Proses Resosialisasi TINJAUAN PUSTAKA
Konflik melibatkan adanya tindakan atau cara tertentu untuk mengatasinya Pruitt dan Rubin 1986:4. Konflik dan problem memiliki sifat yang sama yaitu
membutuhkan adanya suatu penyelesaian. Jadi dapat dikatakan bahwa konflik merupakan bagian dari problem.
1. Konflik Pruitt dan Rubin 1986:28-39 menjelaskan konflik sebagai perbedaan
persepsi kepentingan. Pruit dan Rubin menambahkan pula bahwa kepentingan dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau kebutuhan-kebutuhan.
Pruitt dan Rubin 1984:148 menambahkan bahwa konflik merupakan suatu yang bersifat abnormal karena yang normal berupa keselarasan. Konflik
dianggap sebagai gangguan akan kestabilitasan sehingga perlu dilakukan penanganan sesegera mungkin apapun penyebabnya.
Budiharjo 1992:65 mengemukakan pendapat bahwa konflik merupakan keadaan yang terjadi karena dua bentuk keinginan atau lebih secara acak memiliki
kekuatan yang sama dan saling berlawanan. Konflik yang terjadi dapat bersumber dari tuntutan yang terjadi dalam diri sendiri dan juga berasal dari norma-norma
yang terjadi di masyarakat. Kedua hal ini dapat muncul bersamaan. Hal ini membuat seseorang di dalam konflik harus memilih salah satu dari yang muncul
bersamaan.
Pruitt dan Rubin 1986:28-39 mendefinisikan konflik dalam dua hal. Kedua hal itu adalah:
a. Konflik merupakan suatu yang bersifat abnormal karena yang
normal berupa keselarasan. Konflik dianggap sebagai gangguan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan kestabilitasan sehingga perlu dilakukan penanganan sesegera mungkin apapun penyebabnya.
b. Konflik sebagai suatu perbedaan atau kesalahpahaman. Terjadinya
sebuah konflik dikarenakan kegagalan dalam berkomunikasi. Adanya konflik hanya dapat dimengerti dan dipahami oleh orang
yang bersangkutan. Konflik dalam artian ini tidak dapat dipahami maksud dan keinginan dari orang yang mengajak berkomunikasi
orang yang mengalami konflik. Pada dasarnya konflik terjadi karena perbedaan pandangan terhadap suatu
hal mengenai suatu kepentingan, kebutuhan dan tuntutan, saat masing-masing tuntutan memiliki kekuatan yang sama untuk mencapai sebuah pemenuhan dari
tuntutan-tuntutan yang berbeda tersebut. 2. Komponen-Komponen Konflik
Reaksi dalam menanggapi konflik memunculkan berbagai bentuk respon. Bentuk-bentuk respon dapat berbentuk emosi-emosi yang tinggi yang dapat
menimbulkan perilaku tidak beralasan dan terkadang pemikiran-pemikiran yang tidak logis. Ungkapan perasaan pun muncul sebagai sentimen-sentimen terhadap
lawan konfliknya Winardi 1994:25. Inilah yang dimaksud sebagai komponen- komponen konflik. Komponen-komponen yang dimaksud dapat dikategorikan
menjadi 3, yaitu: komponen kognitif, komponen emosional, komponen perilaku. Definisi dari setiap komponen yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Komponen kognitif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Komponen kognitif berupa pemikiran-pemikiran bersifat positif maupun negatif, keyakinan, harapan-harapan yang bisa merubah. Huffman
1997:386, persepsi-persepsi, nilai-nilai. Ada yang secara lebih matang mengolah konflik dengan pemikiran-pemikiran jernih. Orang yang
mengolah dengan pemikiran jernih berusaha menempatkan diri ke dalam perspektif yang tepat dengan masalahnya Winardi 1994:26. Sebagian
orang lainnya yang tidak mampu mengolahnya secara baik menjadikan frustrasi dan strees
b. Komponen emosional Komponen emosional yang dimaksud adalah berbagai perasaan-perasaan
yang muncul dalam menghadapi konflik. Perasaan tersebut dapat berbentuk ungkapan kemarahan, ketakutan, sedang merasa cemas,
kebingungan, bimbang atau bahkan menjadi sangat gembira Winardi 1994:25. Keadaan emosional dapat terlihat melalui ungkapan yang
muncul secara verbal maupun non verbal. Ungkapan verbal adalah keadaan perasaan tidak ditutupi dan disampaikan secara secara spontan.
Keadaan emosi yang terungkap melalui perubahan fisik fisiologis adalah ungkapan emosi yang disampaikan secara non verbal. Misalnya
kemarahan akan memunculkan perubahan fisik seperti warna mata menjadi merah serta keruh, wajah menjadi dingin, detak jatung meningkat,
nafas menjadi cepat, dan suara menjadi berat Huffman 1997:386 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Komponen prilaku Bila seseorang mengalami konflik maka akan langsung terlihat dalam
sikap dan perilakunya. Seseorang akan menjadi agresif atau cenderung berdiam diri. Reaksinya sikap bermusuhan, agresi dan penyerangan secara
verbal atau fisikal; ataupun reaksinya beralih yang lain yang menarik diri, bungkam seribu bahasa. Reaksi-reaksi perilaku yang muncul dan timbul
dalam menghadapi konflik dapat dipengaruhi perasaan saat berkonflik Winardi 1994:25. Misalnya, orang yang cenderung berperilaku menarik
diri dan bungkam atau cenderung pasif menghadapi konflik bisa saja perilaku tersebut karena dipengaruhi perasaan takut atau cemas. Semakin
kompleks konfliknya, maka kecenderungan perilaku seseorang semakin dipengaruhi emosi semakin tampak dalam setiap tindakannya Winardi
1994:24-25. Hardjana 1994:62 mengemukakan bahwa perlu adanya sikap-sikap yang positif
dalam mengolah konflik. Sikap-sikap positif tersebut, seperti: pandangan yang sehat, perasaan positif, itikad yang baik untuk menyelesaikan konflik dan prilaku
yang konstruktif. a. Pandangan yang sehat
Dalam mengolah konflik orang atau pihak yang terlibat di dalam konflik harus memandang bahwa konflik yang terjadi bukan
merupakan suatu malapetaka melainkan sebagai suatu tantangan. b. Perasaan yang positif