proses resosialisasi akan direspon atau direaksi oleh keluarga-keluarga jalanan. Sikap sebagai suatu kecenderungan dalam mananggapi atau mereaksi terhadap
objek, pribadi lain ataupun persoalan tertentu J.P Chaplin, 2002:43. Bermacam- macam sikap yang muncul dalam kaitannya menanggapi problem yang terjadi.
Sikap-sikap yang muncul dalam mereaksi probelm-problem yang dialami keluarga-keluarga jalanan merupakan komponen-komponen konflik yang mereka
rasakan. Reaksi muncul terhadap problem sebagai usaha menanggapi konflik yang
mereka alami. Reaksi dapat terjadi dalam segi kognitif, psikologis dan juga perilaku. Reaksi kognitif, psikologis dan perilaku yang muncul dalam problem
merupakan komponen-komponen dalam konflik. Dari sekian banyak problem yang dialami para keluarga jalanan terdapat
konflik yang dianggap terberat oleh keluarga jalanan. Konflik terberat adalah problem yang dianggap oleh keluarga jalanan sebagai yang paling menyita
keadaan kognitif, emosional dan perilaku keluarga jalanan. Konflik terberat secara komponen kognitif tidak akan menimbulkan pengolahan konflik secara lebih
matang dengan pemikiran-pemikiran yang jernih, sehingga tidak menjadikan pengalaman yang menyenangkan dan hanya pengalaman yang menyita pikiran.
Konflik terberat secara komponen kognitif hanya dapat menimbulkan frustasi dan stres. Konflik terberat secara komponen emosional akan selalu menimbulkan
perasaan yang berkaitan dengan reaksi emosi yang tertekan, seperti rasa marah, rasa cemas, rasa bingung dan rasa bimbang. Konflik terberat secara komponen
perilaku dapat terjadi melalui tindakan langsung dengan sikap yang dekstrutif dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperkeruh keadaan konflik yang terjadi ataupun tindakan yang tidak menciptakan penyelesaian suatu problem. Konflik terberat secara komponen
perilaku dapat terlihat melalui perilaku agresif dan perilaku dekstruktif Pengalaman-pengalaman yang dialami keluarga-keluarga jalanan selama
mengalami proses resosialisasi, dapat memberikan gambaran-gambaran problem dalam bentuk konflik yang dialami selama proses resosialisasi. Problem-problem
yang terberat yang dialami dapat menjelaskan cara mereka bersikap terhadap konflik dengan lebih jelas, baik sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap-sikap
yang muncul dalam menanggapi konflik merupakan sikap keluarga jalanan yang digunakan dalam menanggapi problem-problem keluarga-keluarga jalanan dalam
proses resosialisasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Cresswell 1998 penelitian kualitatif digunakan untuk melihat suatu fenomena dalam konteks alamiah
dan berusaha menggambarkan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi terjadi sekarang ini. Prosedur penelitian ini menghasilkan data deskripsi yang dihasilkan dari
ucapan, tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari subjek itu sendiri Bogdan dan Taylor 1975 dalam Moleong, 2000:3. Jenis data yang dapat dikumpulkan
mempunyai sifat deskriptif seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, rekaman Poerwandari, 1998:29. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan tentang berbagai jenis problem yang dialami dan keluarga jalanan di dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Sebagaimana dijelaskan
Suryabrata 2002, penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu. Data-data deskriptif bertujuan menggambarkan sifat atau keadaan subjek
penelitian pada saat penelitian sedang berlangsung. Data-data deskriptif yang ada dapat menggambarkan macam-macam konflik yang dialami subjek dalam proses
resosialisasi di PSP YSS.
35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Fokus Penelitian
1. Problem-problem apa sajakah yang dialami keluarga-keluarga jalanan dalam proses resosialisasi PSP YSS. Problem-problem tersebut meliputi:
a. Konflik intrapersonal :
Ini lebih dikenal sebagai konfllik peran. Konflik yang berkaitan dengan tanggungjawab anggota keluarga di dalam keluarga. Konflik ini terjadi di
internal keluarga jalanan. Konflik timbul karena ketidakmampuan tiap anggota keluarga jalanan dalam menjalani peran di keluarga.
b. Konflik interpersonal :
Konflik ini terjadi antara individu yang satu dengan yang lain. Konflik ini disebabkan kesalahpahaman dalam menanggapi sesuatu. Konflik ini bisa
terjadi antara anggota keluarga jalanan dengan anggota keluarga jalanan yang lain yang tidak sekeluarga, anggota keluarga jalanan dengan anggota
masyarakat sekitar, anggota keluarga jalanan dengan relawan PSP YSS, anggota keluarga jalanan dengan anggota keluarga jalanan yang sekeluarga.
c. Konflik organisasi
: Konflik yang terjadi dengan keluarga jalanan dengan kelompok lain. Konflik
ini terjadi karena adanya kesalahpahaman, sikap menentang, ketidakpercayan, ketidaksenangan terhadap kegiatan di dalam organisasi. Kelompok lain yang
dimaksud adalah pihak pengurus PSP YSS, pihak RT sekitar PSP YSS sebagai otoristas administratif setempat, dan masyarakat umum.
2. Konflik-konflik yang menjadi problem terberat yang dialami keluarga- keluarga jalanan dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Problem terberat
adalah konflik yang dianggap oleh keluarga jalanan sebagai yang paling menyita keadaan kognitif, emosional dan perilaku keluarga jalanan.
a. Komponen kognitif :
pengolahan konflik secara lebih matang dengan pemikiran-pemikiran yang jernih, sehingga tidak menjadikan pengalaman yang menyenangkan dan
hanya pengalaman yang menyita pikiran. b.
Komponen emosional : reaksi emosi yang muncul dalam menghadapi konflik. Reaksi emosi tertekan
dapat berbentuk: kemarahan, rasa cemas, kebingungan dan rasa bimbang atau bahkan menjadi sangat gembira.
c. Komponen perilaku :
Reaksi yang perilaku dan sikap yang muncul dalam menghadapi konflik. Reaksinya dapat berbentuk sikap bermusuhan, agresi dan penyerangan secara
verbal atau fisikal; ataupun reaksinya beralih yang lain yang menarik diri, bungkam seribu bahasa. Reaksi-reaksi perilaku dan sikap yang muncul dan
timbul dalam menghadapi konflik dapat dipengaruhi perasaan saat berkonflik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Bagaimana para keluarga-keluarga jalanan menyikapi problem-problem terberat yang mereka alami dalam proses resosialisasi di PSP YSS? Sikap
positif maupun sikap negatif yang dimunculkan keluarga jalanan dalam menghadapi konflik. Sikap positif adalah sikap seperti, pandangan yang sehat,
perasaan yang positif, itikad yang baik, perilaku konstruktif. Sikap negatif adalah seperti, memandang konflik sebagai hambatan, perasaan bahwa konflik
merugikan, sikap cenderung desktruktif, sikap yang cenderung merusak kepentingan berasama dan hubungan yang terjalin.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian Subjek penelitian berada di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial
Soegiyapranata PSP YSS. PSP YSS secara geografis terletak di bantaran Kali Winongo. PSP YSS secara administratif termasuk dalam wilayah RT 1 RW 1,
Kampung Pingit, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Jogyakarta. PSP YSS secara geografis berbatasan dengan RT 3 di sebelah utara, RT 2 dan RT 1 di sebelah timur,
RT 1 di sebelah selatan dan kali Winongo di sebelah barat. Sebelah timur PSP YSS berbatasan dengan Kali Winongo. Lebih tepatnya PSP YSS terletak dibantaran Kali
Winongo. PSP YSS berdiri pada tahun 1966. PSP YSS bagi para keluarga jalanan
dipandang sebagai tempat mengubah nasib, saat mereka mengharapkan memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rumah, entah di kampung asal atau mengontrak rumah di kota. Yang jelas, mereka tidak ingin kembali ke jalan dan hidup sebagaimana masyarakat lain. YSS Selayang
Pandang Ultah ke-35, 2001. Penduduk dari luar daerah Pingit sering menyebutnya sebagai “daerah
hitam” karena terkenal dengan banyaknya pelaku tindak kriminal berasal dari daerah ini. Mayoritas penduduk Pingit menghidupi keluarganya dengan bekerja keras
sebagai pengemis, pemulung, tukang becak, bahkan pekerja seks Sindhunata, 2001:5. RT 1 merupakan administratif dari PSP YSS yang memiliki mayoritas
penduduk RT 1 termasuk dalam ketegori ekonomi menegah ke bawah Ouda Teda Ena, 2001. Sindhunata Bermimpi Bersama Anak-anak Tepi Kali Winongo, 2001:5
mengatakan bahwa Pingit adalah lingkungan yang tidak berpendidikan. Orang tua mendidik anak-anaknya dengan keras, membentak-bentak penuh kemarahan dan caci
maki.. Wilayah Pingit terutama RT 1 ini merupakan wilayah yang padat penduduk. Keadaaan antara rumah penduduk RT 1 saling berdempetan, bahkan satu rumah bisa
dihuni antara 2-3 keluarga. Subjek penelitian adalah keluarga yang tinggal di YSS. Mereka tinggal di
dalam rumah-rumah bambu semi permanen yang sudah disediakan oleh PSP YSS. Secara administratif, mereka termasuk dalam wilayah RT 1 dan juga didaftarkan
sebagai warga RT 1. Mayoritas diantara mereka tidak memiliki KTP. Dilihat dari segi ekonomi, mereka termasuk dalam kategori ekonomi lemah. Pekerjaan mereka sebagai