Tabel 3: Konflik-konflik keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi
BP 1 Tidak mau
tinggal di PSP YSY tetapi
dipaksa suaminya
suaminya untuk tinggal
di PSP YSS.
2 Problem dengan suami
tentang pekerjaan:
a. Problem dengan
suami suaminya
tidak telaten kalau
bekerja dagang
sehingga dirinya
merasa sendiri
dalam memenuhi
kebutuhan keluarga.
3 Berniat pisah tetapi pernah
dimarahi suaminya.
1 Tidak mau ketemu dengan
Pak Yakub karena merasa
telah dihina dan dijelek-
jelekan.
2 Mbak Magda kakak
iparnya sering mengarahkan
agar keluarganya
memiliki kemajuan
tetapi suaminya tidak
mau mendengarkan.
3 Ada problem dengan istrinya
Pak udin mengenai
penggunaan air di sumur.
1 Problem dengan suami
tentang pekerjaan:
a. Problem dalam
berjualan angkringan
yang modalnya
habis karena
piutang yang tidak
terbayar.
2 Membantah alternatif yang
diberikan Mas Leo jika tidak
diantar bekerja oleh suaminya
karena alternatif yang
diberikan dengan becak
akan membuat rugi usahanya.
3 Ditegur frater karena sering
pulang tengah malam dari
berjualan Angkringan
Problem terberatnya adalah
suami tentang pekerjaan
Tabel diatas memuat gambaran konflik keluarga jalanan di dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Tabel diatas berisi gambaran konflik intrapersonal,
interpersonal, dan konflik organisasi keluarga jalanan di dalam. Konflik intrapersonal yang dialami keluarga jalanan dalam proses resosialisasi terjadi di dalam keluarga.
Konflik ini berkaitan dengan peran dan tanggung jawab di dalam keluarga. Peran dan tanggung jawab yang sesuai dengan status mereka dikeluarga, entah sebagai suami
atau istri atau saudara. Peran dan tanggung jawab yang berhubungan dalam memaksimalkan kehidupan berkeluarga. Konflik ini terjadi di dalam keluarga PP dan
PU. Konflik intrapersonal di keluarga PP terjadi karena dilatarbelakangi masalah pekerjaan yang selalu berganti. Masalah pekerjaan ini akhirnya menimbulkan konflik
antara suami istri PP dan BP. Konflik intrapersonal yang terjadi berkaitan dengan peran anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Konflik intrapersonal
dalam keluarga PU dilatar belakangi dengan kehadiran kakak ipar yang sakit. Konflik intrapersonal yang terjadi berkaitan bagaimana berperan dalam memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang baru. Konflik interpersonal yang dialami keluarga jalanan terjadi antar individu.
Individu yang satu adalah responden dalam penelitian yang berkonflik dan individu yang lain. Individu yang lain adalah sesama warga PSP atau anggota keluarga
responden penelitain yang berkonflik atau masyarakat sekitar ataupun relawan PSP YSS. Konflik interpersonal berdasarkan tabel diatas kebanyakan terjadi antara sesama
warga PSP YSS. Terdapat dua keluarga yang tercatat bahwa konflik intrapersonal tidak terjadi antar sesama warga PSP YSS. Konflik ini dialami oleh responden PY
dan BP. Konflik interpersonal ini terjadi antara PY dengan masyarakat sekitar diluar PSP YSS. Konflik interpersonal yang dialami BU terjadi antara BU dengan anggota
keluarga yang tidak tinggal serumah di PSP YSS. Konflik interpersonal yang dialami PY dan BU karena perbedaan cara pandang dalam melihat suatu kepentingan. Oleh
sebab itu terjadi kesalahpahaman dalam menanggapi kepentingan tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Konflik organisasi adalah konflik yang terjadi antar organisasi. Konflik ini terjadi antara keluarga jalanan dengan pihak pengurus PSP, pihak RT sekitar PSP
YSS sebagai otoristas administratif setempat, dan masyarakat umum. Dalam tabel diatas tercatat bahwa terdapat 6 konflik organisasi yang terjadi antara keluarga
jalanan dan masyarakat umum. Konflik organisasi dengan masyarakat umum inilah yang merupakan konflik yang terbanyak terjadi. Kebanyakan konflik organisasi
antara keluarga jalanan dengan masyarakat umum berkaitan dengan kehidupan pekerjaan. Konflik organisasi dengan pihak PSP YSS terjadi dalam kaitannya dengan
kegiatan dan tanggung jawab selama tinggal di PSP YSS. Konflik organisasi dengan pihak RT adalah konflik yang sedikit terjadi di dalam proses resosialisasi.
