karena mereka merupakan pasangan yang tidak memiliki tempat tinggal. Mereka tidur di jalanan dan selalu berpindah-pindah tempat agar mendapatkan penghasilan.
Di PSP YSS saat ini terdapat 6 keluarga yang sedang menjalani program proses resosialisasi. Kehidupan 6 keluarga jalanan sebelum mengalami proses
resosialisasi adalah kehidupan yang jauh dari kehidupan masyarakat dan kehidupan yang sangat minim dalam pemenuhan kebutuhan sandang, papan, dan pangan.
Tuntutan untuk belajar kembali dalam proses resosialisasi keluarga jalanan tidaklah sedikit. Realitas-realitas keluarga jalanan di dalam program resosialisasi tidak sedikit.
Banyaknya realitas yang harus mereka jalani dalam program resosialisasi berarti besar tantangan yang harus mereka hadapi. Realitas-realitas ini adalah interaksi
keluarga jalanan dengan dunia yang baru di PSP YSS. Interaksi dengan lingkungan terjadi antara keluarga jalanan dengan sesama keluarga jalanan yang juga menjalani
proses resosialisasi, penduduk sekitar PSP YSS, pihak administratif pemerintahan paling terkecil RTRW, otoritas PSP YSS. Interaksi juga dapat terjadi di dalam
keluarga jalanan sendiri. Interaksi keluarga jalanan dengan lingkungan baru di dalam proses resosialisasi memunculkan problem-problem. Problem-problem dan
hambatan-hambatan harus dihadapi oleh para keluarga jalanan selama di dalam
proses resosialisasi.
Problem adalah segala sesuatu permasalahan yang membutuhkan suatu jawaban dan keputusan Neumeyer 1953:20. Dalam konteks PSP YSS, problem-
problem dilihat sebagai segala masalah-masalah yang sifatnya menghambat dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bentuk konflik-konflik, yang dihadapi oleh keluarga jalanan dalam menjalani proses resosialisasi. Konflik adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan Pruitt
1986:21. Konflik-konflik yang dihadapi dan diselesaikan para keluarga jalanan yang menjalani proses resosialisasi di PSP YSS merupakan bagian dari proses belajar
untuk merubah dari kehidupan kehidupan jalanan menjadi bermasyarakat. Dalam tulisannya Sowondo dalam Studi Kancah YSS dan Gelandangan:
Sebuah kerja Pemanusian Widiastyo 1985:71 mengatakan bahwa keluarga jalanan setelah dimukimkan, diharapkan mereka dapat membantu kampungnya yang baru dan
belajar bersama masyarakat dan menjadi bagian masyarakat. Selain itu juga Suwondo mengatakan lagi bahwa satu tahun seseorang menjadi keluarga jalanan, mungkin 10
tahun baru bisa diharapkan perubahan yang nyata kalau pendekatan dan penyuluhan dilakukan secara terus-menerus. Merubah kehidupan keluarga jalanan yang bebas
tanpa harus bepikir pajak, bisa tidur di mana saja, kerja mencari uang hanya pada saat lapar tidaklah mudah. Problem-problem muncul pada saat keluarga jalanan memulai
belajar kembali kehidupan yang baru di masyarakat. Problem ini muncul akibat interaksi para keluarga jalanan dengan lingkungan sekitarnya di dalam proses
resosialisasi. Problem selama proses program resosialisasi dapat saja terjadi di dalam keluarga sampai, problem yang berbenturan dengan kehidupan bertetangga, problem
yang terjadi dengan antara pihak PSP YSS ataupun pihak administratif suatu wilayah ataupun dengan lingkungan di luar PSP YSS ataupun pihak administratif suatu
wilayah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keluarga-keluarga jalanan yang pernah menjalani proses resosialisasi di PSP YSS tidaklah semuanya akan menjadi keluarga yang berhasil. Berhasil yang
dimaksud di sini adalah dapat meninggalkan kehidupan jalanan dan kembali hidup bermasyarakat. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses mereka
dalam proses resosialisasi keluarga jalanan di PSP YSS. Pada saat keluarga-keluarga
jalanan dalam proses belajarnya menciptakan keberhasilan kembali kepada kehidupan yang merupakan bagian dari masyarakat, maka seiring dengan itu berbagai problem
muncul. Problem-problem muncul dapat terjadi dalam bentuk konflik. Hasil penelitian A. Eko Widyantyo 2007:67menyatakan bahwa mampu mengatasi tiap
konflik dalam proses resosialisasi merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan proses resosialisasi di PSP YSS. Keberhasilan menyelesaikan konflik merupakan
salah satu tahapan yang harus dipenuhi untuk berhasil dalam proses resosialisasi PSP YSS. Dalam penelitian Eko Widyantyo tidak menjelaskan secara detil konflik apa
sajakah yang dialami keluarga jalanan dalam proses resosialisasi. Salah satu dari hasil penelitiannya lebih menceritakan bagaimana keluarga jalanan bersikap dalam
menghadapi konflik sebagai suatu akibat dalam membaur dengan masyarakat dan persinggungan budaya yang berbeda. Oleh sebab itu penelitian ini berusaha
mendeskripsikan problem di dalam proses resosialisasi yang belum terungkap dalam penelitian Eko Widyantyo. Problem dalam proses resosialisasi yang dimaksud adalah
konflik apa sajakah yang dialami keluarga jalanan, konflik yang manakah yang merupakan problem terberat yang dialami keluarga jalanan, bagaimana sikap
keluarga jalanan dalam menghadapi problem terberat di dalam proses resosialisasi di PSP YSS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Problem-problem apa sajakah yang dialami keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi PSP YSS?
