Project Based Learning Model Pembelajaran Kurikulum 2013

36 masalah-masalah dunia nyata, sehingga secara tidak langsung, dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk siap menghadapi berbagai persoalan di kehidupan sehari-sehari dan siswa dibiasakan agar dapat menghadapi masalah yang akan timbul di kemudian hari. Guru merupakan pelaku pendidikan di dalam kelas yang berperan penting sebagai perancang dan pelaksana model pembelajaran di dalam kelas. Berikut Peran Guru dalam model pembelajaran problem based learning 2013:82. Tabel 4. Fase dan Perilaku Guru dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam aktivitas pembelajaran berdasarkan model pembelajaran berbasis masalah, strategi yang digunakan adalah memberikan masalah kepada siswa Fase Perilaku Guru Fase 1 Mengarahkan siswa ke permasalahannya Guru menelaskan tujuan pelajaran, mendeskripsikan keperluan-keperluan logistic penting, dan memotivasi siswa untuk ikut terlibat dalam kegiatan problem Solving yang dipilih sendiri Fase 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas pembelajaran yang berhubungan dengan permasalahannya Fase 3 Membantu investigasi mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang tepat guna, melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan penelasan dan solusi Fase 4 Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibits Guru membantu siswa dalam mencernakan dan mempersiapkan artefak sebagai laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi karya dengan orang lain Fase 5 Menganalisis dan Mengevaluasi proses Problem Solving Guru membantu siswa untuk merefleksikan investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan 37 untuk dipecahkan secara individu atau kelompok menurut Arends dalam Martinis Yamin 2013:82 harus memenuhi ima kriteria penting. Pertama, situasi itu mestinya autentik. Masalah harus dikaitkan dengan dengan pengalaman riil siswa dan bukan dengan prinsip-prinsip disiplin akademis tertentu. Kedua, masalah itu mestinya tidak elas sehingga menciptakan misteri atau teka teki .Masalah yang tidak jelas dan tidak dapat diselesaikan dengan jawaban sederhana dan membuktikan solusi-solusi alternatif, dengan kelebihan serta kekurangan masing-masing. Keempat, masalah itu harus cukup luas sehingga memberikan kesempatan kepada guru untuk memenuhi tujuan instruksionalnya, tetapi tetap dalam batas-batas yang fisibel bagi pelaarannya dilihat dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya. Kelima, masalah yang baik harus mendapatkan manfaat dan usaha kelompok, bukan justru dihalangi.

c. Discovery Learning

Menurut Jamil Suprihatiningrum 2013:241 “Pembelajaran dengan penemuan Discovery Learning merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan”. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran dengan penemuan Discovery Learning sesuai Implementasi Kurikulum 2013 yang menganut pendekatan kontruktivis dalam paradigma belajarnya. Discovery Learning atau pembelajaaran Discovery Penemuaan merupakan suatu model pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran di dalaam kelas karena ada suatau proses dimana siswa 38 belajar menemukan sendiri suatau permaasalahan yang timbul dalam proses pembelajaraan. Pembelajaran penemuan Discovery Learning bertujuan agar siswa merasa senang ketika melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas yang berkaitan dengan proses menemukan sesuatu oleh mereka sendiri .Menurut Jamil Suprihatiningrum 2013:242 melalui pembelajaran penemuan, diharapkan siswa terlibat dalam penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data, dan menggunakanya untuk menemukan hokum atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut.Pembelajaran penemuan disusun dengan asumsi bahwa observasi yang diteliti dan dilakukan dengan hati-hati serta mencari bentuk atau pola dari temuanya dengan cara induktif akan mengarahkan siswa kepada penemuan hokum-hukum atau prinsip-prinsip. Menurut Sund Rustiyah NK, 2001:20 menjelaskan bahwa “Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulaan, dan seterusnya”. Sehingga dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran penemuan guru menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan siswa diarahkan agar dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka. Selanjutya Arends menjelaskan bahwa Pelajaran-pelajaran pada pembelajaran penemuan sebagian besar didasarkan pada pertanyaan berdasarkan disiplin ilmu, dan penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas pada lingkungan kelas. Sementara pembelajaran berdasarkan masalah dimulai dari masalah kehidupan nyata yang bermakna yang memberikan kesempatan pada siswa dalam memilih dan melakukan penyelidikan apa pun, baik di dalam dan di luar kelas selagi penyelidikan tersebut diperlukan untuk memecahkan masalah. Selain itu, karena masalah yang ada merupakan masalah kehidupan nyata,