Konflik Konflik terberat yang dialami keluarga jalanan dapat juga terlihat melalui tabel diatas. Konflik terberat terlihat di dalam kolom “konflik terberat” di dalam tabel
3: Konflik-konflik keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi hal 76. Persebaran Konflik terberat keluarga-keluarga jalanan di PSP
YSS berdasarkan jenis-jenis konfliknya dapat juga dilihat di tabel 3 hal 76 dengan melihat kalimat yang dicetak tebal. Konflik terberat yang paling banyak dialami
keluarga jalanan selama proses resosialisasi adalah konflik intrapersonal. Konflik terberat tersebut terdapat di empat responden penelitain dan merupakandua pasangan
keluarga jalanan. PU dan BU, PP dan BP adalah kedua pasangan yang mengalami konflik terberat terbanyak. Masih terdapat konflik terberat di kolom konflik
interpersonal dan organisasi hal 76. Pada kolom konflik interpersonal terdapat konflik terberat. Konflik terberat tersebut dialami keluarga PY dan BY, dan PU.
Konflik terberat PU pada kolom konflik interpersonal merupakan konflik lanjutan dari konflik terberat di kolom konflik interapersonal. Konflik terberat pada kolom
konflik organisasi adalah konflik-konflik lanjutan pada kolom konflik interapersonal dan konflik interpersonal.
Adapun konflik-konflik terberat keluarga-keluarga jalanan di PSP YSS memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
1. Konflik-konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan memiliki kecenderungan munculnya konflik lanjutan dari konflik utama, seperti
responden PY lihat pada tabel tiga baris keluarga II-baris PY, konflik utamanya adalah terjadinya masalah dengan Mas Agus karena Mas Agus
berhutang berkali-kali dan tidak menepati janji untuk mengembalikan. Konflik utamanya ini berlanjut kepada ke konflik berikutnya, yaitu dituduh
melaporkan prilaku Mas Agus yang mengambil semen tanpa ijin dan warga sekitar menuduh bahwa cari muka dengan pihak kantor. Munculnya konflik
lanjutan dari konflik utama juga muncul dalam konflik-konflik yang dialami BY dan BP .
2. Konflik-konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan cenderung berlangsung lama dan tidak sebentar. PY dan BY mengalami masalah dengan
Mas Agus dan berlangsung selama hampir setahun BY, M20-22. keluarga PU dan BT mengalami masalah dengan kakak ipar PU semenjak dari 2
minggu PU, R25 pertama tinggal di PSP YSS sampai dengan sekarang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah 8 bulan tinggal di PSP YSS. Keluarga PP dan BP tentang masalah pekerjaan sudah dialami selama 9-10 bulan.
Konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan merupakan proses tersulit yang harus dihadapi keluarga-keluarga jalanan selama proses resosialisasi.
