Resosialisasi Keluarga Jalanan TINJAUAN PUSTAKA
resosialisasi. Problem-problem yang dialami keluarga jalanan bentuknya berupa konflik-konflik yang dialami keluarga jalanan.
Proses pembelajaran ini menuntut adanya perubahan dalam aspek sikap, nilai dan kebiasaan. Terjadi bentrokan dalam proses belajar keluarga-keluarga
jalanan dalam menjalani proses resosialisasi, antara nilai, sikap dan kebiasaan yang telah di jalani di kehidupan jalanan dengan nilai, sikap dan kebiasaan yang
ada di masyarakat dan sedang dipelajari kembali. Ini akibat dari perbedaan sikap, nilai dan kebiasaan antara kehidupan jalanan dengan kehidupan di masyarakat.
Perubahan yang mencakup aspek sikap, nilai dan kebiasaan yang saling berbeda berdampak munculnya berbagai macam problem. Problem-problem yang dialami
keluarga jalanan dalam proses resosialisasi adalah usaha menanggapi proses belajar mereka dalam mencapai sikap, nilai dan kebiasaan yang sesuai dengan
masyarakat pada umumnya. Problem-problem keluarga jalanan terlihat melalui konflik-konflik yang
mereka hadapi selama proses resosialisasi di PSP YSS. Problem-problem para keluarga jalanan di PSP YSS sebagai upaya perubahan sikap, kebiasaan dan nilai
dapat terlihat melalui dua program pendampingan yang dimiliki PSP YSS. Program dalam peningkatan kualitas keluarga, dinamika para keluarga jalanan
selama hidup dijalan yang tanpa norma, berpindah-pindah tempat, hidup jorok, dan hidup yang tak teratur dihadapkan pada bentuk baru. Bentuk baru dimana
mereka diharapkan untuk lebih menetap, mengatur kehidupan keluarganya dengan hidup yang lebih bersih, menabung, dan memperhatikan pendidikan anak-anak
mereka. Realitas problem-problem ini memunculkan adanya konflik-konflik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam proses resosialisasi di PSP YSS. Problem dalam proses ini dapat terjadi di dalam relasi keluarga. Problem ini merupakan konflik intrapersonal yang
berkaitan dengan peran dan fungsi sebagai bagian sebuah keluarga. Di dalam kehidupan para keluarga jalanan di PSP YSS terkadang terjadi
benturan. Ini merupakan usaha penyesuaian diri dengan masyarakat sekitar. Penyesuain diri ini mengalami benturan. Benturan ini bisa terjadi karena masalah
iri akan kelurga yang lain ataupun tidak adanya kesepahaman ide atau pendapat dalam memajukan PSP YSS. Ketidaksepahaman antara keluarga jalanan biasa
terjadi dalam acara sarasehan bersama para warga PSP YSS. Keirian antar warga PSP YSS muncul dari dinamika kehidupan bertetangga antara keluarga jalanan di
PSP YSS karena adanya rasa ingin memiliki atau rasa untuk mencapai seperti yang tetangga keluarga jalanan raih. Konflik interpersonal muncul karena adanya
problem benturan antara warga PSP YSS sebagai usaha saling memahami dalam kehidupan bertetangga. Walaupun demikian konflik konflik interpersonal tidak
hanya terjadi antara antar warga PSP YSS. Konflik interpersonal dapat juga terjadi dengan warga sekitar, relawan PSP YSS ataupun dengan anggota keluarga
jalanan sendiri. Konflik ini pada intinya terjadi karena adanya ketidaksepahaman dalam memandang sesuatu kepentingan. Kepentingan tersebut dianggap penting
dan perlu dipenuhi. Pendampingan seperti sarasehan bersama warga PSP YSS sebagai bentuk
masyarakat kecil, dan dilibatkan juga di dalam masyarakat yang lebih besar seperti masyarakat RT dalam acara arisan warga RT. Kehidupan jalanan yang
bersifat hukum rimba, tidak memiliki identitas diri, perilaku seks bebas berganti- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ganti pasangan, merupakan kehidupan yang dianggap sampah oleh masyarakat pada umumnya. Kehidupan jalanan adalah kehidupan yang jauh dari pengakuan
bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat. Kehidupan bersama masyarakat, memiliki peran, kewajiban dan hak sebagai bagian dari masyarakat,
memiliki identitas diri merupakan hidup yang jauh dari kehidupan jalanan yang dialami keluarga-keluarga jalanan. Kehidupan keluarga-keluarga jalanan yang
belajar menjadi bagian dari masyarakat mengalami problem-problem. Konflik antar organisasi muncul sebagai bagian dari usaha menidentifikasikan diri mereka
yang merupakan bagian dari masyarakat. Keluarga sebagai salah satu bentuk organisasi terkecil. Problem keluarga jalanan dengan pihak warga RT merupakan
bagian dari sebuah konflik organisasi yang terjadi. Konflik organisasi dapat saja terjadi antara keluarga jalanan dengan pihak RT setempat, pengurus PSP YSS,
dan lingkungan masyarakat lebih luas dari RT maupun pengurus PSP YSS. Problem-problem dalam proses resosialisasi terjadi karena proses
memahami akibat perbedaan pandangan terhadap suatu kepentingan antara kehidupan jalanan dan hidup bermasyarakat. Kepentingan yang diharapkan dilihat
sebagai kebutuhan akan rasa aman, identitas, social approval, kebahagian, kejelasan tentang dunianya, dan beberapa harkat kemanusian yang bersifat fisik
yang ada di masyarakat. Konflik terberat muncul dalam kaitannya keluarga jalanan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan beradaptasi dalam proses
resosialisasi. Suatu permasalahan tentunya akan ditanggapi atau direaksi oleh individu
yang mengalaminya. Demikian pula dengan problem-problem yang terjadi dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
proses resosialisasi akan direspon atau direaksi oleh keluarga-keluarga jalanan. Sikap sebagai suatu kecenderungan dalam mananggapi atau mereaksi terhadap
objek, pribadi lain ataupun persoalan tertentu J.P Chaplin, 2002:43. Bermacam- macam sikap yang muncul dalam kaitannya menanggapi problem yang terjadi.
Sikap-sikap yang muncul dalam mereaksi probelm-problem yang dialami keluarga-keluarga jalanan merupakan komponen-komponen konflik yang mereka
rasakan. Reaksi muncul terhadap problem sebagai usaha menanggapi konflik yang
mereka alami. Reaksi dapat terjadi dalam segi kognitif, psikologis dan juga perilaku. Reaksi kognitif, psikologis dan perilaku yang muncul dalam problem
merupakan komponen-komponen dalam konflik. Dari sekian banyak problem yang dialami para keluarga jalanan terdapat
konflik yang dianggap terberat oleh keluarga jalanan. Konflik terberat adalah problem yang dianggap oleh keluarga jalanan sebagai yang paling menyita
keadaan kognitif, emosional dan perilaku keluarga jalanan. Konflik terberat secara komponen kognitif tidak akan menimbulkan pengolahan konflik secara lebih
matang dengan pemikiran-pemikiran yang jernih, sehingga tidak menjadikan pengalaman yang menyenangkan dan hanya pengalaman yang menyita pikiran.
Konflik terberat secara komponen kognitif hanya dapat menimbulkan frustasi dan stres. Konflik terberat secara komponen emosional akan selalu menimbulkan
perasaan yang berkaitan dengan reaksi emosi yang tertekan, seperti rasa marah, rasa cemas, rasa bingung dan rasa bimbang. Konflik terberat secara komponen
perilaku dapat terjadi melalui tindakan langsung dengan sikap yang dekstrutif dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI