta beberapa perusahaan yang disurvey. b. Data Sekunder Data sekunder yang meliputi dokumen maupun sumber-sumber prosedur pelayanan di instansi tersebut.. Dalam penelitian ini, data sekunder yakni meliputi data penerimaan pajak yang sebelumnya dan referensi lain yang relevan. 1. Data target dan realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan serta air tanah Kabupaten Tulang Bawang 3 tiga tahun terakhir, dan Peraturan Daerah, bersumber dari Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang. 2. Data tonase produksi eksploitasi bahan mineral bukan logam dan batuan Kabupaten Tulang Bawang, bersumber dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tulang Bawang. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, sebaliknya data yang didapat dari suatu lembaga yang dengan tujuan tertentu menggali data tersebut sebelumnya, akan menjadi data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan, antara lain:

a. Observasi pengamatan

Yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke obyek atau lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan di Dinas Pendapatan dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tulang Bawang serta dinas yang terkait dengan kegiatan ini.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dan responden. Sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam dengan alat perekam Kusmaryadi dan Sugiarto, 2000. Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah: 1. Key informan, yaitu mewawancarai informan kunci yang dipergunakan dalam penelitian ini. 2. Depth interview, yaitu melakukan wawancara secara mendalam kepada responden. 24

D. HASIL PENELITIAN

1. POTENSI PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM BANTUAN ua Potensi pajak mineral bukan logam dan batuan diartikan sebagai kekuatan sebenarnya dari pajak mineral bukan logam dan batuan. Analisis perhitungan potensi diperlukan dalam menentukan target secara rasional. Dalam melakukan perhitungan besaran potensi pajak mineral bukan logam dan batuan, diperlukan data jenis objek pajak mineral bukan logam dan batuan, kapasitas tonase volume eksploitasi bahan mineral bukan logam dan batuan, harga pasar masing-masing bahan mineral bukan logam dan batuan, dan tarif pajak masing-masing bahan mineral bukan logam dan batuan yang diambil oleh perusahaan dalam menjalanakan operasionalnya. Pemungutan besaran pajak yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang adalah sebesar 25 dari nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan di perusahaan tersebut. Penetapan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Ddaerah dan Retribusi Daerah bahwa tarif pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25. Salah satu tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan adalah menetapkan penyusunan target penerimaan pendapatan daerah yang salah satunya dengan menerapkan target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang. Adanya target diperlukan untuk melihat kondisi lapangan yang sebenarnya mengenai potensi pajak mineral bukan logam dan batuan yang menjadi pendapatan daerah. Kemudian, realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan target penerimaan perpajakan secara bulanan dan sekaligus perkiraan realisasi outlook selama satu tahun anggaran. Hasil dari perkiraan realisasi selama satu tahun tersebut akan digunakan sebagai baseline untuk menghitung proyeksi penerimaan perpajakan tahun berikutnya, dengan memperhitungkan berbagai pengaruh dari beberapa indikator ekonomi makro. Pengaruh dari kebijakan perpajakan yang diambil pemerintah dalam tahun tertentu terhadap penerimaan perpajakan dihitung menggunakan model dampak kebijakan yang hasilnya dipakai sebagai faktor penambah potential gain ataupun faktor pengurang potential loss terhadap perhitungan proyeksi penerimaan perpajakan tahun berikutnya. Tabel dibawah ini adalah target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Tulang Bawang. Tabel 1 Target Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013-2015 No Tahun Target Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 1 2013 250.000.000 2 2014 350.000.000 3 2015 750.000.000 Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015 Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang dalam menetapkan target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan didasarkan atas pencapaian target atau realisasi tahun sebelumnya yang mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan hampir selalu mencapai bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013-2015 No Tahun Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 1 2013 311.752.269 2 2014 680.782.000 3 2015 573.750.000 Keterangan : Angka Sementara Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tulang Bawang tahun 2015