Keluarga-keluarga jalanan membutuhkan waktu yang lama kerena mereka belajar mengubah sikap mereka dalam menghadapi konflik. Keluarga-keluarga jalanan
belajar mengubah sikap mereka karena mereka sadar bahwa sikap dalam menghadapi konflik saat masih tinggal di jalanan sudah tidak sesuai lagi dengan
realitanya yang sekarang tinggal di PSP YSS. Intinya keluarga-keluarga jalanan belajar melalui kesalahannya bersikap dalam menghadapi konflik terberat yang
dialami. Pengalaman para keluarga jalanan dalam menghadapi konflik terberat menunjukkan adanya kesesuaian dengan konsep proses resosialisasi yang
membutuhkan pembelajaran baru tentang sikap, nilai, dan kebiasaan yang baru yang berbeda dari pengalaman dan latar belakang seseorang Abarca, 2005;
Lonsdale, 2005; Schaefer, 2001. Tidak jarang terdapat komponen perilaku, komponen kognititf dan komponen emosional yang menunjukkan cara sikap yang
negatif dalam menanggapi konflik terberat ditunjukkan oleh para keluarga jalanan pada awalnya. Sikap ini terlihat juga dalam salah satu seperti responden PY, yang
menyatakan memiliki pemikiran buruk untuk membalas dendam dan ungkapan PY bahwa akan meceritakan kepada teman-temanya agar dapat membalas prilaku
Mas Agus Tabel 4 hal 92. Sikap negatif dalam menghadapi konflik terberat tidak dapat mengembalikan dalam keadaan normal yaitu keselarasan Pruitt dan
Rubin, 1984:148. Sikap negatif terhadap konflik terberat memunculkan konflik lanjutan. Konflik lanjutan dari konflik terberat adalah respon dari adanya sikap
negatif dalam menghadapi konflik terberat. Sikap negatif tidak memberikan kejelasan akan penyelesaian konflik terberat.
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat
Sikap Negatif Sikap positif
Inis ial
Konflik terberat
Pandangan Buruk
Perasaan negatif
Rencana buruk
Desktruktif Pandangan sehat
Perasaan positif
Itikad baik Perilaku
konstruktif
PU
Masalah dengan kaka
ipar yang tidak mau
membantu pekerjaan
mengambil rokok
Masalah beratnya
karena dia harus
menanggung biaya hidup
kakak iparnya dan kakak
iparnya tidak dapat
membantunya berjualan.
sebenarnya merasa
keberatan dengan
kehadiran kakak
iparnya hanya
makan, merokok,
tidur dan minta
uangsetiap harinya
Bersepakat dengan
adek ipar tentang
tinggalnya kakak
iparnya jika dari
pihak kantor PSP
YSS belum menegerti
keadaan keluargany
a. Meminta
tolong ke saudara-
saudara istrinya
tentang masalah
kejiwaan kakak iparnya.
I
BU
masalah- masalah yang
terjadi dengan kehadiran
kakak ipar 1. merasa
bertanggun gjawab
dalam menghidup
i kakak ipar yang
sakit. Keberatan
jika kakaknya
yang tinggal di rumahnya
hanya malas-
malasan dan mengharapk
an kakaknya bisa
mengerti keadaannya
Sudah membicara
kan masalah ini
dengan ibu di
Bengkulu dan
keluarga- keluarga
yang lain
. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat
2. jengkel dengan
prilaku kakak
iparnya Berencana
mengusir kakaknya
pergi. Subyek
jengkel dengan kakaknya dan
menyuruh kakaknya
tinggal di tempat Mas
Mulyono Kakaknya
pernah kumat dan dibawa ke
RSJ.
II PY
Masalah- masalah
dengan Mas Agus:
1. berawal
dari Mas Agus yang
berhutang berkali-
kali dan tidak
menepati janji buat
mengemba likan
hutang.
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat
2. Dituduh melaporka
n kepada Mas Devi
dan Frater tentang
pengambil an semen
tanpa ijin lebih baik dia
mengundurka n diri dari PSP
YSS Hal itu
terjadi karena
pikiran yang terlalu
kacau. memiliki
pemikiran buruk akan
menceritak an
masalahny a ke
temannya agar
prilaku Mas Agus
terbalaskan Dia
mengambil golok karena
maunya berkelahi
sampai mati dan kemudian
tidak saling berbicara dan
bertegur sapa. Tidak jadi
keluar dari PSP YSS
karena tujuannya di
PSP untuk memperbaiki
keadaan hidup bukan masalah
dengan Mas Agus
Memulai berpikir
tenang setelah
berdoa bersama
dengan pendetanya
tidak menceritak
an masalah ini ke
teman2nya untuk
menhakimi Mas Agus
karena dapat
meruncing kan
masalah. Tidak
melawan karena tidak
mau masalah dengan Mas
Agus akan semakin
panjang
3. Warga sekitar
menuduh bahwa cari
muka dengan
pihak kantor.