2. Konflik-konflik apa yang menjadi problem terberat yang dialami keluarga- keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi di PSP YSS?
3. Bagaimana para keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi menyikapi problem-problem terberat yang mereka alami dalam proses
resosialisasi di PSP YSS?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi tentang problem-problem dalam bentuk konflik-konflik yang terjadi pada keluarga jalanan di dalam proses
resosialisasi di PSP YSS dan dinamika sikap-sikap dalam menghadapi konflik terberatnya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan sumbangan manfaat dalam dua bentuk manfaat. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian ini memberikan sumbangan kepada perkembangan Psikologi Sosial, lebih spesifik lagi mengenai problem-problem yang terjadi di keluarga
jalanan. 2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan langsung kepada YSS mengenai problem-problem keluarga jalanan yang terjadi, sehingga
dapat menganalisa kebutuhan-kebutuhan pendampingan keluarga- keluarga jalanan dalam proses resosialisasi..
b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi kepada para relawan YSS, agar dapat menentukan langkah-langkah pendampingan
kepada keluarga-keluarga jalanan yang disesuaikan dengan latar belakang dan problem-problem yang dihadapi dari tiap keluarga
jalanan dalam proses resosialisasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Resosialisasi
Sosialisasi Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1991 adalah proses belajar seseorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan
masyarakat lingkungannya. Resosialisaasi merupakan salah satu bentuk dari sosialisasi sekunder. Sosialisasi sekunder merupakan proses berikutnya yang
memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia obyektif masyarakat Berger dan Luckman, 1967:130.
Resosialisasi adalah pembelajaran tentang sikap, nilai, dan kebiasaan yang baru yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang Abarca,
2005; Lonsdale, 2005; Schaefer, 2001. Lonsdale 2005 mengkategorisasikan resosialisasi menjadi dua: 1 resosialisasi sukarela yang terjadi dimana seorang
individu dengan sukarela memilih untuk mengubah sikap dan kebiasaannya, 2 resosialisasi paksaan yaitu resosialisasi yang terjadi melawan sikap bebas
seseorang dan pada umumnya berlangsung pada suatu institusi. Berdasarkan definisi di atas, resosialisasi sukarela lebih didasarkan kepada pilihan dan
kesadaran dari individu untuk melakukan perubahan atas dirinya. Resosialisasi paksaan lebih didasarkan pada pemaksaan terhadap individu. Resosialisasi ini
lebih dikenal di dalam kalangan ilmuwan sosial sebagai praktek cuci otak brainwashing.
10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Proses belajar adalah proses perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari praktek atau hasil pengalaman Chaplin
1981:272. Tidak jauh berbeda dengan Winkel 1987: 59 yang merumuskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan dalam belajar
yang dirumuskan oleh Winkel bersifat relatif konstan dan berbekas. Resosialisasi menuntut adanya suatu proses belajar dalam belajar bermasyarakat. Belajar
bermasyarakat adalah bentuk belajar yang bertujuan mengekang dorongan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada orang
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini mencakup cara-cara kehidupan bersama untuk saling menjaga sopan-santun, penghargaan dan kerukunan
terhadap yang lain. Jadi problem proses belajar dapat diartikan sebagai suatu masalah-masalah yang menghambat dalam proses perubahan yang relatif
permanen dalam tingkah laku, pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai- sikap di dalam interaksi dengan lingkungan atau pengalaman dengan lingkungan.
Jadi proses resosialisasi adalah proses-proses belajar untuk menanamkan sikap, nilai, dan kebiasaan baru yang digunakan untuk menginterpretasikan dan
menghadapi dunia di sekeliling mereka yang baru.
1. Sikap Menurut J.P Chaplin definisi sikap, adalah satu predisposisi atau
kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertingkah-laku atau untuk mereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu J.P Chaplin, 2002:43. Sumber dari
sikap tersebut bersifat kultural, familial, dan personal. Yaitu, cenderung beranggapan bahwa sikap-sikap itu akan berlaku dalam kebudayaan selaku tempat
kita dibesarkan akan tetapi beberapa dari tingkah laku juga dikembangkan selaku orang dewasa, berdasarkan pengalaman kita sendiri. Sumber-sumber penting dari
sikap-sikap orang dewasa adalah propaganda dan sugesti dari penguasa, kaum usahawan, lembaga pendidikan dan agensi lainnya, yang berusaha mempengaruhi
tingkah laku orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukanlah
tindakan nyata overt melainkan masih bersifat tertutup covert behavior. Sikap dapat dikatakan sebagai arah tindakan seseorang yang berkenaan dengan suatu
objek. Arah tersebut dapat mendekati atau menjauhi. Tindakan mendekati atau menjauhi suatu objek orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain, dilandasi oleh
rasa penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek tersebut Djaali 2007:115.
2. Nilai Nilai adalah suatu sasaran sosial atau tujuan sosial atau insentif sosial yang
dianggap pantas dan berharga untuk dicapai J.P Chaplin, 2002:527. Klinger 1977 mengatakan bahwa insentif adalah objek atau kejadian yang memiliki nilai
dalam individu. Sedangkan tujuan adalah objek, kejadian atau pengalaman yang akan atau ingin dicapai oleh individu karena tingkah lakunya. Tidak ada