Gosip yang
dibuat Agus ternyata
membuat terpojok
dihadapan orang
banyak. memilih
untuk diam saja
walaupun dimarahi
warga RT yang
terprovokasi karena
mengerti warga RT
telah dihasut Mas Agus.
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat
4. Dilaporkan dan
dituduh oleh Agus
bahwa tidak
melayat istrinya
Barjo merasa
terpojok dan bosan serta
sangat tertekan dan
beban berat dengan
ejekan Agus.
Memiliki pemikiran
dan rencana
bahwa akan
memukul leher bila
berpapasan di jalan.
Anak merupakan
alasan membatalk
an rencana memukul
leher Agus saat
berpapasan dijalan
..
BY
Masalah- masalah
dengan Mas Agus:
1.
Mas Agus sering
Pinjam uang tapi
tidak dikembalik
an. Merasa
berat karena baginya
tidak ada ruang buat
istirahat sehingga
merasa putus asa.
Tidak melayani
marah- marahnya Mas
Agus. Karena kalau malyani
marah marah nya Mas Agus
sama tidak jelasnya.
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat
2. Pak Supri, wakil dari
RT, memberita
hukan ke Frater
bahwa agar
suaminya lebih aktif
untuk ikut kegiatan
rukun RT. Hampir
setahun mengalami
masalah dengan Mas
Agus dan ga pernah saling
bertegur sapa. Tidak mau
menerima tawaran Frater
Vincent untuk pindah ke
rumah yang lain karena
yang penting adalah cari
makan bukan menghindari
Mas Agus. lebih
baik diam dari
pada menanggap
i isu-isu yang tidak
benar
.
3. Suaminya menjadi
sasaran dari
masalah hilangnya
semen dari PSP YSS
Menggerutu dalam
menanggapi masalah
dengan Mas Agus
prilaku meludah Agus
saat melewati depan
rumahnya dan tidak
merespon
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalan menghadapi konflik terberat PP
Tinggal 9-10 bulan tapi
selalu berganti pekerjaan
.
kalau keluar dari PSP YSS
tidak memiliki modal karena
gagal dalam pekerjaan
terus. perasaan
takut ditolak tidak diberi
uang pada saat
mengamen. Memilih
mayeng karena membuat
belajar mengetahui
barang-barang bekas yang
masih berguna dan memiliki
harga yang tergantung
jenis barang.
Masalah dengan suami
tentang pekerjaan:
1. suaminya tidak
telaten kalau
bekerja dagang.
Merasa jengkel
dengan suaminya
yang tidak pernah
membantun ya berjualan
es kelapa muda.
Memutuskan tidak bekerja
dahulu.
.
Usulan dari
temannya untuk
berpisah dari
suaminya yang tidak
mau mengantar
bekerja tetapi tidak
didengarka n
Suaminya rajin mayeng
setelah pembicaran
rasa terpaksanya
tinggal di PSP YSS
III
BP
2. Masalah dalam
berjualan angkringa.
Malas jika
kerja sampai malam,
hanya menambah
piutang yang tak
terbayar. Memilih
untuk diam saja,
selama suaminya
belum berminat untuk
dagang Kalau tidak
berusaha maka akan terbiasa
untuk malas. mempunyai
niat dan semangat
untuk maju dengan
usaha dagang lagi
Tetap berusaha
dagang lagi dari pada
menganggur tetapi tidak
didukung oleh suami.
Tabel 4: Sikap-sikap keluarga jalanan dalam menghadapi konflik terberat adalah sikap-sikap yang keluarga jalanan dalam menghadapi konflik terberat. Tabel
tersebut menggambarkan dinamika keluarga jalanan dalam bersikap menghadapi konflik. Tabel juga memperlihatkan perubahan sikap dalam menghadapi konflik
terberat. Perubahan sikap negatif ke sikap positif dalam menghadapi konflik terlihat dalam tabel diatas.
Muncul adanya kebutuhan akan rasa aman, kebahagian, kejelasan akan hidup Pruitt dan Rubin, 1986:28-39 membuat para keluarga jalanan butuh menyelesaikan
konflik terberatnya. Dorongan ini yang membuat para keluarga jalanan belajar bahwa sikap negatif tidak cocok dalam memberikan jalan keluar menyelesaikan konflik.
Keadaan ini membantu sikap positif untuk dapat masuk kedalam pemikiran keluarga jalanan. Sikap positif dalam menghadapi konflik terberat menjadi pilihan berikutnya
dalam menyelesaikan konflik terberat. Komponen kognitif, komponen prilaku, komponen psikologis yang menunjukkan cara sikap positif dalam menanggapi
konflik terberat ditunjukkan oleh para keluarga jalanan. Para keluarga jalanan memulai membangun sikap positf dengan mengembangkan pandangan yang sehat
melihat suatu konflik, perasaan yang positif sehingga dapat memandang konflik bukan sebagai yang menakutkan, mengembangkan prilaku konstruktif yang berguna
memelihara dan meningkatkan hubungan baik. Sikap-sikap positif ini muncul juga melalui responden PY yang memilih bersikap diam dan tidak terprovokasi dengan
tujuan mengembangkan sikap konstruktif. Hal yang sama dengan responden PY ditunjukkan juga oleh responden PU, bersikap untuk mengambil tindakan yang tidak
merusak hubungan dan cenderung untuk berusaha menjaga dan memelihara kepentingan dan mempertahankan hubungan keluarga dengan cara berusaha
merangkul semua keluarga dari istrinya. Pengalaman-pengalaman konflik yang dialami keluarga jalanan dalam
menghadapi keluarga jalanan bertujuan semakin mendewasakan mereka. Realitas para keluarga jalanan dalam menghadapi konflik terberat tidak terlepas dari usaha
dari pihak PSP YSS yang mengajak mereka belajar bersikap positif terhadap konflik. Usaha pihak PSP YSS merupakan misi mereka untuk dapat menata kehidupan
keluarga jalanan agar dapat menjadi keluarga mandiri dan kembali menjadi bagian masyarakat A. Dewanto, 2001: 2-3.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan keluarga-keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi di PSP YSS dapat disimpulakan sebagai berikut:
1. Beragam problem yang dialami keluarga-keluarga jalanan dalam menjalani proses resosialisasi di PSP YSS. Problem yang mereka alami
mencakup konflik interpersonal, konflik intrapersonal dan konflik organisasi. Problem kehidupan antar tetangga, terjadi antara anggota
keluarga jalanan dengan anggota keluarga jalanan yang lain yang tidak sekeluarga, anggota keluarga jalanan dengan anggota masyarakat sekitar,
anggota keluarga jalanan dengan relawan PSP YSS, anggota keluarga jalanan dengan anggota keluarga jalanan yang sekeluarga. di PSP YSS
merupakan bentuk dari konflik interpersonal. Problem kehidupan berumah tangga dalam pembagian tugas dan peran seta kewajiban di dalam
keluarga merupakan bentuk dari konflik intrapersonal. Problem yang terjadi antara keluarga jalanan dengan warga RT ataupun dengan pihak
PSP YSS merupakan bentuk konflik organisasi. 2. Konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan yang mengalami
proses resosialisasi memiliki 2 ciri, yaitu: a. Konflik-konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan
memiliki kecenderungan munculnya konflik lanjutan dari konflik utama. Konflik lanjutan dari konflik terberat adalah respon dari
100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adanya sikap negatif dalam menghadapi konflik terberat. Sikap negatif tidak memberikan kejelasan akan penyelesaian konflik
terberat. b. Konflik-konflik terberat yang dialami keluarga-keluarga jalanan
cenderung berlangsung lama dan tidak sebentar. Keluarga-keluarga jalanan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk belajar
mengubah sikap mereka dalam menghadapi konflik. Keluarga- keluarga jalanan belajar mengubah sikap mereka karena mereka
sadar bahwa sikap dalam menghadapi konflik saat masih tinggal dijalanan sudah tidak sesuai lagi dengan realitanya yang sekarang
tinggal di PSP YSS. 3. Terdapat sikap positif dan negatif dalam menghadapi konflik yang
dialami keluarga-keluarga jalanan di PSP YSS. Perubahan sikap dari negatif menuju sikap positif merupakan hasil dari proses
belajar para keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi di PSP YSS. Sikap negatif yang pesimis dalam melihat konflik,
cenderung memunculkan prilaku desktruktif diubah menuju ke sikap positf dengan mengembangkan pandangan yang sehat
melihat suatu konflik, perasaan yang positif sehingga dapat memandang konflik bukan sebagai yang menakutkan,
mengembangkan perilaku konstruktif yang berguna memelihara dan meningkatkan hubungan baik.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat dikemukakan beberapa saran. Saran saran yang dapat dikemukakan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi Perkembangan ilmu psikologi, problem-problem yang dialami keluarga-keluarga jalanan dapat digunakan sebagai referensi untuk
mempelajari dinamika konflik-konflik yang dialami para kelurga jalanan. 2. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi yang berkaitan dengan problem-problem yang dialami para keluarga jalanan dalam menghadapi proses resosialisasi. Hasil penelitian
ini memberikan gambaran bagaimana realita problematika para keluarga jalanan yang mengalami proses resosialisasi dan dengan hasil ini
diharapkan masyarakat dapat berperan serta dengan mendukung para keluarga jalanan untuk dapat kembali hidup di masyarakat.
3. Bagi pengurus dan relawan Perkampungan Sosial Pingit, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan referensi dalam pedampingan
warga Perkampungan Sosial Pingit agar dapat memaksimalkan pendampingan terhadap para keluarga jalanan dalam memberikan
dukungan positif untuk bersikap secara positif terhadap keluarga jalanan dalam menghadapi konflik. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan sarasehan warga PSP YSS sebagai wadah yang dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi antar warga unuk meminimalkan
ketegangan jika terdapat konflik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menangani masalah sosial terutama pendampingan kelurga jalanan
dan gelandangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abarca, Joana.2005. The Resocialife Program. Diakses Tanggal 24 Agustus 2007 dari WWW. Resocialife.com
Budiharjo, E. 1992. Rumah susun di Indonesia Dikaji dari Disiplin Ilmu Arsitektur
dan Planologi Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung: Angkasa
Chaplin, J.P. 2002. Dictionary of Psychology Kamus Lengkap Psikologi
diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Cresswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among
Five Tradition. Thausand Oak. California. SaGE Publication. Inc
Crow, D. L., dan Crow, A. 1989. Psikologi Pendidikan . Yogyakarta : Nur Cahaya. Djaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan . Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Dewanto, Aria. 2001. Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo-YSS Selayang Pandang.
Yogyakarta: 35 Tahun Yayasan Soegiyopranoto
Ena, Ouda Teda. 2001. Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo. Yogyakarta: PSP Yayasan
Sosial Soegiyopranoto. Forum Warga. 2005, 10 Februari. Diakses pada tanggal 13 Februari 2007 dari
http:www.jakarta.go.idforumdisplay_topic_threads.asp?ForumID=4TopicI D=520PagePosition=1
Greenberg, Jerald. 1996. Managing Behaviors in Organizations. New York: Prentice
Hall. Guines, Patrick. 1985. Gelandangan Kota Yogyakarta: Nasib Gelandangan Bertahan
Seadanya . Jakarta: PT Gunung Agung.
Hadjana, M. 1994. Konflik di Tempat Kerja. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Horton, P.B., dan Hunt, C.L. 2006. Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Huffman, K., Greenberg, J., Blaylock, B. 1997. Psychology in Action Fourth
Edition. New York: United States of America
Indrawati, Endang Sri. 2004. Perilaku hidup masyarakat gelandangan dan pengemis
kota. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. I, Nomor I, September, hal 88-95
104 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI